Tak Akan Terganti 3
***
Tania sedang berjalan santai di sebuah Taman Kota yang cukup dekat dengan rumahnya dengan menggunakan celana jeans selutut dan dengan kaos oblong bergambar cartoon berwarna merah muda. Udara sore yang sejuk seperti ini memang sangat merefreshing otak yang lelah akan kerjanya yang terus berusaha menyelesaikan masalah. Sambil mengumbar senyum khasnya, Tania terus berjalan menapaki jalan setapak yang di samping kanan-kirinya terdapat padang rumput buatan yang sangat indah. Tania tenang, Tania damai, Tania tentram. Ia ingin hidupnya terus seperti ini. Tidak ada masalah, damai, dan santai.
Tania memperlambat langkahnya saat Ia mendengar isak tangis seseorang di balik rerumputan yang berada di sampingnya. Tania mengerutkan keningnya bingung. Di suasana yang tentram seperti ini mengapa masih saja ada yang menangis?
Karena Tania adalah salah satu manusia yang memiliki tingkat keingin tahuan yang tinggi, Tania mendekati rerumputan itu dengan jalan yang mengindik. Ia membuka sedikit rerumputan hijau yang membentuk gunung di depannya. Ternyata, rerumputan ini dapat melihat siapa yang menangis dari arah samping. Disana, ada seorang gadis seumuran dengannya tengah menangis di temani oleh seorang lelaki paruh baya di sampingnya.
"Pokoknya papih ga mau tau! Kamu harus bisa dapetin laki-laki itu lagi. Karena dia aset berharga kita!" Sentak lelaki paruh baya itu kepada gadis muda di sampingnya yang Tania lihat.
"Tapi pih.. Hks aku ga tega pih.. Kenapa sih harus libatin dia pih? Dia ga tau apa-apa. Aku merasa bersalah, pih.." Jawab gadis muda itu di iringi isak tangisnya. Kening Tania kembali mengerut, sepertinya Tania mengenal siapa pemilik suara ini.
"Tapi kamu tau kan, nasib keluarga kita itu sedang berada dalam ambang kehancuran. Kamu mau kita hidup miskin, ha? Kamu mau papih tanya?"
"Hks tapi aku udah ga cinta lagi pih sama dia. Aku cinta nya sama Leo, bukan..."
"Cinta bisa tumbuh suatu saat nanti! Yang paling penting, kamu berhubungan kembali sama dia. Biar keluarga nya mau membantu kita dengan sukarela karena kamu pasangan anaknya dan kita, dapat kembali kaya dulu."
"Tapi pih..."
"Lakuin yang papih suruh kalau kamu ga mau jadi anak durhaka! Putuskan saja pacarmu, berpacaranlah dengan Rangga.."
"Kenapa sih papih jadi kayak gini? Aku ga tau apa-apa pih.. Lagian perusahaan papih bangkrut juga karena papih yang kena tipu dan selalu mau saja di poroti oleh wanita jalangnya papih!"
"Jaga mulut kamu, Keyla!"
"Aku ngomong sesuai fakta!"
"Sudahlah, papih pergi dahulu! Pikirkan baik-baik perintah papih atau kamu, tidak papih anggap sebagai anak papih lagi!"
Lelaki paruh baya yang berada di samping gadis itu pergi meninggalkan gadis muda di sampingnya tadi dengan keadaan yang semakin menangis tersedu. Tania hanya menatap kejadian di depannya dengan tatapan tidak percaya. Jadi? Ini kenapa jadi begini? Rangga dan Keyla? sama-sama berada di dalam posisi yang tidak seharusnya. Mereka berdua, apabila terus seperti ini, akan menimbulkan kesalah pahaman suatu saat nanti. Tania, tidak ingin kedua temannya dalam keadaan seperti ini. Ia harus berbuat sesuatu! Tetapi apa? Tania bingung.
"Key.." Tania. Ia memutuskan untuk menghampiri temannya yang tengah di rundung duka ini. Dengan peran, tidak tahu apa-apa.
"Tania.. Hks.." Keyla. Ia menatap Tania dengan deraian air mata. Tania tersenyum kecil, Ia kini duduk di samping Keyla.
"Lo kenapa? Kok nangis kayak gini?" Tanya Tania. Keyla menatap Tania dengan tatapan sendu dan dengan mata yang berkaca-kaca. Sedetik kemudian, Keyla langsung memeluk erat Tania di sampingnya. Menangis di dalam bahu Tania.
"Hks gue.. Gue.. Hks kenapa sih dunia itu kejam banget, Tan? Kenapa sih dunia selalu gak care sama penghuninya? Gue capek, Tan.. Gue capek hidup dalam ketidak adilan kayak gini.." Keyla. Tania tersenyum, Ia mengusap punggung Keyla pelan.
"Dunia itu ga kejam kok. Dunia juga care sama kita. Di sini kita hanya di tantang, bagaimana kita menyelesaikan suatu masalah dengan keadaan yang memang ga seimbang. Ga stabil. Lo tau? Ketidak adilan sendiri itu juga akibat dari kita yang menyelesaikan masalah tanpa selaras dengan keadaan. Jadi di sini, kunci lo cuma satu agar semua bisa selaras kembali. Sabar." Tania. Keyla terus saja menangis di dalam pelukan Tania. Walau tak se-miris tadi.
"Hks sabar kan ada batasnya, Tan! Ini batas kesabaran gue.. Gue, gue pengen nyerah, Tan.. Gue udah ga kuat.."
"Lo jangan kaya gitu! Optimis dong! Yakin bisa! Berdoa, semoga masalah yang lagi di hadapin sama lo itu cepet kelar dan dengan jalan tengah yang sesuai. Ayo dong, Key!"
"Iya-iya gue akan usaha.. Makasih ya, Tan.. Lo temen gue yang paling care sama gue selain, Rangga.."
"Terimakasih kembali, Key! Semangat kawan!"
***
Hari kembali berganti. Tania kini sedang berjalan di koridor kampusnya seorang diri. Hari ini memang Tania memiliki jadwal kuliah siang yang menyebabkan sore ini Tania baru saja keluar dari kelasnya. Angin berhembus kencang, tapi tak membuat suasana koridor menjadi sepi. Bahkan semakin ramai. Tania sendiri hanya bisa menggelengkan kepalanya karena koridor ini ramai dengan orang-orang yang bergosip ria.
"Eh lo tau, lo tau gak? Tadi pagi gue liat Rangga sama si Keyla jalan pake gandengan tau.. Mereka pacaran?"
Tania mengerutkan keningnya bingung. Pasalnya tadi Ia lagi jalan, terus dengan se-enaknya ada seorang mahasiswi yang Tania sendiri tidak kenal langsung menariknya dan bertanya seperti itu.
"Mana gue tau.. Ya.. Mmmm.. Ya mungkin mereka pacaran.. Mereka kan udah deket dari lama.. Emang kenapa?" Tanya Tania. Mahasiswi yang menarik tangannya tersenyum dan mengajak Tania berjalan kembali bersamanya.
"Ya gue kira dia pacaran sama lo.. Makanya gue kaget pas tadi pagi liat si Keyla gandengan sama Rangga. Mana tuh cewek nempel banget sama Rangga. Ganjen pula.. Sorry sebelumnya gue tadi asal aja narik lo." Ujar mahasiswa ini. Tania tersenyum.
"Haha gapapa kok! Kenapa lo kira gue pacarnya Rangga? Kita hanya sahabatan kok dari kecil ga lebih." Tania. Mahasiswi itu menganggukkan kepalanya mengerti.
"Ya abisnya Rangga pernah teriak di lapangan kalo lo itu pacar dia. Mungkin lo ga tau, karena anak bisnis jadwalnya siang waktu itu. Gue ngefans sama dia, biasa aja sih.. Tapi ya, gue sedikit ngelirik dia. haha." Ujar mahasiswi ini. Tania kembali tersenyum. Sepertinya, orang ini asik di ajak ngobrol dan Tania, ingin menambah teman.
*
Tania hanya bisa diam mendengar cerita Rangga saat ini. Memang saat ini Rangga tengah berkunjung ke rumah Tania dan menceritakan kejadian dimana Ia menyatakan cintanya kepada Keyla. Ya, gosip itu benar dan Tania, cukup bisa tersenyum. Tersenyum miris dengan hati yang teriris-iris.
"Dan lo tau Tan akhirnya, dia nganggukkin kepalanya dan di situ gue seneng banget sampe akhirnya gue peluk dia dan ga sengaja gue cium..."
"Cium apa?"
"She's lips! Hehe.."
Bagai di tusuk ribuan pedang yang sangat tajam hati Tania setelah mendengar ucapan Rangga. Ini maksimal hatinya sakit. Tania mau menyerah, Tania mau mundur dari semua ini, Ini lebih sakit di banding kepergian Gio. Oh Tuhan! Gio, bolehkah Tania ikut dengan Gio saja? Yang jelas-jelas sudah mencintai Tania tulus. Tania ingin move on, Tania tidak mau stuck saja dengan Gio. Dan kini, pilihan hatinya itu Rangga. Tapi, kenapa ini justru malah membuat hatinya bertambah terpuruk. Tuhan, sungguh Tania tak kuat.
"Anaknya marah ga? Lagian lo nya malah nyosor aja kaya soang!"
"Hehe saking senengnya sih, Tan.. Keyla nya aja ngerespon.. Gue nya juga udah mulai cinta pake banget lagi sama Keyla.. Ah Tania! Gue ga tau mau ngomong apa sekarang.." Rangga. Tania tersenyum menatap Rangga yang sangat senang sekali menceritakan kejadian nya bersama Keyla di hari kemarin. Pantas, Rangga tak menghubunginya sama sekali. Ternyata oh ternyata.
"Andai lo tau, Ngga.. Semua ini di lakukan Keyla untuk menyelamatkan perusahaan keluarga dia.. Dan saat ini, Keluarga lo akan di manfaatkan oleh keluarganya.. Gue ga bisa bilang apa-apa, karena di sini, di otak gue, udah terbayang banget bagaimana kejadian setelah nanti gue bilang itu suatu saat nanti. Dan di situ, lo pasti akan nyakitin gue dengan kata dan sikap lo. Di sini, gue hanya bisa tunduk. Tunduk karena cinta."
Tania bergumam di dalam hati. Hatinya benar-benar abstrak saat ini. Tak terasa, dua bulir air mata turun dari kedua matanya. Ini air mata sakit, ini air mata perih.
Rangga menatap Tania heran. Karena, sejak tadi Tania memang banyak diam. Dan sekarang, Tania menangis. Rangga sengaja diam dahulu, Ia ingin tahu setelah Tania menangis Tania akan mengamuk kembali atau tidak seperti dulu. Dan nyatanya, tidak. Rangga kini mulai berputar otak, sepertinya Tania menangis bukan karena memikirkan Gio, tetapi suatu hal yang belum Rangga ketahui.
"Tan.. Lo kenapa?"
"Ah gue, gapapa kok!"
Tania langsung menghapus air matanya setelah tersadar dari lamunannya. Ia tersenyum menatap wajah Rangga yang menatapnya heran. Tania harus menyembunyikan ini semua. Ia tak mau merusak kebahagian Rangga karena buat Tania, senyum Rangga adalah kebahagiannya. Walau hanya bahagia dalam ucapan, tidak dalam hati.
"Lo bohong! Gue tau lo, Tania. Cerita sama gue, lo lagi ada masalah apa?" Tanya Rangga menatap Tania spesifik apalagi kedua manik mata Tania. Tania membuang mukanya agar Rangga tak terus menatapnya.
"Ah engga serius!"
"Gue tau kita udah jarang ketemu akhir-akhir ini dan gue pun jarang ada selalu di samping lo lagi.. Tapi plis, kalo ada masalah, lo cerita sama gue.. Di sini gue akan selalu dengerin cerita lo kok."
"Iya-iya tapi gue ga ada apa-apa kok."
"Serius, Tan.."
"Iya, Ngga.."
Rangga kini mengangguk sambil tersenyum membuat Tania sedikit bernafas lega. Tania kini berjalan menuju kamar mandi yang masih berada di dalam kamarnya dan masuk ke ruangan itu. Rangga menatap Tania yang kini sudah hilang di balik pintu dan kini Rangga berbaring di atas tempat tidur Tania yang berselimuti sprei berwarna hijau tosca bergambar cartoon.
"Gue tau lo, Tan.. Lo ga akan bisa bohong sama gue.. Gue harus cari tau kenapa dia suka aneh akhir-akhir ini.. Dia sering diem kayak gini.. Maafin gue, gue sadar. Semenjak ada Keyla, gue kurang peduli sama lo. Tapi nyatanya, keadaan kemaren buat gue kurang tau tentang gimana lo sekarang.. Maafin gue, Tan.."
"Lo tau ga Tan, setiap bulir air mata lo yang jatuh itu, entah kenapa buat hati gue nyesek. Hati gue selalu sakit pake banget kalo liat air mata lo jatuh dari kedua mata indah lo. Apa ini salah satu rasa sebagai sahabat atau yang lain? Tuhan, tolong beri petunjuk dari kejadian semua ini.."
***
Hari Minggu. Hari yang mestinya libur kini tak di rasakan oleh seorang Tania. Kini Ia harus mengikuti kelas tambahan akibat ada suatu masalah dalam nilainya. Tania hanya menggerutu tak jelas sambil terus menyusuri lorong-lorong kampusnya. Lorong kampus sangat sepi. Ya, Semua mahasiswi sudah masuk ke dalam kelasnya saat 15 menit yang lalu sedangkan Tania baru sampai di kampusnya 2 menit yang lalu. Tania hanya berjalan santai tak memperdulikan waktu karena memang Tania sedang badmood. Tania terus saja berjalan santai samapi akhirnya kini di depan sana Tania melihat ada Keyla yang berdiri bersandar pada tiang beton di ujung koridor sambil memegang papan plastik yang di atasnya ada selembar kertas. Ya Keyla, dia adalah salah satu anggota keamanan kampus yang selalu mendata, memberi hukuman kepada setiap mahasiswa yang melanggar peraturan. Dan di organisasi itu, juga ada Rangga. Tapi untuk saat ini tak terlihat batang hidung Rangga di tempat ini.
"Eh Tania!" Teriak Keyla yang menatap Tania tengah berdiri diam. Tania menatap Keyla malas lalu berjalan menghampiri Keyla yang notabene adalah orang yang membuatnya badmood hari ini.
"Apa?"
"Lo telat. Dan lo harus di hukum!" Tegas Keyla.
"Yaya gue tau. Apa hukuman gue?"
"Lo lari keliling lapangan 5 kali."
"Ya, gue lakuin sekarang. Gue titip tas gue." Tania. Ia meletakkan tas gandongnya di lantai koridor dan kini Ia mulai berjalan menuju lapangan basket yang berada di depannya.
"Eh nanti dulu." Keyla. Ia menarik tangan Tania membuat Tania kini berbalik kembali menghadapnya.
"Ada apa?" Tanya Tania cuek. Keyla melangkahkan kakinya satu langkah ke depan agar lebih dekat dengan tubuh Tania. Tania menatap Keyla heran. Ada apa ini?
"Lo? Gue tau lo waktu di taman ngeliat gue sama bokap gue berantem kan?" Keyla. Suaranya memang mengecil. Tapi penuh penekanan.
"Gue? Kata siapa? Sok tau lo!"
"Ga usah boong deh lo! Ngaku lo!"
"Awh! Apa-apaan sih lo, Key!" Tania memekik keras saat Keyla menjambak rambutnya. Keyla menginjak kaki kanan Tania agar Tania tidak berteriak.
"Lo? Awas aja kalo lo berani teriak! Gue bikin lo mampus!"
"Siapa takut? Awh! Lepas!" Sentak Tania keras. Keyla membolakan matanya dan kini Ia membekap mulut Tania. Memang koridor sangat sepi, tapi Keyla memang harus hati-hati.
"Lo? Awas lo kalo bilang ke Rangga masalah yang di taman! Gue jamin keluarga lo ga selamat! Lo tau kan siapa keluarga gue? Haha." Keyla tertawa meremehkan. Tania menatap Keyla geram sambil berusaha melepas bekapan Keyla.
"Awh!" Pekik Keyla sambil melepaskan bekapannya di mulut Tania. Tania tersenyum penuh kemenangan. Ia berhasil menggigit telapak tangan Tania.
"Lo? Oke lo berani sama gue!" Keyla. Ia menarik lengan Tania paksa agar Tania kini mengikuti kemauannya untuk pergi dari tempat ini. Tania membulatkan matanya dan kini berusaha melepas cengkraman kuat tangan Keyla di pergelangan tangannya.
"Eh Key! Lepas! Lo kenapa sih? Br*ngs*k lo!" Bentak Tania. Dengan sekuat tenaga Tania melepas cengkaraman tangan Keyla sampai kini tangan Keyla terhempas kuat dan membuat Keyla tersungkur di lantai koridor.
"Ah! Lo kasar banget sih jadi cewek!" Keyla. Tania tersenyum sinis.
"Lo tuh cewek tapi kayak iblis! Maksud lo apa, hah?" Tania. Keyla menatap Tania sinis.
"Ada apa ini?" Suara seseorang yang khas di telinga Tania membuat Tania kini harus menengok ke arah Rangga yang tengah berjalan menghampiri dirinya dan Keyla. Tania mendengus kesal menatap mood breakernya selama ini. Lelaki yang kini mulai di cintainya, tetapi juga yang menjadi kesedihannya.
"Tanya sana sama cewek lo yang kaya iblis ini!" Sentak Tania. Tania mengambil tasnya yang berada di lantai lalu pergi meninggalkan Keyla dan Rangga. Rangga diam menatap Tania yang pergi dari hadapannya.
"Rangga!" Rengek Keyla. Rangga tersadar dan kini membantu Keyla berdiri.
"Kamu kenapa?"
"Sahabat kamu noh jahat banget! Dia dorong aku tadi gara-gara katanya kamu mulai jauhin Tania!" Ujar Keyla dengan nada sinisnya. Rangga menatap Keyla spesifik.
"Kamu serius? Kamu yakin?"
"Ngapain aku boong sama kamu! Mending dari sekarang kamu jauhin deh temen kayak gitu! Jahat dia!" Keyla. Rangga terdiam kembali sambil menatap mata Keyla. Sepertinya Rangga tengah mencari kebenaran di sana. Baiklah! Kita tinggalkan saja Rangga yang tengah bingung ini.
To Be Continue.
Maaf typo(s)!
RCL dan yang mau tag comment aja oke?!
@MJenii_18
***
Tania sedang berjalan santai di sebuah Taman Kota yang cukup dekat dengan rumahnya dengan menggunakan celana jeans selutut dan dengan kaos oblong bergambar cartoon berwarna merah muda. Udara sore yang sejuk seperti ini memang sangat merefreshing otak yang lelah akan kerjanya yang terus berusaha menyelesaikan masalah. Sambil mengumbar senyum khasnya, Tania terus berjalan menapaki jalan setapak yang di samping kanan-kirinya terdapat padang rumput buatan yang sangat indah. Tania tenang, Tania damai, Tania tentram. Ia ingin hidupnya terus seperti ini. Tidak ada masalah, damai, dan santai.
Tania memperlambat langkahnya saat Ia mendengar isak tangis seseorang di balik rerumputan yang berada di sampingnya. Tania mengerutkan keningnya bingung. Di suasana yang tentram seperti ini mengapa masih saja ada yang menangis?
Karena Tania adalah salah satu manusia yang memiliki tingkat keingin tahuan yang tinggi, Tania mendekati rerumputan itu dengan jalan yang mengindik. Ia membuka sedikit rerumputan hijau yang membentuk gunung di depannya. Ternyata, rerumputan ini dapat melihat siapa yang menangis dari arah samping. Disana, ada seorang gadis seumuran dengannya tengah menangis di temani oleh seorang lelaki paruh baya di sampingnya.
"Pokoknya papih ga mau tau! Kamu harus bisa dapetin laki-laki itu lagi. Karena dia aset berharga kita!" Sentak lelaki paruh baya itu kepada gadis muda di sampingnya yang Tania lihat.
"Tapi pih.. Hks aku ga tega pih.. Kenapa sih harus libatin dia pih? Dia ga tau apa-apa. Aku merasa bersalah, pih.." Jawab gadis muda itu di iringi isak tangisnya. Kening Tania kembali mengerut, sepertinya Tania mengenal siapa pemilik suara ini.
"Tapi kamu tau kan, nasib keluarga kita itu sedang berada dalam ambang kehancuran. Kamu mau kita hidup miskin, ha? Kamu mau papih tanya?"
"Hks tapi aku udah ga cinta lagi pih sama dia. Aku cinta nya sama Leo, bukan..."
"Cinta bisa tumbuh suatu saat nanti! Yang paling penting, kamu berhubungan kembali sama dia. Biar keluarga nya mau membantu kita dengan sukarela karena kamu pasangan anaknya dan kita, dapat kembali kaya dulu."
"Tapi pih..."
"Lakuin yang papih suruh kalau kamu ga mau jadi anak durhaka! Putuskan saja pacarmu, berpacaranlah dengan Rangga.."
"Kenapa sih papih jadi kayak gini? Aku ga tau apa-apa pih.. Lagian perusahaan papih bangkrut juga karena papih yang kena tipu dan selalu mau saja di poroti oleh wanita jalangnya papih!"
"Jaga mulut kamu, Keyla!"
"Aku ngomong sesuai fakta!"
"Sudahlah, papih pergi dahulu! Pikirkan baik-baik perintah papih atau kamu, tidak papih anggap sebagai anak papih lagi!"
Lelaki paruh baya yang berada di samping gadis itu pergi meninggalkan gadis muda di sampingnya tadi dengan keadaan yang semakin menangis tersedu. Tania hanya menatap kejadian di depannya dengan tatapan tidak percaya. Jadi? Ini kenapa jadi begini? Rangga dan Keyla? sama-sama berada di dalam posisi yang tidak seharusnya. Mereka berdua, apabila terus seperti ini, akan menimbulkan kesalah pahaman suatu saat nanti. Tania, tidak ingin kedua temannya dalam keadaan seperti ini. Ia harus berbuat sesuatu! Tetapi apa? Tania bingung.
"Key.." Tania. Ia memutuskan untuk menghampiri temannya yang tengah di rundung duka ini. Dengan peran, tidak tahu apa-apa.
"Tania.. Hks.." Keyla. Ia menatap Tania dengan deraian air mata. Tania tersenyum kecil, Ia kini duduk di samping Keyla.
"Lo kenapa? Kok nangis kayak gini?" Tanya Tania. Keyla menatap Tania dengan tatapan sendu dan dengan mata yang berkaca-kaca. Sedetik kemudian, Keyla langsung memeluk erat Tania di sampingnya. Menangis di dalam bahu Tania.
"Hks gue.. Gue.. Hks kenapa sih dunia itu kejam banget, Tan? Kenapa sih dunia selalu gak care sama penghuninya? Gue capek, Tan.. Gue capek hidup dalam ketidak adilan kayak gini.." Keyla. Tania tersenyum, Ia mengusap punggung Keyla pelan.
"Dunia itu ga kejam kok. Dunia juga care sama kita. Di sini kita hanya di tantang, bagaimana kita menyelesaikan suatu masalah dengan keadaan yang memang ga seimbang. Ga stabil. Lo tau? Ketidak adilan sendiri itu juga akibat dari kita yang menyelesaikan masalah tanpa selaras dengan keadaan. Jadi di sini, kunci lo cuma satu agar semua bisa selaras kembali. Sabar." Tania. Keyla terus saja menangis di dalam pelukan Tania. Walau tak se-miris tadi.
"Hks sabar kan ada batasnya, Tan! Ini batas kesabaran gue.. Gue, gue pengen nyerah, Tan.. Gue udah ga kuat.."
"Lo jangan kaya gitu! Optimis dong! Yakin bisa! Berdoa, semoga masalah yang lagi di hadapin sama lo itu cepet kelar dan dengan jalan tengah yang sesuai. Ayo dong, Key!"
"Iya-iya gue akan usaha.. Makasih ya, Tan.. Lo temen gue yang paling care sama gue selain, Rangga.."
"Terimakasih kembali, Key! Semangat kawan!"
***
Hari kembali berganti. Tania kini sedang berjalan di koridor kampusnya seorang diri. Hari ini memang Tania memiliki jadwal kuliah siang yang menyebabkan sore ini Tania baru saja keluar dari kelasnya. Angin berhembus kencang, tapi tak membuat suasana koridor menjadi sepi. Bahkan semakin ramai. Tania sendiri hanya bisa menggelengkan kepalanya karena koridor ini ramai dengan orang-orang yang bergosip ria.
"Eh lo tau, lo tau gak? Tadi pagi gue liat Rangga sama si Keyla jalan pake gandengan tau.. Mereka pacaran?"
Tania mengerutkan keningnya bingung. Pasalnya tadi Ia lagi jalan, terus dengan se-enaknya ada seorang mahasiswi yang Tania sendiri tidak kenal langsung menariknya dan bertanya seperti itu.
"Mana gue tau.. Ya.. Mmmm.. Ya mungkin mereka pacaran.. Mereka kan udah deket dari lama.. Emang kenapa?" Tanya Tania. Mahasiswi yang menarik tangannya tersenyum dan mengajak Tania berjalan kembali bersamanya.
"Ya gue kira dia pacaran sama lo.. Makanya gue kaget pas tadi pagi liat si Keyla gandengan sama Rangga. Mana tuh cewek nempel banget sama Rangga. Ganjen pula.. Sorry sebelumnya gue tadi asal aja narik lo." Ujar mahasiswa ini. Tania tersenyum.
"Haha gapapa kok! Kenapa lo kira gue pacarnya Rangga? Kita hanya sahabatan kok dari kecil ga lebih." Tania. Mahasiswi itu menganggukkan kepalanya mengerti.
"Ya abisnya Rangga pernah teriak di lapangan kalo lo itu pacar dia. Mungkin lo ga tau, karena anak bisnis jadwalnya siang waktu itu. Gue ngefans sama dia, biasa aja sih.. Tapi ya, gue sedikit ngelirik dia. haha." Ujar mahasiswi ini. Tania kembali tersenyum. Sepertinya, orang ini asik di ajak ngobrol dan Tania, ingin menambah teman.
*
Tania hanya bisa diam mendengar cerita Rangga saat ini. Memang saat ini Rangga tengah berkunjung ke rumah Tania dan menceritakan kejadian dimana Ia menyatakan cintanya kepada Keyla. Ya, gosip itu benar dan Tania, cukup bisa tersenyum. Tersenyum miris dengan hati yang teriris-iris.
"Dan lo tau Tan akhirnya, dia nganggukkin kepalanya dan di situ gue seneng banget sampe akhirnya gue peluk dia dan ga sengaja gue cium..."
"Cium apa?"
"She's lips! Hehe.."
Bagai di tusuk ribuan pedang yang sangat tajam hati Tania setelah mendengar ucapan Rangga. Ini maksimal hatinya sakit. Tania mau menyerah, Tania mau mundur dari semua ini, Ini lebih sakit di banding kepergian Gio. Oh Tuhan! Gio, bolehkah Tania ikut dengan Gio saja? Yang jelas-jelas sudah mencintai Tania tulus. Tania ingin move on, Tania tidak mau stuck saja dengan Gio. Dan kini, pilihan hatinya itu Rangga. Tapi, kenapa ini justru malah membuat hatinya bertambah terpuruk. Tuhan, sungguh Tania tak kuat.
"Anaknya marah ga? Lagian lo nya malah nyosor aja kaya soang!"
"Hehe saking senengnya sih, Tan.. Keyla nya aja ngerespon.. Gue nya juga udah mulai cinta pake banget lagi sama Keyla.. Ah Tania! Gue ga tau mau ngomong apa sekarang.." Rangga. Tania tersenyum menatap Rangga yang sangat senang sekali menceritakan kejadian nya bersama Keyla di hari kemarin. Pantas, Rangga tak menghubunginya sama sekali. Ternyata oh ternyata.
"Andai lo tau, Ngga.. Semua ini di lakukan Keyla untuk menyelamatkan perusahaan keluarga dia.. Dan saat ini, Keluarga lo akan di manfaatkan oleh keluarganya.. Gue ga bisa bilang apa-apa, karena di sini, di otak gue, udah terbayang banget bagaimana kejadian setelah nanti gue bilang itu suatu saat nanti. Dan di situ, lo pasti akan nyakitin gue dengan kata dan sikap lo. Di sini, gue hanya bisa tunduk. Tunduk karena cinta."
Tania bergumam di dalam hati. Hatinya benar-benar abstrak saat ini. Tak terasa, dua bulir air mata turun dari kedua matanya. Ini air mata sakit, ini air mata perih.
Rangga menatap Tania heran. Karena, sejak tadi Tania memang banyak diam. Dan sekarang, Tania menangis. Rangga sengaja diam dahulu, Ia ingin tahu setelah Tania menangis Tania akan mengamuk kembali atau tidak seperti dulu. Dan nyatanya, tidak. Rangga kini mulai berputar otak, sepertinya Tania menangis bukan karena memikirkan Gio, tetapi suatu hal yang belum Rangga ketahui.
"Tan.. Lo kenapa?"
"Ah gue, gapapa kok!"
Tania langsung menghapus air matanya setelah tersadar dari lamunannya. Ia tersenyum menatap wajah Rangga yang menatapnya heran. Tania harus menyembunyikan ini semua. Ia tak mau merusak kebahagian Rangga karena buat Tania, senyum Rangga adalah kebahagiannya. Walau hanya bahagia dalam ucapan, tidak dalam hati.
"Lo bohong! Gue tau lo, Tania. Cerita sama gue, lo lagi ada masalah apa?" Tanya Rangga menatap Tania spesifik apalagi kedua manik mata Tania. Tania membuang mukanya agar Rangga tak terus menatapnya.
"Ah engga serius!"
"Gue tau kita udah jarang ketemu akhir-akhir ini dan gue pun jarang ada selalu di samping lo lagi.. Tapi plis, kalo ada masalah, lo cerita sama gue.. Di sini gue akan selalu dengerin cerita lo kok."
"Iya-iya tapi gue ga ada apa-apa kok."
"Serius, Tan.."
"Iya, Ngga.."
Rangga kini mengangguk sambil tersenyum membuat Tania sedikit bernafas lega. Tania kini berjalan menuju kamar mandi yang masih berada di dalam kamarnya dan masuk ke ruangan itu. Rangga menatap Tania yang kini sudah hilang di balik pintu dan kini Rangga berbaring di atas tempat tidur Tania yang berselimuti sprei berwarna hijau tosca bergambar cartoon.
"Gue tau lo, Tan.. Lo ga akan bisa bohong sama gue.. Gue harus cari tau kenapa dia suka aneh akhir-akhir ini.. Dia sering diem kayak gini.. Maafin gue, gue sadar. Semenjak ada Keyla, gue kurang peduli sama lo. Tapi nyatanya, keadaan kemaren buat gue kurang tau tentang gimana lo sekarang.. Maafin gue, Tan.."
"Lo tau ga Tan, setiap bulir air mata lo yang jatuh itu, entah kenapa buat hati gue nyesek. Hati gue selalu sakit pake banget kalo liat air mata lo jatuh dari kedua mata indah lo. Apa ini salah satu rasa sebagai sahabat atau yang lain? Tuhan, tolong beri petunjuk dari kejadian semua ini.."
***
Hari Minggu. Hari yang mestinya libur kini tak di rasakan oleh seorang Tania. Kini Ia harus mengikuti kelas tambahan akibat ada suatu masalah dalam nilainya. Tania hanya menggerutu tak jelas sambil terus menyusuri lorong-lorong kampusnya. Lorong kampus sangat sepi. Ya, Semua mahasiswi sudah masuk ke dalam kelasnya saat 15 menit yang lalu sedangkan Tania baru sampai di kampusnya 2 menit yang lalu. Tania hanya berjalan santai tak memperdulikan waktu karena memang Tania sedang badmood. Tania terus saja berjalan santai samapi akhirnya kini di depan sana Tania melihat ada Keyla yang berdiri bersandar pada tiang beton di ujung koridor sambil memegang papan plastik yang di atasnya ada selembar kertas. Ya Keyla, dia adalah salah satu anggota keamanan kampus yang selalu mendata, memberi hukuman kepada setiap mahasiswa yang melanggar peraturan. Dan di organisasi itu, juga ada Rangga. Tapi untuk saat ini tak terlihat batang hidung Rangga di tempat ini.
"Eh Tania!" Teriak Keyla yang menatap Tania tengah berdiri diam. Tania menatap Keyla malas lalu berjalan menghampiri Keyla yang notabene adalah orang yang membuatnya badmood hari ini.
"Apa?"
"Lo telat. Dan lo harus di hukum!" Tegas Keyla.
"Yaya gue tau. Apa hukuman gue?"
"Lo lari keliling lapangan 5 kali."
"Ya, gue lakuin sekarang. Gue titip tas gue." Tania. Ia meletakkan tas gandongnya di lantai koridor dan kini Ia mulai berjalan menuju lapangan basket yang berada di depannya.
"Eh nanti dulu." Keyla. Ia menarik tangan Tania membuat Tania kini berbalik kembali menghadapnya.
"Ada apa?" Tanya Tania cuek. Keyla melangkahkan kakinya satu langkah ke depan agar lebih dekat dengan tubuh Tania. Tania menatap Keyla heran. Ada apa ini?
"Lo? Gue tau lo waktu di taman ngeliat gue sama bokap gue berantem kan?" Keyla. Suaranya memang mengecil. Tapi penuh penekanan.
"Gue? Kata siapa? Sok tau lo!"
"Ga usah boong deh lo! Ngaku lo!"
"Awh! Apa-apaan sih lo, Key!" Tania memekik keras saat Keyla menjambak rambutnya. Keyla menginjak kaki kanan Tania agar Tania tidak berteriak.
"Lo? Awas aja kalo lo berani teriak! Gue bikin lo mampus!"
"Siapa takut? Awh! Lepas!" Sentak Tania keras. Keyla membolakan matanya dan kini Ia membekap mulut Tania. Memang koridor sangat sepi, tapi Keyla memang harus hati-hati.
"Lo? Awas lo kalo bilang ke Rangga masalah yang di taman! Gue jamin keluarga lo ga selamat! Lo tau kan siapa keluarga gue? Haha." Keyla tertawa meremehkan. Tania menatap Keyla geram sambil berusaha melepas bekapan Keyla.
"Awh!" Pekik Keyla sambil melepaskan bekapannya di mulut Tania. Tania tersenyum penuh kemenangan. Ia berhasil menggigit telapak tangan Tania.
"Lo? Oke lo berani sama gue!" Keyla. Ia menarik lengan Tania paksa agar Tania kini mengikuti kemauannya untuk pergi dari tempat ini. Tania membulatkan matanya dan kini berusaha melepas cengkraman kuat tangan Keyla di pergelangan tangannya.
"Eh Key! Lepas! Lo kenapa sih? Br*ngs*k lo!" Bentak Tania. Dengan sekuat tenaga Tania melepas cengkaraman tangan Keyla sampai kini tangan Keyla terhempas kuat dan membuat Keyla tersungkur di lantai koridor.
"Ah! Lo kasar banget sih jadi cewek!" Keyla. Tania tersenyum sinis.
"Lo tuh cewek tapi kayak iblis! Maksud lo apa, hah?" Tania. Keyla menatap Tania sinis.
"Ada apa ini?" Suara seseorang yang khas di telinga Tania membuat Tania kini harus menengok ke arah Rangga yang tengah berjalan menghampiri dirinya dan Keyla. Tania mendengus kesal menatap mood breakernya selama ini. Lelaki yang kini mulai di cintainya, tetapi juga yang menjadi kesedihannya.
"Tanya sana sama cewek lo yang kaya iblis ini!" Sentak Tania. Tania mengambil tasnya yang berada di lantai lalu pergi meninggalkan Keyla dan Rangga. Rangga diam menatap Tania yang pergi dari hadapannya.
"Rangga!" Rengek Keyla. Rangga tersadar dan kini membantu Keyla berdiri.
"Kamu kenapa?"
"Sahabat kamu noh jahat banget! Dia dorong aku tadi gara-gara katanya kamu mulai jauhin Tania!" Ujar Keyla dengan nada sinisnya. Rangga menatap Keyla spesifik.
"Kamu serius? Kamu yakin?"
"Ngapain aku boong sama kamu! Mending dari sekarang kamu jauhin deh temen kayak gitu! Jahat dia!" Keyla. Rangga terdiam kembali sambil menatap mata Keyla. Sepertinya Rangga tengah mencari kebenaran di sana. Baiklah! Kita tinggalkan saja Rangga yang tengah bingung ini.
To Be Continue.
Maaf typo(s)!
RCL dan yang mau tag comment aja oke?!
@MJenii_18