Thursday, March 6, 2014

Tak Akan Terganti | Mini Story's Rangga and Tania | Chapter 3

Tak Akan Terganti 3



***
Tania sedang berjalan santai di sebuah Taman Kota yang cukup dekat dengan rumahnya dengan menggunakan celana jeans selutut dan dengan kaos oblong bergambar cartoon berwarna merah muda. Udara sore yang sejuk seperti ini memang sangat merefreshing otak yang lelah akan kerjanya yang terus berusaha menyelesaikan masalah. Sambil mengumbar senyum khasnya, Tania terus berjalan menapaki jalan setapak yang di samping kanan-kirinya terdapat padang rumput buatan yang sangat indah. Tania tenang, Tania damai, Tania tentram. Ia ingin hidupnya terus seperti ini. Tidak ada masalah, damai, dan santai.

Tania memperlambat langkahnya saat Ia mendengar isak tangis seseorang di balik rerumputan yang berada di sampingnya. Tania mengerutkan keningnya bingung. Di suasana yang tentram seperti ini mengapa masih saja ada yang menangis?
Karena Tania adalah salah satu manusia yang memiliki tingkat keingin tahuan yang tinggi, Tania mendekati rerumputan itu dengan jalan yang mengindik. Ia membuka sedikit rerumputan hijau yang membentuk gunung di depannya. Ternyata, rerumputan ini dapat melihat siapa yang menangis dari arah samping. Disana, ada seorang gadis seumuran dengannya tengah menangis di temani oleh seorang lelaki paruh baya di sampingnya.

"Pokoknya papih ga mau tau! Kamu harus bisa dapetin laki-laki itu lagi. Karena dia aset berharga kita!" Sentak lelaki paruh baya itu kepada gadis muda di sampingnya yang Tania lihat.

"Tapi pih.. Hks aku ga tega pih.. Kenapa sih harus libatin dia pih? Dia ga tau apa-apa. Aku merasa bersalah, pih.." Jawab gadis muda itu di iringi isak tangisnya. Kening Tania kembali mengerut, sepertinya Tania mengenal siapa pemilik suara ini.

"Tapi kamu tau kan, nasib keluarga kita itu sedang berada dalam ambang kehancuran. Kamu mau kita hidup miskin, ha? Kamu mau papih tanya?"

"Hks tapi aku udah ga cinta lagi pih sama dia. Aku cinta nya sama Leo, bukan..."

"Cinta bisa tumbuh suatu saat nanti! Yang paling penting, kamu berhubungan kembali sama dia. Biar keluarga nya mau membantu kita dengan sukarela karena kamu pasangan anaknya dan kita, dapat kembali kaya dulu."

"Tapi pih..."

"Lakuin yang papih suruh kalau kamu ga mau jadi anak durhaka! Putuskan saja pacarmu, berpacaranlah dengan Rangga.."

"Kenapa sih papih jadi kayak gini? Aku ga tau apa-apa pih.. Lagian perusahaan papih bangkrut juga karena papih yang kena tipu dan selalu mau saja di poroti oleh wanita jalangnya papih!"

"Jaga mulut kamu, Keyla!"

"Aku ngomong sesuai fakta!"

"Sudahlah, papih pergi dahulu! Pikirkan baik-baik perintah papih atau kamu, tidak papih anggap sebagai anak papih lagi!"

Lelaki paruh baya yang berada di samping gadis itu pergi meninggalkan gadis muda di sampingnya tadi dengan keadaan yang semakin menangis tersedu. Tania hanya menatap kejadian di depannya dengan tatapan tidak percaya. Jadi? Ini kenapa jadi begini? Rangga dan Keyla? sama-sama berada di dalam posisi yang tidak seharusnya. Mereka berdua, apabila terus seperti ini, akan menimbulkan kesalah pahaman suatu saat nanti. Tania, tidak ingin kedua temannya dalam keadaan seperti ini. Ia harus berbuat sesuatu! Tetapi apa? Tania bingung.

"Key.." Tania. Ia memutuskan untuk menghampiri temannya yang tengah di rundung duka ini. Dengan peran, tidak tahu apa-apa.

"Tania.. Hks.." Keyla. Ia menatap Tania dengan deraian air mata. Tania tersenyum kecil, Ia kini duduk di samping Keyla.

"Lo kenapa? Kok nangis kayak gini?" Tanya Tania. Keyla menatap Tania dengan tatapan sendu dan dengan mata yang berkaca-kaca. Sedetik kemudian, Keyla langsung memeluk erat Tania di sampingnya. Menangis di dalam bahu Tania.

"Hks gue.. Gue.. Hks kenapa sih dunia itu kejam banget, Tan? Kenapa sih dunia selalu gak care sama penghuninya? Gue capek, Tan.. Gue capek hidup dalam ketidak adilan kayak gini.." Keyla. Tania tersenyum, Ia mengusap punggung Keyla pelan.

"Dunia itu ga kejam kok. Dunia juga care sama kita. Di sini kita hanya di tantang, bagaimana kita menyelesaikan suatu masalah dengan keadaan yang memang ga seimbang. Ga stabil. Lo tau? Ketidak adilan sendiri itu juga akibat dari kita yang menyelesaikan masalah tanpa selaras dengan keadaan. Jadi di sini, kunci lo cuma satu agar semua bisa selaras kembali. Sabar." Tania. Keyla terus saja menangis di dalam pelukan Tania. Walau tak se-miris tadi.

"Hks sabar kan ada batasnya, Tan! Ini batas kesabaran gue.. Gue, gue pengen nyerah, Tan.. Gue udah ga kuat.."

"Lo jangan kaya gitu! Optimis dong! Yakin bisa! Berdoa, semoga masalah yang lagi di hadapin sama lo itu cepet kelar dan dengan jalan tengah yang sesuai. Ayo dong, Key!"

"Iya-iya gue akan usaha.. Makasih ya, Tan.. Lo temen gue yang paling care sama gue selain, Rangga.."

"Terimakasih kembali, Key! Semangat kawan!"


***
Hari kembali berganti. Tania kini sedang berjalan di koridor kampusnya seorang diri. Hari ini memang Tania memiliki jadwal kuliah siang yang menyebabkan sore ini Tania baru saja keluar dari kelasnya. Angin berhembus kencang, tapi tak membuat suasana koridor menjadi sepi. Bahkan semakin ramai. Tania sendiri hanya bisa menggelengkan kepalanya karena koridor ini ramai dengan orang-orang yang bergosip ria.

"Eh lo tau, lo tau gak? Tadi pagi gue liat Rangga sama si Keyla jalan pake gandengan tau.. Mereka pacaran?"

Tania mengerutkan keningnya bingung. Pasalnya tadi Ia lagi jalan, terus dengan se-enaknya ada seorang mahasiswi yang Tania sendiri tidak kenal langsung menariknya dan bertanya seperti itu.

"Mana gue tau.. Ya.. Mmmm.. Ya mungkin mereka pacaran.. Mereka kan udah deket dari lama.. Emang kenapa?" Tanya Tania. Mahasiswi yang menarik tangannya tersenyum dan mengajak Tania berjalan kembali bersamanya.

"Ya gue kira dia pacaran sama lo.. Makanya gue kaget pas tadi pagi liat si Keyla gandengan sama Rangga. Mana tuh cewek nempel banget sama Rangga. Ganjen pula.. Sorry sebelumnya gue tadi asal aja narik lo." Ujar mahasiswa ini. Tania tersenyum.

"Haha gapapa kok! Kenapa lo kira gue pacarnya Rangga? Kita hanya sahabatan kok dari kecil ga lebih." Tania. Mahasiswi itu menganggukkan kepalanya mengerti.

"Ya abisnya Rangga pernah teriak di lapangan kalo lo itu pacar dia. Mungkin lo ga tau, karena anak bisnis jadwalnya siang waktu itu. Gue ngefans sama dia, biasa aja sih.. Tapi ya, gue sedikit ngelirik dia. haha." Ujar mahasiswi ini. Tania kembali tersenyum. Sepertinya, orang ini asik di ajak ngobrol dan Tania, ingin menambah teman.


*
Tania hanya bisa diam mendengar cerita Rangga saat ini. Memang saat ini Rangga tengah berkunjung ke rumah Tania dan menceritakan kejadian dimana Ia menyatakan cintanya kepada Keyla. Ya, gosip itu benar dan Tania, cukup bisa tersenyum. Tersenyum miris dengan hati yang teriris-iris.

"Dan lo tau Tan akhirnya, dia nganggukkin kepalanya dan di situ gue seneng banget sampe akhirnya gue peluk dia dan ga sengaja gue cium..."

"Cium apa?"

"She's lips! Hehe.."

Bagai di tusuk ribuan pedang yang sangat tajam hati Tania setelah mendengar ucapan Rangga. Ini maksimal hatinya sakit. Tania mau menyerah, Tania mau mundur dari semua ini, Ini lebih sakit di banding kepergian Gio. Oh Tuhan! Gio, bolehkah Tania ikut dengan Gio saja? Yang jelas-jelas sudah mencintai Tania tulus. Tania ingin move on, Tania tidak mau stuck saja dengan Gio. Dan kini, pilihan hatinya itu Rangga. Tapi, kenapa ini justru malah membuat hatinya bertambah terpuruk. Tuhan, sungguh Tania tak kuat.

"Anaknya marah ga? Lagian lo nya malah nyosor aja kaya soang!"

"Hehe saking senengnya sih, Tan.. Keyla nya aja ngerespon.. Gue nya juga udah mulai cinta pake banget lagi sama Keyla.. Ah Tania! Gue ga tau mau ngomong apa sekarang.." Rangga. Tania tersenyum menatap Rangga yang sangat senang sekali menceritakan kejadian nya bersama Keyla di hari kemarin. Pantas, Rangga tak menghubunginya sama sekali. Ternyata oh ternyata.

"Andai lo tau, Ngga.. Semua ini di lakukan Keyla untuk menyelamatkan perusahaan keluarga dia.. Dan saat ini, Keluarga lo akan di manfaatkan oleh keluarganya.. Gue ga bisa bilang apa-apa, karena di sini, di otak gue, udah terbayang banget bagaimana kejadian setelah nanti gue bilang itu suatu saat nanti. Dan di situ, lo pasti akan nyakitin gue dengan kata dan sikap lo. Di sini, gue hanya bisa tunduk. Tunduk karena cinta."

Tania bergumam di dalam hati. Hatinya benar-benar abstrak saat ini. Tak terasa, dua bulir air mata turun dari kedua matanya. Ini air mata sakit, ini air mata perih.

Rangga menatap Tania heran. Karena, sejak tadi Tania memang banyak diam. Dan sekarang, Tania menangis. Rangga sengaja diam dahulu, Ia ingin tahu setelah Tania menangis Tania akan mengamuk kembali atau tidak seperti dulu. Dan nyatanya, tidak. Rangga kini mulai berputar otak, sepertinya Tania menangis bukan karena memikirkan Gio, tetapi suatu hal yang belum Rangga ketahui.

"Tan.. Lo kenapa?"

"Ah gue, gapapa kok!"

Tania langsung menghapus air matanya setelah tersadar dari lamunannya. Ia tersenyum menatap wajah Rangga yang menatapnya heran. Tania harus menyembunyikan ini semua. Ia tak mau merusak kebahagian Rangga karena buat Tania, senyum Rangga adalah kebahagiannya. Walau hanya bahagia dalam ucapan, tidak dalam hati.

"Lo bohong! Gue tau lo, Tania. Cerita sama gue, lo lagi ada masalah apa?" Tanya Rangga menatap Tania spesifik apalagi kedua manik mata Tania. Tania membuang mukanya agar Rangga tak terus menatapnya.

"Ah engga serius!"

"Gue tau kita udah jarang ketemu akhir-akhir ini dan gue pun jarang ada selalu di samping lo lagi.. Tapi plis, kalo ada masalah, lo cerita sama gue.. Di sini gue akan selalu dengerin cerita lo kok."

"Iya-iya tapi gue ga ada apa-apa kok."

"Serius, Tan.."

"Iya, Ngga.."

Rangga kini mengangguk sambil tersenyum membuat Tania sedikit bernafas lega. Tania kini berjalan menuju kamar mandi yang masih berada di dalam kamarnya dan masuk ke ruangan itu. Rangga menatap Tania yang kini sudah hilang di balik pintu dan kini Rangga berbaring di atas tempat tidur Tania yang berselimuti sprei berwarna hijau tosca bergambar cartoon.

"Gue tau lo, Tan.. Lo ga akan bisa bohong sama gue.. Gue harus cari tau kenapa dia suka aneh akhir-akhir ini.. Dia sering diem kayak gini.. Maafin gue, gue sadar. Semenjak ada Keyla, gue kurang peduli sama lo. Tapi nyatanya, keadaan kemaren buat gue kurang tau tentang gimana lo sekarang.. Maafin gue, Tan.."

"Lo tau ga Tan, setiap bulir air mata lo yang jatuh itu, entah kenapa buat hati gue nyesek. Hati gue selalu sakit pake banget kalo liat air mata lo jatuh dari kedua mata indah lo. Apa ini salah satu rasa sebagai sahabat atau yang lain? Tuhan, tolong beri petunjuk dari kejadian semua ini.."



***
Hari Minggu. Hari yang mestinya libur kini tak di rasakan oleh seorang Tania. Kini Ia harus mengikuti kelas tambahan akibat ada suatu masalah dalam nilainya. Tania hanya menggerutu tak jelas sambil terus menyusuri lorong-lorong kampusnya. Lorong kampus sangat sepi. Ya, Semua mahasiswi sudah masuk ke dalam kelasnya saat 15 menit yang lalu sedangkan Tania baru sampai di kampusnya 2 menit yang lalu. Tania hanya berjalan santai tak memperdulikan waktu karena memang Tania sedang badmood. Tania terus saja berjalan santai samapi akhirnya kini di depan sana Tania melihat ada Keyla yang berdiri bersandar pada tiang beton di ujung koridor sambil memegang papan plastik yang di atasnya ada selembar kertas. Ya Keyla, dia adalah salah satu anggota keamanan kampus yang selalu mendata, memberi hukuman kepada setiap mahasiswa yang melanggar peraturan. Dan di organisasi itu, juga ada Rangga. Tapi untuk saat ini tak terlihat batang hidung Rangga di tempat ini.

"Eh Tania!" Teriak Keyla yang menatap Tania tengah berdiri diam. Tania menatap Keyla malas lalu berjalan menghampiri Keyla yang notabene adalah orang yang membuatnya badmood hari ini.

"Apa?"

"Lo telat. Dan lo harus di hukum!" Tegas Keyla.

"Yaya gue tau. Apa hukuman gue?"

"Lo lari keliling lapangan 5 kali."

"Ya, gue lakuin sekarang. Gue titip tas gue." Tania. Ia meletakkan tas gandongnya di lantai koridor dan kini Ia mulai berjalan menuju lapangan basket yang berada di depannya.

"Eh nanti dulu." Keyla. Ia menarik tangan Tania membuat Tania kini berbalik kembali menghadapnya.

"Ada apa?" Tanya Tania cuek. Keyla melangkahkan kakinya satu langkah ke depan agar lebih dekat dengan tubuh Tania. Tania menatap Keyla heran. Ada apa ini?

"Lo? Gue tau lo waktu di taman ngeliat gue sama bokap gue berantem kan?" Keyla. Suaranya memang mengecil. Tapi penuh penekanan.

"Gue? Kata siapa? Sok tau lo!"

"Ga usah boong deh lo! Ngaku lo!"

"Awh! Apa-apaan sih lo, Key!" Tania memekik keras saat Keyla menjambak rambutnya. Keyla menginjak kaki kanan Tania agar Tania tidak berteriak.

"Lo? Awas aja kalo lo berani teriak! Gue bikin lo mampus!"

"Siapa takut? Awh! Lepas!" Sentak Tania keras. Keyla membolakan matanya dan kini Ia membekap mulut Tania. Memang koridor sangat sepi, tapi Keyla memang harus hati-hati.

"Lo? Awas lo kalo bilang ke Rangga masalah yang di taman! Gue jamin keluarga lo ga selamat! Lo tau kan siapa keluarga gue? Haha." Keyla tertawa meremehkan. Tania menatap Keyla geram sambil berusaha melepas bekapan Keyla.

"Awh!" Pekik Keyla sambil melepaskan bekapannya di mulut Tania. Tania tersenyum penuh kemenangan. Ia berhasil menggigit telapak tangan Tania.

"Lo? Oke lo berani sama gue!" Keyla. Ia menarik lengan Tania paksa agar Tania kini mengikuti kemauannya untuk pergi dari tempat ini. Tania membulatkan matanya dan kini berusaha melepas cengkraman kuat tangan Keyla di pergelangan tangannya.

"Eh Key! Lepas! Lo kenapa sih? Br*ngs*k lo!" Bentak Tania. Dengan sekuat tenaga Tania melepas cengkaraman tangan Keyla sampai kini tangan Keyla terhempas kuat dan membuat Keyla tersungkur di lantai koridor.

"Ah! Lo kasar banget sih jadi cewek!" Keyla. Tania tersenyum sinis.

"Lo tuh cewek tapi kayak iblis! Maksud lo apa, hah?" Tania. Keyla menatap Tania sinis.

"Ada apa ini?" Suara seseorang yang khas di telinga Tania membuat Tania kini harus menengok ke arah Rangga yang tengah berjalan menghampiri dirinya dan Keyla. Tania mendengus kesal menatap mood breakernya selama ini. Lelaki yang kini mulai di cintainya, tetapi juga yang menjadi kesedihannya.

"Tanya sana sama cewek lo yang kaya iblis ini!" Sentak Tania. Tania mengambil tasnya yang berada di lantai lalu pergi meninggalkan Keyla dan Rangga. Rangga diam menatap Tania yang pergi dari hadapannya.

"Rangga!" Rengek Keyla. Rangga tersadar dan kini membantu Keyla berdiri.

"Kamu kenapa?"

"Sahabat kamu noh jahat banget! Dia dorong aku tadi gara-gara katanya kamu mulai jauhin Tania!" Ujar Keyla dengan nada sinisnya. Rangga menatap Keyla spesifik.

"Kamu serius? Kamu yakin?"

"Ngapain aku boong sama kamu! Mending dari sekarang kamu jauhin deh temen kayak gitu! Jahat dia!" Keyla. Rangga terdiam kembali sambil menatap mata Keyla. Sepertinya Rangga tengah mencari kebenaran di sana. Baiklah! Kita tinggalkan saja Rangga yang tengah bingung ini.









To Be Continue.


Maaf typo(s)!
RCL dan yang mau tag comment aja oke?!


@MJenii_18

Monday, March 3, 2014

Tak Akan Terganti | Mini Story's Rangga and Tania | Chapter 2

***


Rangga berjalan santai menyusuri koridor kampusnya sambil memegang sebuah buku tebal yang merupakan buku tentang ilmu psikologi. Memang hari masih pagi karena saat ini waktu menunjukkan pukul 06.45 WIB dan kuliah pagi akan di mulai pukul 07.00 WIB. Masih ada waktu sekitar 15 menit lagi buat Rangga bisa sarapan pagi dahulu di Kantin karena pagi ini memang Rangga belum sarapan.

Rangga duduk di pojokan Kantin dan memesan bubur ayam dengan segelas teh hangat yang kini menjadi menunya. Pada saat menunggu pesanannya, datanglah seorang wanita dengan berpakaian modis menghampirinya. Rangga tersenyum melihat wanita itu menghampirinya.

"Hai, Ngga!"

"Hai, Key! Duduk atuh."

"Makasih ya.." Ujar wanita ini. Rangga menganggukkan kepalanya sambil tersenyum. Wanita itu duduk di hadapan Rangga lalu menaruh tas gandongnya di atas meja.

"Kamu belum sarapan, Ngga? pagi-pagi udah di sini." Tanya wanita itu.

"Belum nih, Key! Kamu?"

"Udah aku sih.. Cuma pengen minum yang anget-anget aja jadi ke sini deh.."

"Pasti teh susu bukan?" Ujar Rangga. Gadis itu tersenyum sambil menyentikkan jari tengah dan ibu jari lengan kanannya.

"Aha bener! Ciee masih inget sih? Kita putus udah lama loh!" Ujar wanita ini tersenyum menatap Rangga.

"Ahaha apa sih yang enggak Rangga inget dari seorang wanita kece bernama Keyla Nafisa Aditya." Rangga. Wanita ini tertawa.

"Masih kaya dulu ya kamu. Huh! Baru kali ini jadwal kuliah kita samaan." Ujar wanita yang ternyata bernama Keyla ini.

"Siapa suruh ambil jurusan seni. Kan aku ga nyuruh." Rangga. Keyla kembali tertawa.

"Haha iya juga ya.." Keyla. Rangga tersenyum. Dengan lembut, Rangga mengusap pucuk kepala Keyla dengan penuh kasih sayang.

Jauh di ujung sana, ada sepasang mata yang menatap nanar Rangga dan Keyla. Hatinya sesak, rasa tak wajar mulai menyerang pemilik hati ini. Tania. Ya Tania! Tania ternyata berada di pojok kanan Kantin kampus ini. Tania tak mengerti, mengapa sikap Rangga kepada Keyla yang seperti itu membuat hatinya sakit. Ini yang pertama, ini yang baru, sama seperti dahulu, pertama Ia menyukai Gio.

Tania kenal Keyla. Keyla juga mengenal Tania. Teman sekelas Rangga kala SMA sekaligus pacar Rangga kala Rangga masih kelas 2 SMA sampai hubungan mereka berakhir kala mereka kuliah di sini di semester dua. Mereka putus, karena mereka sama-sama sudah bosan akan hubungan mereka. Mereka memutuskan untuk mengakhiri dan mencari yang lain. Keyla sudah menemukan pengganti Rangga. Berbeda dengan Rangga, yang masih setia menyandang status single-nya. Yang Tania tahu, Rangga masih mencintai Keyla, namun tak seperti dahulu. Biarlah! Mungkin itu masa lalu mereka.

Tania masih memandangi mereka dari jarak yang cukup jauh saat ini. Matanya memincing tajam menatap dua sejoli itu. Sesekali Tania menutupi wajahnya dengan buku yang saat ini Ia pegang tak kala Rangga yang sesekali menatap ke arahnya.

"Ngga.. Tau ga? Gue sakit tau disini.. Liat lo, mesra-mesraan lagi sama Keyla.. Gue maunya, sikap lo yang kaya gitu tuh cuma buat gue doang, bukan buat cewek lain.." Gumam Tania. Matanya kini Ia lirikkan ke atas untuk membendung air matanya yang ingin turun. Ini pertama kalinya, Tania menangis karena Rangga. Tania tahu, untuk kali pertamanya juga Ia egois. Egois akan hal ini, yang memang tidak masuk akal.

"Mampus!" Desis Tania. Kalian tahu, Rangga kini sedang berjalan ke arahnya. Jarak cukup jauh, masih ada kesempatan buat Tania meninggalkan tempat ini. Dengan secepat kilat, Tania langsung berdiri dari duduknya dengan kepalanya yang Ia balut dengan jaket dan dengan kepala yang menunduk.

"Tuhan.. Jangan sampe ketauan.." Jerit Tania dalam hati. Langkahnya Ia terus percepat agar segera meninggalkan area kantin yang luas ini.

"Eh!" Seru seseorang saat tak sengaja Tania menabrak bahu seorang gadis yang juga sesama mahasiswi di sini.

"Maaf mbak ga sengaja." Tania. Ia menengok ke arah gadis yang di tabraknya lalu dengan secepat kilat juga Tania berjalan kembali meninggalkan area kantin.

Rangga masih tetap diam dalam tegak tubuhnya yang berdiri di antara meja-meja kantin ini. Kedua matanya menyipit menatap kejadian di depannya. Seorang wanita berjaket coklat dengan kepalanya yang di baluti oleh sebagian jaketnya dan dengan kepala yang menunduk menjauh darinya saat Ia akan menghampiri gadis itu. Fikiran Rangga mulai menerawang, sepertinya Ia tak asing melihat bentuk tubuh gadis itu. Apalagi sebagian rinci wajahnya yang terlihat kala gadis itu menengok ke belakang. Rangga mulai mempunyai firasat.

"Ngga.." Suara seseorang seraya genggaman halus di telapak tangan kanan Rangga. Rangga menengokkan kepalanya ke samping kanannya, di sampingnya ternyata sudah ada Keyla yang menatapnya dengan heran.

"Kamu kenapa? Ada apa dengan gadis tadi, Ngga?" Tanya Keyla. Rangga hanya melirik Keyla sekilas lalu pandangannya kembali ke depan. Menatap punggung gadis aneh itu yang semakin menjauh dari jarak arah pandangnya.

"Gapapa.. Agak heran aja, kok tadi dia baca bukunya kebalik gitu.. Pas aku mau samperin, eh dia langsung pergi aja kaya orang ketakutan.." Rangga. Keyla tersenyum. Ia meraih pipi kanan Rangga dan menghadapkannya pada wajah cantiknya.

"Mungkin dia gak sadar kali, Ngga.. Udah biarinin aja sih kan dia bukan orang yang kita kenal.. Yuk kita balik ke tempat kita, pesenan kamu sama aku udah ada tuh.. Buru di makan sebelum waktu nya masuk.." Ujar Keyla dengan suara khasnya yang lembut. Inilah yang Rangga suka dari Keyla. Sosok gadis yang lugu, manis, cantik, ramah, dan lembut. Keyla istimewa sekali di mata Rangga. Apalagi pancaran dari kedua mata bening Keyla yang mempunyai iris kecoklatan membuat Rangga selalu ingin menatap mata Keyla.
Rangga menganggukkan kepalanya. Ia kini meraih telapak tangan kanan Keyla yang berada di pipinya lalu menuntun nya untuk kembali ke tempat mereka berdua duduk tadi.

"Ya udah deh yuk aku juga udah laper banget." Rangga. Mereka berjalan beriringan seperti layaknya seorang kekasih.

"Tapi tadi itu kaya... Tania. Tuhan, jaga dia.."


***
Tania kini sedang duduk di halte depan kampusnya. Teriknya matahari memang sangat menusuk kulit sampai tubuh pun sangat berkeringat. Tania kini menatap hampa jalanan besar di hadapannya sambil sesekali menyeka keringatnya dengan kedua telapak tangannya. Taksi tak ada yang lewat sampai satu jam Tania menunggu di sini. Bus dan Kopaja memang banyak, namun Tania tak mau menaikki kendaraan itu. Selain penuh dengan penumpang, Tania juga tak tahu kendaraan itu akan menuju kemana. Tania mau saja sebenarnya menaiki kendaraan umum itu. Tania memang hari ini tak membawa kendaraan pribadinya karena mobil sport kesayangannya sedang berada di bengkel. Tadi pagi saja Ia berangkat menggunakan taksi. Kemana Rangga? Entahlah! Biasanya Rangga selalu menawari Tania apabila Tania sudah keluar dari kelasnya. Namun kini, Rangga tak sedikitpun terlihat batang hidungnya. Mungkin Ia sedang mengantar atau bahkan jalan-jalan dengan Keyla mengingat tadi pagi mereka mulai bertemu kembali. Tania masa bodoh! Tania tak mau memikirkan Rangga. Yang Tania fikirkan saat ini adalah menunggu taksi dan menaiki nya lalu pergi menuju pemakaman Gio.

Tania kembali menyeka keringatnya. Ia kini berdiri dan berjalan menuju pinggir jalan. Menatap jalanan yang ramai akan kendaraan pribadi namun tak ada satu pun taksi yang terselip di sana. Tania menghela nafasnya kasar. Ia kini kembali duduk di kursi panjang yang berada di halte.

"Tania!"

Tania menyipitkan matanya menatap sebuah mobil yang berada di depannya. Sinar matahari menghalangi mata minusnya untuk menatap benda di depannya. Tania kini berdiri, meletakkan telapak tangan kanannya sebagai payung di atas hidungnya untuk menghalangi sinar matahari agar Ia dapat melihat apa yang ada di hadapannya. Dari dalam mobil itu, keluarlah seorang pemuda berkulit putih dengan menggunakan kaos oblong berwarna hitam di balut oleh jaket parasut berwarna biru merah dan jeans hitam menghampiri Tania. Tania menghela nafasnya saat sudah tahu siapa yang menghampirinya. Dia Bisma, kekasih dari sahabatnya yang tengah kuliah di luar negeri. Sahabat Tania sendiri bernama Dina, teman Tania sejak SMP. Hingga saat ini, Tania dan Dina masih selalu komunikasi di sebabkan Dina, yang selalu menanyakan dan memantau aktivitas Bisma di kampusnya.

"Mau kemana lo?" Tanya Bisma yang kini sudah berada di samping Tania.

"Mau ke makamnya Gio, Bis.. Tapi dari tadi ga ada taksi yang lewat.." Tania. Ia kini mendangakkan sedikit kepalanya untuk menatap Bisma yang memang lebih tinggi darinya. Memang tampan Bisma ini, tak salah bila Dina memiliki pemuda ini. Dina pun juga cantik, namun sangat cuek. Sama seperti kekasihnya, Bisma.

"Rangga kemana?" Tanya Bisma. Tania hanya mengangkat bahunya tanda tak tahu.

"Ya udah gue anterin mau kagak?" Bisma. Tania kini berfikir untuk menerima tawaran Bisma atau tidak.

"Udah gak usah banyak mikir. Gue tau lo bakal terima yang gratisan kayak gini. Ayo cepet!" Bisma. Ia kini berjalan terlebih dahulu di depan Tania dan masuk terlebih dahulu ke mobilnya. Tania tersenyum, memang temannya yang satu ini sangat hafal sekali akan pola tingkah Tania. Bisma adalah lelaki kedua yang dekat dengan Tania selain Rangga. Bisma just friend, no more okay!

"Buruan Taniaaa!"

"Iya-iya bawel lo!"


***
"Gimana kalo gue balikan sama Keyla, Tan? Gimana-gimana lo setuju gak?"

Tania langsung tersendak tak kala mendengar perkataan yang di lontarkan oleh pemuda di hadapannya. Saat ini memang Tania dan Rangga tengah berada di ruang keluarga di rumah keluarga Rays. Rangga sedang bermain di sini sekaligus curhat.

"Lo kalo makan hati-hati dong.." Rangga. Ia memberikan segelas air putih yang sudah ada sejak tadi kepada Tania. Tania menerimanya dan segera meminumnya. Tania kini menatap Rangga di hadapannya. Saat ini, Rangga dan Tania tengah duduk di lantai beralaskan karpet bulu berwarna merah maroon. Sebuah karpet yang harganya sangat mahal, bisa mencapai angka satu ratus juta.

"Loh? Bukannya Keyla udah punya pacar?" Tania. Rangga menggelengkan kepalanya.

"Pas putus dari gue emang dia ga lama punya pacar lagi. Tapi sebulan yang lalu katanya dia udah putus. Dia bilang, dia kangen pacaran sama gue. Lumayankan Tan? Ada kesempatan buat balikan lagi sama Keyla? Gue juga masih cinta sama dia." Rangga. Tania tersenyum. Tersenyum menutupi rasa sakit hatinya. Entah mengapa, Tania selalu sakit hati akan sikap Rangga yang lebih memprioritaskan Keyla. Sudah hampir satu bulan ini hubungan antara Tania dan Rangga meregang. Rangga, Ia lebih sibuk dengan Keyla. Setiap Tania mengajak Rangga untuk pergi kemana, Rangga selalu menolak dengan alasan sibuk. Untuk kali ini, Rangga yang berniat sendiri main ke rumah Tania setelah sekian lama Rangga tak main ke rumah keluarga Rays ini.

"Ya kalo lo nya masih sayang, kejar aja Keyla nya. Dia nya aja udah nge-kode kan?" Tania. Rangga mengangguk semangat.

"Nah lo kejar aja! Lo gapai lagi Keyla! Lo gamau kehilangan kesempatan kan buat milikin Keyla lagi?" Ujar Tania menatap wajah Rangga yang berseri.

"Iya! Gue mau milikin Keyla lagi! Udah cukup tiga tahun gue lepas dia. Dan sampai saat ini, rasa gue ke dia ternyata belum ilang." Rangga. Tania menganggukkan kepalanya dan tersenyum menanggapi ucapan Rangga.

"Ya udah, selamat berusaha kawan! Gue akan selalu dukung lo, gue akan selalu ada di belakang lo! Lo tenang aja! Gue akan bantu lo sebisa gue! Jangan sungkan-sungkan!" Tania. Rangga tersenyum haru dan kini langsung memeluk Tania.

"Lo emang sahabat gue yang paling bener-bener malaikat. Lo care banget sama gue.. Makasih buat 17 tahun ini lo udah jadi sohib gue.. Dari kecil, lo emang baik banget sama gue! Sayang banget deh sama lo! Inget, pake banget, Tan!" Rangga. Ia mengeratkan pelukannya pada tubuh Tania. Ia senang, sahabatnya sudah kembali seperti dahulu. Rangga ingin, Tania tak akan seperti kemarin lagi. Tania yang sedih, galau, hancur, rapuh, pokoknya yang serba lemah dan terkapar. Rangga ingin Tania kembali menjadi Tania yang Ia kenal sejak dahulu, Tania yang ceria, bawel, cerewet, manja, alay, lebay, dan malaikat. Dan kini, semua kembali.

"Terima kasih kembali sohib gue, Rangga.." Tania. Ia tersenyum dalam pelukan Rangga. Senyuman miris lebih tepatnya.


"Biar gue yang sakit. Gue rela kok. Lo udah banyak berjuang buat gue. Lo terlalu baik buat gue, Ngga.. Lo selalu ada buat gue di saat gue terpuruk kemarin. Lo selalu ada di depan gue sebagai tameng, sebagai pelindung gue. Udah cukup, udah cukup lo ngorbanin semua saat kemarin. Sekarang, saatnya gue Ngga.. Gue akan lakuin apapun yang gue bisa, yang gue mampu, buat nyenengin lo. Walaupun di sini, gue yang jadi korbannya."


"Gue tau, rasa ini emang ga seharusnya hadir. Di sini gue emang banyak salahnya. Di sini, gue ga harus kayak gini sama lo! Lo, udah terlalu baik sama gue. Gue ga boleh egois! Dan di sini, gue udah khianatin Gio. Gue, ternyata rasa gue ga setia sama dia. Gue.. Andai gue bisa pilih pergi.. Mungkin, Gue akan milih pergi dari dunia yang kejam ini. Biar gue ga akan di haruskan memilih. Karena memilih itu sakit! Sakit, di mana harus ada yang menjadi korban dalam pilihan itu. Dan gue, ga mau buat orang yang gue sayang sakit. Maafkan aku, Tuhan.. Aku mulai menyerah dengan kehidupan. aku ingin cepat pergi, dan kembali, ke sisi-Mu.."








To be continued

Ini mini cerbung yaa..
Maaf typo(s) yang bertebaran di mana-mana..
Kalau mau tag coment aja oke?
Mari RCL!


@MJenii_18


Ilustrasi Keyla as Mytha Mamamia.
Ilustrasi Keyla as Mytha Mamamia.