Friday, December 20, 2013

Itu Masa Lalu | Cerpen Spesial HBD 23th Morgan Oey

***
"Morgaaannn..."

"Isshhh lo tuh ya.. Errr kapan coba lo gak ikutin gue lagi!" Sentak Morgan

"Ih Morgan, aku kan cuma manggil kamu dan mau ngajak kamu makan bareng." Ucap gadis di hadapannya ini menunduk sambil membenarkan kacamata tebal plus bulatnya

"Eh denger ya cupu! Gak sudi gue mau berduaan sama lo! Inget ya, gak akan pernah gue suka sama lo." Bentak Morgan

"Nama aku Nur, bukan cupu!" Sentak gadis ini menatap wajah Morgan

"Ishh lo tuh ya!" Ucap Morgan lalu mendorong gadis ini hingga tersungkur di lantai Kantin. Gadis ini pun meringis kesakitan. Di saat itu pula, Morgan mengambil semangkok mie ayam dan segelas ice jeruk punya temannya lalu menumpahkannya ke kepala gadis ini.

"Eh Morgan mie ayam gue."

"Byurr"

"Ahh panas Morgan. Hikshiks.." Rintih gadis ini setelah Morgan menumpahkan itu

"Makanya, jangan deketin gua terus lo! Ga nyadar diri lo!" Bentak Morgan lagi dan lagi. Gadis ini pun berdiri dan menyamai tinggi Morgan.

"Ga nyangka aku Gan sama kamu. Hiks.. mulutmu harimau Morgan. Liat nanti kamu bakalan cinta sama aku. Mulai sekarang AKU GAK AKAN GANGGU KAMU! PUAS!" Sentak gadis ini di akhir kalimat lalu langsung lari entah kemana karna menahan malu akibat ia di tonton seisi kantin. Morgan pun hanya menyunggingkan senyuman sinisnya

"Lo tega banget Gan sama tuh cewek." Ucap pria yang tadi harus mengorbankan mie ayam juga jus jeruknya

"Udah diem deh lo Bis. Lo ambil lagi sana nanti gue bayar." Ucap Morgan lalu duduk di sebelah Bisma

"Inget loh Gan. Karma masih berlaku masbro di dunia ini." Ucap Gadis di hadapannya, Salsa.

"Oh ya? Waw!" Ucap Morgan yang membuat Bisma dan Salsa hanya mendengus kesal.

***



Kejadian-kejadian itu masih terekam jelas di otak seorang Handi Morgan Winata atau sapa saja Morgan. Dimana benar saja, gadis yang ia bilang cupu karna penampilan gadis itu CUPU. Dengan kacamata tebal, rambut di kuncir dua, seragam dengan kancing sampai leher begitupun dasinya, memakai rok sampai sebawah dada, juga rok dengan panjang 10 cm di bawah lutut. Gadis itu benar-benar menghilang esoknya sampai sekarang. Dan entah kenapa, justru Morgan merindukannya bahkan mencintai gadis itu. Benar ya, bahwa KARMA MASIH BERLAKU!

Pemuda tampan ini tengah menyendiri di taman belakang kampusnya sambil memandangi beberapa lembar foto yang ia curi dahulu dari Nur. Menatapnya dengan tatapan sendu. Ia pun tak menyadari bahwa kedua sahabatnya, Salsa dan Bisma tengah mengapitnya sejak tadi.

"Morgaaannn..." Teriak Salsa dan Bisma secara bersamaan. Morgan pun hanya melirik keduanya sekilas lalu melihat foto itu kembali.

"Makanya Gan, karma kan lo!" Ucap Salsa sambil menatap Morgan

"Ia gue akuin sekarang gue kena karma. Puas lo!" Ucap Morgan tanpa melirik Salsa sedikitpun

 "Gue kasian sama lo. Lo udah cari info belum tentang keberadaan Nur sama temen-temennya?" Tanya Bisma menepuk bahu Morgan

"Gue udah nanya sama sobatnya dia. Katanya, dia menetap di Paris semenjak kejadian itu." Lirih Morgan

"Hah?? Dia orang kaya Gan??" Kaget Salsa

"Ya, bokapnya itu temen bisnis bokap gue."

"Udahlah gak usah gaklau mlulu. Mending kita ke kelas yuk bre?? Ada kelas nih!" Ucap Bisma sambil melirik jam hitam yang melingkar di lengannya

"Ayo deh." Ucap Morgan lalu langsung menyelempangkan tasnya lalu berjalan bersama Bisma dan Salsa.

"Emhh permisi." Sapa seorang gadis di hadapan mereka bertiga pada saat mereka sedang berjalan di koridor

"Ada apa ya?" Ramah Bisma sambil memberikan senyuman mautnya kepada gadis di hadapannya

"Lo semua tau dimana kelas design grafis gak? Gue murid baru dan kebetulan katanya hari ini ada kelas." Ucap Gadis ini

"Oh berarti kita sekelas dong? Udah bareng aja yuk!" Ajak Bisma langsung menyambar tangan gadis itu dan menggandengnya lalu berjalan. Morgan dan Salsa pun segera berjalan menyamai Bisma.

"Oh ya, nama lo siapa?" Tanya Salsa

"Nama gue Nur Intan. Panggil aja gue Intan." Seketika mata Morgan pun langsung mendelik kaget ke arah gadis itu. Nama nya persis dengan gadis yang suka ia bilang cupu. Namun, penampilannya beda. Yang ini lebih trendy, cantik, and we o we lah!

"Nama gue Bisma, cewe jelek ini Salsa, dan tuh cowo cool tapi galauers itu namanya Morgan." Ucap Bisma memperkenalkan dirinya beserta sahabat-sahabatnya. Nampaknya gadis ini pun langsung mendelik kaget dan langsung menatap wajah Morgan yang terlihat datar+cuek sambil terus berjalan.

"Lo kenapa Ntan?" Tanya Salsa yang melihat raut wajah Intan.

"Gpp kok." Ucap Intan tersenyum palsu. Di lihat nya kelas tujuan mereka ternyata sudah ada dosen yang sedang mengajar.

'toktoktok'

Seketika dosen itu pun menghentikan aktifitas mengajarnya dan melihat ke arah pintu.

"Oke kalian silahkan masuk." Tegas Dosen pria ini. Ke empat nya pun berjalan masuk.

"Ehh sebentar.." Ucap dosen ini tiba-tiba yang membuat Bisma dkk memberhentikan langkahnya.

"Kamu Intan ya? Anaknya pak Sastra?" Tanya sang dosen kepada Intan yang sedang berada di sebelah Bisma. Intan hanya membalasnya dengan anggukan serta senyuman.

"Oke. Bisma, Morgan, Salsa. Kalian silahkan duduk. Dan kamu Intan, kamu perkenalkan diri dulu ya." suruh Dosen pria berumur 45an ini.

"Selamat pagi semua. Nama gue Nur Intan dan kalian bisa manggil gue Intan. Terimakasih." Ucap Intan.

"okey. Intan ini adalah anak dari pak Sastra, pemilik universitas ini. Kamu silahkan duduk di samping Morgan." Ucap Dosen itu. Intan yang kini sudah tau Morgan pun langsung berjalan menuju tempat duduknya.

"Kayaknya ini bener Intan deh." Lirih Morgan dalam hati.



*
Jam kuliah hari ini pun sudah selesai. Semua mahasiswa-mahasiswi di kelas Morgan pun sudah bercepat-cepat keluar kelas tanpa terkecuali Salsa dan Bisma. Mereka tidak pulang bersama Morgan karna mereka katanya sedang ada urusan penting.


Morgan yang sudah membereskan alat-alat tulisnya ini pun melirik ke samping. Di lihatnya Intan tengah memasukkan buku-buku nya kedalam tas ungunya. Cukup canggung! Namun, dengan rasa penasarannya, Morgan pun menghampiri Intan yang tengah siap-siap berdiri.

"Hmmm Intan!" Sapa Morgan

"Apa?" Jawab Intan dingin

"Hmmm apa lo.. Hmmm Nur Intan anak SMA Angkasa 4 tahun yang lalu?" Tanya Morgan sambil menatap lekat wajah Intan

"Emang kenapa lo tanya itu?" Tanya Intan dengan cuek tanpa menjawab pertanyaan Morgan tadi

"Ya gpp.. Soalnya gue lagi cari dia." Jawab Morgan

"Ngapain lo cari dia? Belum puas lo siksa dia dulu?" Tanya Intan menatap sinis Morgan

"Justru gue menyesal dan mencintai dia setelah dia pergi." Jujur Morgan

"Kalo iya dia itu gue emang kenapa? Hah kena karma juga yaa lo! Dan ucapan gue itu terjadi. Ckck" Ucap Intan dengan mata berkaca-kaca dan tertawa sinis. Morgan meraih kedua tangan Intan dan menggenggmnya erat. Intan menatap bola mata dengan iris kecoklatan milik Morgan. Kedua mata yang selalu membuat hatinya luluh dan jujur saja, sebenarnya kepindahannya ke Paris 4 tahun yang lalu tidak membuat hatinya berpindah dari Morgan.

"Ya gue akuin, gue emang kena karma. Dulu gue bullying lo! Tapi sekarang gue malah jatuh cinta sama lo. Pliss,  jangan tinggalin gue lagi." Ucap Morgan lalu mendekap Intan kepelukannya. Intan pun langsung mendorong tubuh Morgan.

"Gue gak akan mau deket sama lo Morgan! Cukup gue sakit hati karna lo! Jujur, gue nyeseeelll banget pernah cinta sama lo sampe sekarang. Arrggghh.." Teriak Intan lalu keluar dari ruangan kelas itu dengan berbaur tangis. Morgan pun hanya diam mematung dengan kepala menunduk.



*
Sejak kejadian itu. Selama 1 bulan ini, Morgan pun hanya berdiam diri dikamar tanpa keluar dari kamar. Makan pun harus dipaksa, itupun hanya beberapa suap. Salsa dan Bisma pun sudah kewalahan membujuk sahabatnya yang udah diam, di tambah sekarang. Jadi deh-_-

Salsa berjalan dengan raut wajah cemas sambil celingak-celinguk mencari seseorang. Di lihatnya seseorang yang ia cari itu tengah bercengkrama dengan teman yang masih satu kelas juga dengan Salsa. Dengan cepat, ia pun langsung berlari menghampiri Intan. Ya, yang dia cari adalah Intan.

"Okta, boleh pinjem Intannya sebentar gak?" Tanya Salsa

"Oh silahkan atuh. Ya udah gue pergi dulu ya.. Byee~" Ucap Okta lalu pergi dari hadapan Intan juga Salsa

"Ada apa Sa lo cari gue?" Tanya Intan sesaat Salsa telah duduk di sampingnya

"Intan, lo bantu gue. Morgan ngurung dirinya di kamar semenjak 1 bulan yang lalu."  Ucap Salsa sambil merautkan wajah melasnya.

"Ya terus, urusannya sama gue apa?" Tanya Intan dengan raut wajah dingin seketika.

"Ayolah Ntan.. Morgan cinta banget sama lo semenjak lo pergi. Kasian dia Ntan. Lo mau dia mati gara-gara jarang makan, ga pernah keluar, jarang mandi, jarang kuliah, jarang...." Ucapan Salsa terhenti ketika Intan memotongnya

"Oke! Gue ga mau itu. Gue masih cinta sama Morgan. Sekarang lo anter gue Sa!"

Ucap Intan membuat Salsa tersenyum sumringah lalu langsung menarik tangan Intan menuju mobil sport Bisma. Ya, Bisma sudah menunggu mereka di mobil kesayangannya.



*
"Gue sayang sama lo Intan. Tapi kenapa lo bilang lo nyesel suka sama gue? Sakit tau hati gue Ntan." Ucap pria cool, ganteng, pokoknya weowe lah sambil menatap foto yang sedari tadi ia genggam. Ya dia adalah suami saya, Handi Morgan Winata *plaakk

"Arrgghh gue sayang sama lo Intaannn!!!" Teriak Morgan lalu menutup seluruh tubuhnya dengan selimut.

"Astaga! Ini kamar apa kandang tikus?" Gumam Intan pada saat memasuki kamar Morgan. Yah, setelah bercerita ria dan meminta izin, ia pun sangat di perbolehkan masuk ke dalam kamar Morgan. Sedangkan Salsa juga Bisma telah pergi entah kemana. Mungkin ke rumah aku :p

"Gue gak mau makan!" Sentak Morgan yang mengetahui bahwa ada seseorang yang memasukki kamarnya.

"Jangan nyusahin deh lo! Cepet makan?! Gue suapin nih!" Ketus Intan sambil menahan senyumnya. Morgan yang menyadari bahwa itu suara Intan pun langsung menghampiri Intan yang berada tak jauh dari tempat tidurnya namun masih di dalam kamarnya.

"Ah Intaaan... Gue minta maaf sama lo.." Teriak Morgan sambil memeluk Intan erat. Intan pun membalas pelukan erat Morgan itu.

"Gue cinta sama lo. Jangan tinggalin gue lagi ya." Morgan melepaskan pelukannya lalu menangkup kedua pipi chubby Intan dengan tangannya.

"Ya, gue juga cinta sama lo. 4 tahun di Paris ga buat rasa ini berkurang. Malah makin bertambah." Ucap Intan sambil memegang tangan Morgan yang berada di pipinya. Morgan pun lalu menggandeng tangan Intan menuju bibir kasur.

"Hayoo katanya mau suapin aku." Ucap Morgan dengan tampang supeeerrr ceria walau kucel karna gak mandi-mandi :D

"Ya udah aku ke bawah dulu. Tunggu disini." Ucap Intan lalu berjalan keluar dari kamar Morgan. Morgan pun langsung berjalan ke kamar mandi tentunya untuk mandi. Masa ada pacar belum mandi, kan gak lucu yeee readers?? :D



*
"Perasaan Intan ambil makanan kok sampe setengah jam gini ya?" Morgan bertanya-tanya. Yaa dari dia sebelum mandi sampai sekarang sudah mandi, belum keliatan-keliatan batang idung pesek Intan *eh?? Hihi :D

Morgan pun berjalan menuju pintu kamarnya beniat menyusul Intan. Pada saat 3 langkah menuju pintu, ada yang mengetuk pintu kamarnya. Langsung saja Morgan membukanya.

"Happy birthday to you.. Happy birthday to you..
Happy birthday, happy birthday.. Happy birthday Morgan~"  Morgan pun di buat cengo karna dia baru sadar bahwa hari ini adalah hari dimana tepat ia berumur 23 tahun..
*Ciiaaa Lupa :D*

"Ayo Morgan tiup lilin nya.." Ucap sang mamah, T.Elisabeth.

"Make a wish dulu sebelumnya." Timpal Salsa.

"Tuhan.. Aku ingin semua menjadi lebih-lebih baik dari yang paling baik sebelum-sebelumnya." Lirih Morgan dalam hati.

'wuusshhh'

"Yeeee.." Teriak semua yang ada di sana. Ya disana ada T.Elisabeth, Om Winata, Salsa, Bisma, Intan, dan tentunya Morgan.

"Ayo potong kue nya. Dan siapa nih yang dikasih suapan pertama?" Ucap Salsa


"Suapan pertama buat mamahnya Morgan dong pastinya." Ucap Morgan tersenyum lalu menyendokkan sesendok potongan kue ke dalam mulut sang mamah

"Kedua papah.." Morgan melakukan yang sama kepada ayahnya.

"Nah yang ketiga Bismaa~" Ucap Bisma lalu membuka mulutnya.

"Makan nih Bisma.." Ucap Salsa lalu memasukkan plastik bekas pisau ke dalam mulut Bisma yang membuat Bisma batuk-batuk. Semua pun hanya tertawa.

"Yang ketiga buat kamu dear.." Ucap Morgan tersenyum lalu menyuapkan sesendok kue kepada Intan. Intan pun menerimanya sambil tersenyum

"Nah ini yang gede buat gue." Ucap Salsa sambil menunjuk kue yang T.Elisabeth bawa.

"Udah kagak usah kaya orang miskin. Nanti gue beliin sama toko nya Sa. Yang itu kan punya nya Morgan." Ucap Bisma. Salsa pun hanya memanyunkan bibirnya

"Pantesan tadi lama. Ternyata siapin ini toh." Ucap Morgan lalu menarik gemas hidung Intan.

"Ihh Morgan.. Salahin Bisma sama Salsa tuh. Masa beli lilin aja lama banget." Ucap Intan sambil mengelus-elus hidungnya.

"Salahin tokonya Gan. Kenapa gak ada angka tiga. Kan harus nyari dulu ke toko lain." Bisma

"Ah masa? Yang bener sih?" Ucap Morgan yang membuat Bisma hanya mendengus pasrah

"Maaf ya Gan aku gak bisa kasih kado kamu. Aku gatau kalo kamu ultah hari ini." Intan

"Gpp kok. But, will you marry me?" Tanya Morgan lalu bersimpuh dengan satu kaki penompang sambil menggenggam kedua tangan Intan

"Hmmm aduh.. Aku masih sebel sama kamu gara-gara dulu." Intan dengan nada jutek

"Itu masa lalu sayang. Yang kita rintis adalah masa depan." Ucap Morgan. Intan pun menganggukkan kepalanya. Morgan pun berdiri seketika langsung memeluk Intan

"Ini hadiah terindah buat aku Intan." Ucap Morgan di sela-sela pelukannya. Intan pun hanya membalasnya dengan memeluk erat Morgan yang membuat kedua orang tua Morgan tersenyum senang. Begitu juga Salsa-Bisma. Mereka juga sambil bergenggaman tangan. Wah ada apakah gerangan??







- Jangan pernah menolak cinta yang datang menghampiri. Sekalinya menghilang, pasti hati kamu akan mencari nya dan baru menyadari cinta tulus itu-










-END-

Tepat Janji, Kan? | Cerpen Spesial HBD 20th Dicky SMASH

***
"Kiki, jangan tinggalin aku. Nanti aku disini sama siapa? Aku ga ada temen lagi." Lirih gadis kecil ini pada saat ia dan seorang teman pria kecilnya tengah duduk di taman bermain sore ini.

"Tapi aku harus pelgi. Papah aku kelja di lual negeli. Aku ya halus ikut. Masa nanti aku sendili di sini." Ucap pria kecil yang di panggil Kiki ini.

"Kan, ada aku Ki. Kiki ga akan sendiri disini." Ucap gadis kecil ini lagi.

"Aku halus pelgi. Kalo kamu kangen sama aku. Kamu liat aja pesawat yang lewat di atas. Kalna aku kan pelgi naik pesawat. Telus, tunggu aku di sini ya, kata mamah aku, pas umulku 20 tahun, aku ke sini lagi."





***
"Hoy! Ngelamunin apa lo, Cha?" Tanya pria berbehel ini kepada Shalsa Xaviera Hernandes. Biasa di sapa Acha.

"Ngagetin aja lo! Ga liat lo, gue lagi makan." Jawab Acha jengkel. Ia pun kini melihat temannya yang bernama Bisma Karisma ini kini duduk di hadapannya. Hanya terpisahkan oleh meja persegi panjang berwarna hijau.

"Ngelamun di Kantin. Gak level banget lo! Tuh mie rebus juga di aduk-aduk aja. Mending buat gue." Ujar Bisma lalu ia menarik mangkuk bergambar Ayam itu ke hadapannya dan langsung memakan mie rebus Acha dengan lahap.

"Eh cungrking! Gue udah bayar mahal-mahal tuh mie. Main di srobot aja." Acha sambil menatap tajam Bisma yang tengah memakan seuntai mie ke mulutnya dengan tangan kanan nya. Jorok sekali sahabatnya yang bernama Bisma ini.

"Bacot lo! Nanti gue traktir beli aqua gelas buat gantiin nih mie. Mending lo kaya bocah-bocah yang lain, ngerubungin mahasiswa baru yang katanya lebih GANTENG dari gue." Ucap Bisma menekan kata GANTENG lalu mengeluarkan wajah juteknya.

"Umuu masa iya lebih ganteng? Bukannya di kampus ini, Bisma Karisma ya the most wanted nya? Kalah dong, lo! Ahahaha expaired lo jadi playboy!" Ledek Acha sambil tertawa terbahak-bahak.

"Asem lo, Cha! Tetep yee di kampus ini, ga ada yang se-kece, se-ganteng, se-imut, se-WOW kaya gue." Ujar Bisma sambil menepuk dadanya bangga.

"Kayanya engga deh, Bis." Ujar Acha sambil melihat seorang lelaki berambut pirang, wajah baby face, hidung kaya perosotan, tinggi, namun lebih cungkring dari Bisma masuk ke area Kantin sambil di kerumuni wanita-wanita cantik Kampus. Dia pun hanya tersenyum lebar lalu langsung berlari ke arah meja Acha dan Bisma yang tengah menatapnya cuek.

"Bubar lo semua cewek-cewek alay! BUBAR!" Teriak Bisma seperti yang mengetahui lelaki ini yang sudah lelah di kerumuni tadi. Wanita-wanita itu pun hanya tersenyum lalu mengedipkan matanya kepada Bisma lalu berjalan keluar Kantin. Bisma pun hanya bergidik ngeri sedangkan Acha tengah tertawa melihat sikap wanita-wanita tadi yang sudah sering ia lihat.

"Ahahaha ga ada yang buat lo kepincut, Bis? Itu kedipan maut mereka keren tau. Ahahahah." Ujar Acha tertawa kembali.


'PLETAKK!'


"Aishh sakit b*go! Ngapain lo lempar gue pake sendok upay itu!" Dengus Acha sambil mengelus kepalanya yang terkena lemparan sendok tak berdosa disana.


"Diem lo! Apa mau gue lempar pake Odoth?" Tanya Bisma menatap Acha jengkel. Acha pun hanya menunjukkan deretan giginya sambil kedua jari-jari tangannya membentuk huruf 'v'.

"Oh ya, btw nama lo siapa?" Tanya Bisma kepada lelaki yang sejak tadi menatap keduanya aneh.

"Nama gue, Dicky Muhammad Prasetya. Lo berdua bisa panggil gue, Dicky!" Ucap Dicky sambil mengulurkan tangannya. Namun tidak di balas, hanya di jawab anggukkan oleh Bisma lalu memakan mie nya lagi. Dicky pun kembali menarik tangannya sambil tertawa paksa menatap Acha dan Bisma.

"Nama gue Shalsa Xaviera Hernandes. Lo panggil gue Acha, aja." Ucap Acha santai. Dicky pun menatap Acha cepat. Tatapan penuh arti.

"Yang ini namanya, Bisma Karisma. Lo bisa panggil dia Bisma. Cungkring juga bisa." Ucap Acha menunjuk Bisma yang tengah meminum es teh milik Acha. Gak modal banget lo, Mang!

"Eittss! Cungkring mah panggilan sayang khusus dari lo buat gue doang, Acha!" Ucap Bisma mengedipkan matanya pada Acha. Acha pun hanya menatap Bisma ngeri lalu pura-pura muntah.

"Kalian udah lama kenal ya? Deket banget keliatan nya." Tanya Dicky.

"Kita temenan dari SMA. By the way, lo anak jurusan apa? Pindahan dari mana?" Tanya Bisma menatap Dicky serius. Kaya kesaing deh nih anak!

"Gue anak design grafis. Gue pindahan dari Paris." Dicky.

"Oh sama dong! Ya udah sekelas deh kita!" Ucap Acha. Bisma pun menganggukkan kepalanya. Mereka pun mulai mengobrol agar mengakrabkan diri setelah Dicky hadir di antara Bisma-Acha.





***

Sudah sebulan ini mereka bersahabat. Bisma, Acha, juga Dicky. Playboynya Bisma udah hilang, guys. Dia udah pacaran sama Dina. Anak Photography yang udah di deketin dia dari 2 bulan yang lalu. Dicky? Dia udah ga di kejer-kejer lagi kok! Karna Bisma mengajarkannya buat cuek di hadapan wanita-wanita itu. Kini Dicky dan Acha tengah berjalan di sebuah taman kota. Taman yang di penuhi anak-anak balita dan gak lebih dari 7 tahun.

"Acha, duduk di sana yuk?" Ajak Dicky sambil menunjukkan bangku hijau panjang disana. Dicky pun menggandeng tangan Acha lembut ke arah bangku itu.

"Ya tuhan, kenapa jantung gue jadi begini?" Tanya Acha dalam hati pada saat Dicky menarik tangannya.

"Hei! Ngelamun aja." Ucap Dicky sambil menepuk bahu Acha pelan.

"Hehe ga apa-apa kok." Ucap Acha dengan fake smile nya. Suasana pun menjadi hening, Dicky yang memandang ke arah depan sedangkan Acha kini tengah menatap ke sekeliling. Seketika ia pun menatap serius ke arah langit pada saat ada sebuah pesawat yang melintas di langit daerah ini.

"Kenapa Cha?" Tanya Dicky menatap Acha yang tengah tersenyum sambil menatap awan.

"Ada pesawat." Ucap Acha. Dicky pun terkekeh geli mendengar jawaban Acha. Acha pun menatap Dicky heran.

"Norak deh lo! Pesawat aja di liatin. Belum pernah naik pesawat lo? Ck"

"Bukan begitu, Dick. Ada arti tersendiri buat gue kali gue ngeliat pesawat di atas."

"Maksud lo?"

Acha pun menarik nafas berat saat ini. Menatap wajah Dicky sendu. Beberapa memori masa kecilnya pun kini tengah berjalan di otaknya.

"Gue kangen sobat kecil gue. Kata dia, kalo gue kangen dia, gue liat aja pesawat yang ada di atas." Ucap Acha pelan. Matanya pun berkaca. Seakan sudah tak kuat menahan rindu yang sudah tertanam lama di hatinya.

"Emang dia kemana, Cha?" Tanya Dicky menatap serius Acha. Sepertinya Dicky akan menjadi pendengar yang baik saat ini.

"Dia pergi keluar negeri entah kemana pas umur gue 5 Tahun. Dan katanya, dia akan balik lagi kesini, ke taman ini dan bangku ini tepat di usianya yang ke 20 tahun. 3 hari lagi." Ucap Acha sambil terus menahan air matanya yang sudah membendung di mata indahnya.

"Jadi bangku ini, bangku bersejarah dong buat lo?" Tanya Dicky. Acha pun menganggukkan kepalanya.

TESS~
Bendungan pecah!
Air matanya pun kini sudah mengalir di kedua pipi putihnya. Dicky pun menatap Acha sendu. Tangannya kini bergerak menuju pipi Acha. Menghapus air mata Acha yang sudah mengalir.

"Jangan nangis. Pasti dia dateng kok kesini. Gue percaya itu." Ucap Dicky setelah menghapus air mata Acha. Tersenyum. Memeluk Acha erat. Berusaha menenangkan hati sahabatnya.

"Berarti gue orang yang beruntung dong. Duduk di bangku ini. Haha" Ucap Dicky setelah ia melepas pelukannya.

"Pede banget lo!"






***
#Acha POV

17 June 2013 (Evening, at Big Mall in Jakarta)


"Dick, kira-kira kado buat tuh cowok yang cocok apa, ya?" Tanya gue pada saat gue dan Dicky lagi jalan di sepanjang Mall besar ini. Kemana Bisma? Lagi nge-date dia sama Dina. Padahal udah di tawarin di traktir  Cuankie. Tapi dia ga mau! Katanya, liat mukanya Dina aja udah buat dia melupakan dunia nyata ke dunia cinta. Ada yang ngerti maksudnya?
Sipp! Gue juga gak ngerti!

"Dia sukanya apa, Cha waktu kecil?" Tanya Dicky.

"Micky Mouse waktu itu." Seketika Dicky pun tertawa lepas. Apanya yang mau di ketawain coba? Kan tadi dia nanya.

"Aneh. Hmm." Dicky lalu menahan tawanya. Aisshh nih anak bikin gue badmood aja!

"Terus gimana Dickdok? Pusing nih gue!" Keluh gue sambil memegangi kepala gue lagaknya orang pusing.

"Udah, beliin aja apa yang lo suka! Pasti dia terima kok! Namanya aja hadiah." Saran Dicky. Bener juga yah? Kalo nanti Kiki ga terima, tinggal gue tabok aja.

"Gue suka stitch, Dick." Jawab gue. Kita ini masih terus jalan loh! Gatau deh ini ujungnya kemana.

"Ya udah, beliin aja boneka stitch. Lo bungkus deh pake kotak terus kertas kado. Sebelumnya lo kasih kartu ucapan. Selesai kan? Gue yakin, dia pasti suka!" Ucap Dicky sambil senyum ke gue. Astaga! Tiap gue sama Dicky apalagi liat senyumnya dia, gue itu bagaikan es krim yang di taro di padang savana. Meleleh bre!

"Kaya mbah dukun lo! Kemaren bilang 'Gue percaya' sekarang 'gue yakin' lo percaya diri banget." Heran gue. Emang bener loh! Tiap kali gue curhat seputar Kiki, pasti dia bilang sok bener gitu.

"Hehe" Dia cuma nyengir sambil garuk-garuk kepala jawab dumelan gue tadi. Aishh ngeselin banget sumpah!

Eitsss!! Apa-apaan ini. Dicky langsung narik gue ke toko boneka. Mau ngapain coba??





***
Author POV


Acha kini sudah sampai di rumah mewahnya. Kini ia pun melihat sang mamah yang tengah duduk di ruang TV sambil menonton sebuah acara infotaiment.

"Mah.." Sapa Acha. Ia pun duduk di sebelah mamahnya lalu mencium pipinya.

"Hai Cha. Oh ya sayang, tadi ada kotak nih di anterin sama tukang pos. Katanya ini buat kamu." Ucap mamahnya Acha sambil ngasih kotak berukuran 40x30x15 berwarna putih ke Acha. Acha pun menerimanya dan langsung membuka kotak itu. Terdapat gaun malam berwarna putih selutut, bandana putih, wedges putih, tak lupa minibag berwarna putih juga. Tertera sepucuk surat berwarna merah disana. Acha pun membukanya.


Di pakai yah semuanya cantik. Aku tunggu di Taman pada saat jam menunjukkan pukul 00.00 WIB. Jangan lupa! Miss you :*

Kiki


"Eciyee dateng tuh Kiki nya. Samperin sana nanti malem." Ledek mamahnya Acha sambil mencubit gemas pipi putri semata wayangnya.

"Emang aku boleh keluar mah jam segini?" Tanya Acha.

"Untuk sekarang mamah bolehin. Tapi nanti di anter sama Mang Udin ya? Jangan bawa mobil sendiri." Jawab mamahnya Acha sambil tersenyum manis.

"Sipp mamah! Thanks yah mah!" Ucap Acha senang lalu memeluk erat sang mamah.






*** 23:55 WIB

"Kecepetan gak sih! Gak yah kayanya. Ya udah, gue duduk aja deh di bangku ini" Gumam Acha lalu ia pun mendaratkan bokongnya di bangku taman ini. Kali ini Acha menggunakan pakaian yang sedikit agak terbuka. Yah, gaun yang tadi di berikan oleh 'Kiki' itu emang terbuka. Tanpa lengan. Cuaca cukup dingin membuat Acha pun harus menggosok-gosokkan tangannya agar hangat. Kini gadis cantik dengan sedikit polesan make up dan juga pakaian serba putih itu tengah berada di taman yang--- cukup sepi.



30 menit kemudian..



"Aish.. Katanya Kiki mau dateng jam 12. Mana? Sampe jam setengah satu gak dateng-dateng. Mana udah ngantuk lagi." Dumel Acha sambil menguap ala kudanil :D lalu melihat jam di pergelangan tangannya.

"Tinggalin aja deh kadonya disini. Salah sendiri ga dateng-dateng. Huh!" Gumam Acha lalu melirik kado yang tadi ia bawa dan sekarang berada di sampingnya lalu tersenyum dan mulai berdiri lalu berbalik.

"Sasa!" Teriak seseorang dari belakang Acha. Acha pun melihat ke sumber suara.

"Dicky??" Kaget Acha. Kenapa Dicky yang kesini? Bukanya Kiki yah yang berjanjian dengannya. Kenapa Dicky tau panggilan Kiki buat Acha waktu kecil.

"Elu Cky?" Kaget Acha.

"Ahahaha iya Sasa. Ini gue Dicky si cowo paling keceh di Dunia." Ujar Dicky penuh kepedean sedalam sumur lalu berjalan lebih mendekatkan dirinya kepada Acha. Hingga kini ia pun sampai di hadapan Acha.

"Jadi selama ini lo udah balik dong?" Tanya Acha tak percaya.

"Ya iyalah udah balik. Terus yang dari sebulan yang lalu apa? Masa setan." Ujar Dicky jengkel.

"Aaaaaa Dicky.." Teriak Acha lalu ia pun memeluk erat Dicky. Dicky pun dengan senang hati membalas pelukan Acha.

"Lo boongin gue! Jahat lo! Katanya dulu, pas 20 baru kesini lagi. Kenapa dari sebulan yang lalu lo dateng?" Tanya Acha sambil memukul punggung Dicky dalam pelukan itu. Ia cukup kesal karna Dicky or Kiki telah membohongi dirinya.

"Gue juga gatau. Tiba-tiba nyokap-bokap gue ngajak pulang. Ya udah gue mau. Pas gue ke rumah lo, kata nyokap lo, lo lagi ngampus. Ya udah gue ngerjain lo deh! Haha kena ketipu nih yee." Ujar Dicky tertawa lalu Acha pun melepas pelukan yang terjadi beberapa menit ini.

"Huu berarti gue juga di boongin mamah gue dong?" Ujar Acha. Dicky pun menganggukkan kepalanya.

"Yang penting Tepat Janji, Kan?" Tanya Dicky mengedipkan sebelah matanya genit.

"Iya juga sih." Acha lalu nyengir sambil menggaruk tengkuk lehernya.

"Pantes lo kaya dukun. Kalo gue cerita pake bilang 'gue yakin' atau 'gue percaya' orang lo si Kiki yang gue cerita in." Acha (lagi) lalu memanyunkan bibirnya. Dicky pun tertawa lepas lalu merangkul bahu Acha.

"Ga usah manyun. Mending sekarang lo jadi pacar gue aja biar gue seneng, gimana?" Tanya Dicky menatap Acha lekat dari samping karna kini Dicky tengah merangkul Acha dari samping.

"Ga romantis banget lo! Nembak nya gitu banget ga kaya yang di sinetron-sinetron." Cetus Acha.

 "Ya terus gimana? Gue lebih suka to the point! Oke deh kaya gini aja." Dicky. Ia pun mulau bersimpuh di hadapan Acha lalu mengenggam kedua telapak tangan Acha. Menatap mata Acha lekat.

"Salsha Xaviera Hernandes. Will you be mine? Will you be my girlfriend?" Tanya Dicky. Acha pun mulai mengeluarkan tampang sok berfikir.

"Heuumm yes I will, Cky" Jawab Acha tersenyum. Dicky pun mencium kedua tangan Acha lalu berdiri dan langsung memeluk Acha.

"Happy birthday, Cky." Bisik Acha di tengah pelukan mereka. Dicky pun menganggukkan kepalanya.

"Yeee dapet cuangkie gratis." Teriak seseorang. Dicky dan Acha pun melepas pelukan mereka lalu menengok ke sumber suara lebih tepatnya di balik pohon besar. Disana muncul Bisma bersama Dina dengan Dina yang membawa kue berlilin merah berangka 20.

"Cuangkie mulu lo!" Teriak Dicky. Bisma pun tertawa lalu lebih berjalan mendekat ke arah Acha-Dicky di ikuti Dina.

"Kok mereka ada disini?" Tanya Acha.

"Masalah buat lo?" Ucap Bisma nyolot. Acha pun hanya melirik sahabatnya ini sinis.

"Haha jadi emang aku nyuruh Bisma sama Dina buat dateng nyaksiin. Tapi buat bawa kue ini sih aku gatau." Ucap Dicky sambil menunjuk kue yang di bawa Dina.

"Udah. Mending sekarang Dicky tiup lilin nya. Tapi sebelum nya make a wish dulu ya." Ucap Dina. Dicky pun kini mulai memejamkan matanya dan langsung meniup lilin itu setelah ia membuka matanya kembali.

"Selamat hari lahir bre! Semoga panjang umur, sehat slalu. Selanjutnya mah terserah lo! Wish lo, gue aminin deh." Ujar Bisma lalu memeluk Dicky ala anak cowok.

"Sipp, Bis!" Dicky

"Happy birthday Cky! Semoga makin plusplusplus ya." Ucap Dina. Dicky pun tersenyum dan memeluk Dina.

"Thanks, Din." Ujar Dicky setelah melepas pelukannya.

"Ga usah ngasih kado yah! Kan udah tau kadonya apa. Mending kadonya aku buka lagi terus buat aku. Kan lumayan." Ujar Acha melirik kado yang masih tergeletak di bangku taman.

"Eh jangan.. Ga papa udah tau juga.. Lumayan ada Yuppy nya.. Ahahaha" Tawa Dicky. Semua yang ada di sana pun ikut tertawa termasuk Author dan suami Author ka Rafael yang melihat dari rumah. *OpoIki :D










-TAMAT-

Alphabet ke-2 | Love Story In Extraculiculer School | Cerpen Bisma Karisma One Shoot

Flash Fanfiction



---
Waktu yang gue tunggu-tunggu nih besok! Dimana hari pertama gue sekolah di SMA favorit gue. Ya SMA Angkasa Bandung! Gak pada asing dong denger nama sekolah itu. Sekarang gue lagi siapin barang-barang MOS yang akan gue bawa kaya Topi kerucut, kalung terong, gelang sumbu kompor, sepatu dengan tali rapia warna merah-putih, dan benda-benda yang tidak masuk akal kalinya.

"Dek, lo lagi ngapain?" Tanya seseorang yang baru aja buka pintu kamar gue.

"Gue lagi beresin perlengkapan gue besok coh! Lo gak siap-siap buat nge-mos seangkatan gue besok??" Tanya gue.
Ya! Cocoh gue atau nama aslinya Rafael Landry Tanubrata ini adalah Ketua OSIS SMA Angkasa.

"Kaya apa aja siap-siap. Lo dong yang harusnya siap-siap! Oh ya nanti lo jangan sombong mentang-mentang kakak lo ini Ketos di sana!" Huh~ udah dari se-abad yang lalu cocoh ngomong itu terus sama gue.

"Iyaa cocoh.. Ngapain gue bangga punya kakak kaya lo!" Ledek gue sambil meresleting tas ransel gue. "Asem lo Dek!" Ucap cocoh sambil noyor kepala gue. Nyebelin kan?



*
Kenalin nama gue Tania Safira Tanubrata alias Tania. Gue adalah anak bungsu dari pengusaha pertambangan itu loh! Nggak tau ya? Gak usah kepo!
Gue punya satu-satunya kakak yang sering gue panggil cocoh. Dia sekarang kelas XII IPA 1 di SMA itu. Gak nyangka juga sih kata mamih gue, cocoh gue itu rangking 1 dari semua kelas 3 yang ada di SMA itu. Kayak gue lah waktu di SMP.


***
Hufttt..
Pagi-pagi jam 6 kaya gini udah harus ke sekolah dengan penampilan kaya orang gila. Malesin bukan?? Tapi mau gimana lagi? Udah peraturan. Gue liat di atas sana karna sekarang gue lagi duduk di Lapangan bersama temen-temen senasib gue sedang mendengarkan cocoh gue ngomong dengan gaya songongnya. Huh kalau bukan area sekolah tuh ya, udah gue toyor tuh kepala cocoh. Tapi mau gimana lagi?

"Dan sekarang kalian harus nurut sama perintah kita! Kalian akan di MOS selama 3 hari. Mengerti kalian?" Ucap cocoh gue pake toa warna merah itu. Yang laen pun langsung teriak 'iyaaa' tapi gue mah cuma diem aja. Males broo!

"Ya udah sekarang kalian ke kelas masing-masing. Nanti kita akan kesana dan akan ngecek barang bawaan kalian!" Akhirnya... Cocoh gue yang charming itu selesai ngomong juga. Sejam gue denger ocehan si cocoh. Kini semua pun pada berhamburan pergi menuju kelas. Dengan tenaga yang males gue pun bangkit dari duduk gue. Baru aja ngelangkah, ehh ada yang nepuk bahu gue. Gue pun menoleh ke belakang. Ihh gue liat cocoh gue lagi nyengir gak tau kenapa.

"Napa lo?" Tanya gue ketus.

"Napa lo pas gue lagi orasi, muka lo males-malesan gitu. Hargain dong kalo KeTos lagi ngomong!" Wuiss tiba-tiba cocoh galak tuh! Tapi gue mah biasa aja.

"Bosen gue denger suara lo coh! Apalagi gue udah denger semua ocehan lo tadi! Gak inget lo pas lo teriak-teriak di kamar gue lusa kemarin?" Ya cocoh waktu itu minta gue dengerin orasi nya. Beuh! ngantuk gue dengernya.

"Hehe ya udah lo sana ke kelas!" Astaga! Siapa yang manggil, siapa yang ngusir.


*
Gue liat 3 orang berpakaian putih abu-abu masuk ke kelas gue. Di antara ber-3 itu ada cocoh gue. Syukurlah berarti gue gak perlu repot-repot karna yang bina kelas gue ada kakak sendiri. Gue tatap 2 orang yang lain. Yang satu cowok, lebih pendek dari cocoh. Mukanya imut banget, senyumnya manis pula. Gue liat kayanya nih orang kagak sombong! Beda ama yang di sebelahnya, lebih pendek dari cocoh juga. Pake behel tuh anak. mukanya cuek banget! Pengen aja gue tabok tuh muka. Udah gayanya sok cool padahal gantengan cocoh kemana-mana. Jangan ge'er lo coh!

"Ya Assalamualaikum semua.." Cocoh gue ngomong tuh sambil senyum.

Yang lain pun teriak "Wa'alaikum salam.."

"Kita bertiga akan bina kelas kalian selama MOS ini berlangsung. Biar lebih akrab, kita kenalan dulu yah! Kalian pasti udah tau dong siapa saya.. Nah ini di sebelah saya namanya Dicky, dan di sebelah Dicky itu namanya Bisma." Cocoh gue memperkenalkan diri bersama teman-temannya. Yang namanya Dicky pun membungkukkan badannya sambil senyum ke kita semua. Gue sih pernah ngeliat kak Dicky, karna waktu itu dia pernah maen ke rumah. Yang satunya tuh! Idih songong banget. Diem aja sambil masukkin tuh tangan ke saku celananya.

"Nah sekarang giliran kalian yang perkenalan diri. Kita panggil menurut absen." Ucap kak Dicky sambil berjalan duduk di bangku guru dan di ikuti cocoh juga si Bisma. Semua pun memperkenalkan diri. Nah sekarang giliran gue nih.. Gue pun berjalan ke depan kelas. Gue liat kak Dicky senyum ke gue, apalagi cocoh gue.. Beuhh ngedip-ngedipin tuh mata. Cacingan kali yaa? Kalo si Bisma malah natap gue kaya pengen makan gue.

"Hai semua.. Nama aku Tania Safira Tanubrata. Kalian bisa manggil aku Tania. Terima kasih." Ucap gue di manis-manisin. Namun pas gue mau melangkah ke bangku gue, eh ka Dicky nahan gue.

"Kamu adiknya Rafael ya?" Tanya Dicky di iringi senyumnya. Yang laen pun natap gue agak serius, mungkin mereka juga bertanya-tanya.

"Bukan." Jawab gue dengan nada datar lalu berjalan menuju bangku gue. Mata si cocoh pun langsung melotot ngedenger jawaban gue.

"Kurang ajar lo dek, kakak sendiri gak di anggep!" Ucap cocoh gue dengan nada jengkelnya. Gue pun hanya cekikikan.

"Itu adek lo coh?" Tanya ka Dicky yang gue denger.

"Ya itu adek gue. Udah ayo selanjutnya Lala Mila N.A Winata." Ucap cocoh gue dan ternyata itu nama temen sebangku gue. Cantik sih dengan tubuh berperawakan tinggi, kulit putih, rambut pirang panjang, dan mata agak sayu. Tapi dia jutek abis! Gue liat yang lain mah pada kenalan, ngobrol sama temen sebangkunya. Lah ini diem aja.

"Perkenalkan nama gue Lala Mila N.A Winata. Kalian bisa panggil gue Lala!" Waduh tuh bocah songong juga ya gue denger dari kata-katanya.

"Lo adiknya Morgan ya?" Tanya cocoh pada saat tuh cewek lagi jalan ke samping gue. Gue liat dia natap si cocoh dengan tatapan dingin.

"Seperti yang lo tau!" Mampus! Cuek banget. Gue liat cocoh hanya menelan salivanya mendengar penuturan si Lala.

"Taruh tas plastik kalian di meja sekarang!" Dicky


***
Huh! besok adalah hari terakhir gue di MOS. Selama Hari kemarin sama sekarang, tuh kegiatan aneh-aneh banget. Bawa makanan juga pake nama aneh-aneh banget. Si cocoh yang notabene tau malah gak mau bantuin gue dengan alasan 'Gak ah! Ntar gue dikira pilih kasih' apabanget coba!
Kalo penyiksaan mah gak ada, karna mereka tau gue adiknya cocoh jadi ya begitu. Beruntung bukan? Kalo si Bisma mah cuek banget broo! Ngomong kalo yang penting aja selanjutnya ya diem. Pernah gue di bentak dia kemarin gara-gara gue gak mau ngelakuin apa yang dia suruh. Namun di situ ada Dicky yang belain gue. Hadduhhh kayanya gue mulai tertarik sama Dicky. Tapi sayang banget ya si Bisma. Ganteng-ganteng kok cuek banget. Eh kok gue jadi mikirin dia sih??
Kalo si Lala sekarang udah gak cuek sama gue! Bahkan akrab banget. Yaa walaupun ngedeketin dia agak susah. Tapi dia ternyata humoris juga.

"Coh, gue mau nanya dong sama lo!" Ucap gue setelah gue buka pintu kamar cocoh. Gue liat di situ si cocoh lagi telungkup di atas kasur sambil mainin I-Phone 5 nya.

"Kata lo tadi, setiap anak harus ikutin satu ekskul. Nah gue yang enak ikut apa ya coh?" Tanya gue. Ya tadi cocoh pas di kelas ngomong gitu.

"Yaa lo jago nya ngapain?" . Tanya cocoh gue yang sekarang duduk di hadapan gue.

"Gak tau. Tapi waktu SMP sih gue lumayan maen basket coh!"

"Ya udah lo ikut aja ekskul basket sama gue. Gue juga ikutan kok sama Dicky, Bisma, kakak temen sebangku lo si Morgan. Pokoknya genk SMASH ikut semua deh!" Ya kakak gue masuk dalam genk SMASH. Genk yang di gilai para siswi sekolah karna ketampanan anggotanya. Apalagi si Bisma kata anak-anak sana loh! Mereka itu grup dance sekolah dan anak basket semua. Tapi kalo gue ikut itu, gue ketemu Bisma lagi dong? Males deh! Tapi ya udahlah.

"Ya udah deh coh gue ikut ya. Thanks udah kasih saran." Ucap gue bangkit dari duduk gue lalu melangkah menuju keluar kamar cocoh.

"Iyaa Tan!" Teriak cocoh dari dalam kamar. Sepertinya dia baru denger ucapan terima kasih gue. Jaringan nya lola kali ya?


***
Semua murid pun bersorak-sorai mendengar penuturan si cocoh tadi 'MOS di nyatakan se-le-sai.. Selamat ya kalian sudah tetap menjadi siswa dan siswi di SMA Angkasa ini' beuh tuh topi-topi, terong-terong pada melayang broo! Gue sih cuma duduk aja di pinggir lapangan di temenin si Lala.

"La, lo mau ikut ekskul apa?" Tanya gue di sela-sela minum.

"Gue ikut ekskul basket. Di suruh kak Morgan!"

"Wah sama dong La! Gue juga di suruh cocoh buat ikut tuh ekskul!" Girang gue. Akhirnya ada temennya juga.

"Ya udah besok berangkatnya bareng yuk!!"

"Emang lo tau rumah gue?" Ya, emang Lala gak tau rumah gue, tapi gue tau dong rumah Lala. Hebat kan?

"Nanti pulang sekolah gue main ke rumah lo. Kebetulan gue bawa mobil. Gimana?"

"Ya udah gue mah ayo-ayo aja!" Ucap gue tersenyum senang.

"Ayo-ayo semua tolong berbaris lagi seperti tadi!" Suara serek-serek becek tadi terdengar cukup jelas di telinga gue. Suara yang pemiliknya gue sebel dan benci banget. Dengan langkah yang di seret, gue pun kebarisan.


***
Hari pertama sekolah. Biasa aja! Gue liat guru-gurunya juga baik-baik dan gak galak-galak amat. Sekarang gue udah siap dengan celana traning selutut dan kaos oblong beserta sepatu sport gue. Gue sekarang lagi nunggu Lala dateng. Cocoh? Dia lagi di atas. Lagi siap-siap juga mau berangkat latihan.

"Tan, lo mau bareng gak?" Tanya Cocoh pas gue liat sih dia lagi menapaki anak tangga.

"Gak coh! Gue bareng sama si Lala!"

"Oh ya udah gue duluan ya!" Ucap cocoh lalu lenyap entah kemana di makan pintu utama.

"Lala mana sih? Katanya lagi di jalan tapi lama banget lo!" Dumel gue sambil melirik jam tangan hitam yang melingkar di lengan kiri gue.

'Tin..tin..tin..'

Astaga tuh anak gak sopan banget ya manggil orang. Bisa kali kan ketok pintu terus masuk dan minum dulu.
Gue liat si Lala lagi fokus natap ke depan pada saat gue masuk ke mobil merah dia.

"Ayo La!" Ucap gue. Lalu Lala pun menstater mobilnya dan meluncur ke sekolah.


***
Gue liat di lapangan ada si Cocoh dkk lagi lari-lari kelilingin lapangan. Nah kalo yang seangkatan gue? Cuma 3 orang doang dan itupun temen sekelas gue. Si Jeje dan Nadya yang duduk di belakang bangku gue dan si Nita yang duduk sama Lala di sebrang gue. Gue pun langsung melangkah menghampiri mereka yang lagi asik ngobrol. Lala? Katanya dia ke WC dulu.

"Eh belom di mulai sob?" Tanya gue.

"Belum Tan, Pak Ari nya lagi solat Ashar dulu." Jawab Jeje sambil ngebenerin poninya yang di jepit yang kata gue agak ribet .

"Lala mana Tan? Katanya dia ikut ekskul ini." Tanya Nadya. Si cewek paling pinter di sekolah gue.

"Lagi di WC." Jawab gue lalu gue duduk di sebelah Nita. Gak berapa lama, gue liat ada Pak Ari yang datang menghampiri kita-kita dan di dampingi oleh Lala.

"Kalian sudah pemanasan?" Tanya Pak Ari pas udah di depan gue dkk.

"Belum pak!" Jawab kami kompak.

"Rafael..Bisma.. Kalian kesini semua!" Teriak Pak Ari memanggil anak-anak SMASH. Mereka pun datang menghampiri kami. Gak tau kenapa, sekarang Bisma berdiri di sebelah gue. Oh God!! Hati gue kok jadi gugup gak karuan kaya gini. Apa gue suka sama si Bisma? No!!! Gue benci sama nih cowok. Sebisa mungkin gue tolak rasa ini.

"Bisma! Kamu ajak cewek-cewek ini untuk pemanasan! Yang lain juga loh ya! Bapak mau ke kantor bentar." Ya ampun si bapak pergi-pergi melulu ya, udah tuh kumis di elus-elus aja.

"Tapi kan kita udah pak tadi?" Protes pria bersuara nge-bass ini. Ya, dia itu Reza. Kakak dari Ilham yang juga anggota SMASH. Dari dulu, gue udah deket sama Ilham. kalo Reza ya lumayan karna mereka sering maen ke rumah. Awalnya mah pengen ketemu cocoh. Eh malah kenalan sama gue.

"Tidak ada protes dan cepat lakukan!" Tegas pak Ari dan berlalu pergi. Kita semua pun hanya mengangguk. Gue liat Bisma berjalan ke depan lalu menghadap kita-kita.

"Cepet bentuk barisan." Ucapnya dingin. Gue dkk dan 6 anggota SMASH pun melakukan apa yang di perintah Bisma.

"Sekarang ikutin yang gue lakuin." Ya sekarang kita semua tengah pemanasan buat latihan nanti. Oh Bisma, lo keren banget!


***
Huh! hari pertama latihan Basket. Capek juga! Tapi asik karna gue tadi di ajarin ka Dicky. Oh serasa dunia milik berdua! Apalagi pas kak Dicky megang tangan gue. Beuh serasa jantung gue copot di lambung. Tapi gue agak envy nih pas si Lala di ajarin kak Bisma. Gak tau deh kenapa. Eh,eh kok jadi ke Bisma!
Gue liat pintu kamar gue kebuka, eh ada si cocoh nih masuk.

"Dek, kebawah gih! Ada SMASH tuh!" Ucap cocoh gue sambil duduk di sebelah gue yang lagi duduk di kasur. Aduh! Ribet banget bahasanya.

"Terus ngapain gue turun ke bawah?" tanya gue sambil natap mata cocoh gue. Lucu juga sih, tuh mata. sipit banget sumpah! Kalo gue mah sipit-sipit melek gitu ya!

"Ada si Lala noh tadi di bawa si Morgan." Denger kata Lala, gue pun langsung lari keluar kamar ninggalin cocoh gue yang masih diem di kasur.

"Aneh!"


*
"Hei Tan!"
Buset dah, baru aja turun di tangga terakhir, kak Dicky udah manggil gue aja.

"Hai juga kak!" Sapa gue balik. Gue liat kak Ilham, kak Reza, kak Rangga lagi pada main PS. Kak Morgan sama laptopnya dan si Bisma lagi diem gak tau ngapain. Gue sedikit curi-curi pandang nih sama dia. Eh pas gue pandangan yang terakhir, dia juga mandang gue! Oh god jantung gue!
Gue langsung aja lari ke arah Lala yang lagi liatin Morgan main laptop.

"Eh La!" Sapa gue sambil nepuk bahu dia.

"Eh Tania!" Ucap dia sambil senyum tipis. Senyum itu percis kaya senyum kakaknya.

"Ke kamar gue aja yuk! Daripada disini cowok semua!" Ajak gue sambil tarik tangan Lala.

"Ayo deh! Kak gue ke Kamar Tania dulu ya! Nanti kalo mau pulang BM gue aja." Terus Morgan kasih jempol gitu ke Lala. Gue pun jalan sama Lala ke arah tangga. Eh tiba-tiba ada yang manggil nama gue.

"Tania!" Oh itu suara a'a Dicky unyu. Haha~

"Apa kak?"

"gue ikut yah ke kamar lo!" Baru aja gue mau jawab, tiba-tiba si cocoh nyerobot aja sambil jalan dari arah dapur.

"Lo ke kamar adek gue, gue gorok lo!" Cocoh sambil jalan bawa nampan yang ada banyak gelas yang isinya sirup merah.

"Ya elah cocoh." Dicky manyun pemirsa. Menggoda euy! Gue pun langsung jalan ke atas sama Lala. Pas gue noleh ke belakang, omigod! Si Bisma lagi ngeliatin gue. Wah salah tingkah nih! Ya walaupun tatapan dingin tapi dia perhatian juga. Eh kok gue jadi ke Bisma mlulu! Gue benci dia!


*
Sampe jam 11 gini tuh anak-anak SMASH belum pulang juga? Untung aja gak ada PR soalnya si Lala udah tidur noh. Gue langkahkan kaki gue ke dapur. Eh, ada si Bisma noh lagi aduk-aduk kopi yang gue liat. Gue pun cuek aja ke arah kulkas terus ambil botol minum gue. Gue liat si Bisma lagi serius banget ngaduknya. Hahah lucu sumpah liat mukanya.

"Kak lo semua gak pada pulang? Kan besok sekolah!" Basa-basi dikit gue.

"Ngusir lo?" Buset dah jutek banget cuy jawabnya.

"Ya enggak, cuma nanya aja." Ucap gue lalu melangkah ke luar dapur. Gue liat si Bisma ada di belakang gue.

"Subuh kita pulang." Dan sreeetttt!!! Jalannya cepet banget broo!! Perasaan tadi gue duluan yang jalan tapi kenapa dia udah nyampe ke atas duluan ya?
Aneh! Yaa sekarang mereka lagi ada di kamar cocoh. Biarin lah!



***
Kantin yang cukup besar tapi kenapa yang jajan dikit yah?
Haha aneh ya sekolah gue! Gue pun duduk di salah satu meja kantin sama si Jeje, Nita, Nadya dan Lala.

"Eh, mau pada mesen makanan apa lo semua?" Tanya Jeje sambil ngotak-ngatik I-Phone 5 nya.

"Gue mie ayam sama teh botol Je!" Nadya sambil mainan ABC 5 Dasar sama Nita.

"Gue juga sama Je!"

"Kita berdua juga ya!" Ucap Lala. Lah padahal kan gue belum ngomong!

"Oke lo semua tunggu sini ya!" Ucap Jeje lalu pergi entah kemana. Gue pun cuma ayun-ayunin kaki sambil ngelirik seisi kantin. Ternyata eh ternyata ada anak-anak SMASH noh di pojok kantin. Gue sih cuek-cuek aja.

"Nah lo kalah! Yeee gue jitak lo!" Buset si Nita suaranya broo! Bangga banget ya menang ABC 5 Dasar sama Nadya.

"Ya elah Nit! Ya udah cepet jitak gue!"

'PLETAK'
'Adawww'

Ups!
seisi kantin ngeliatin meja kita broo!
Eh tapi di kantin ini cuma ada gue dkk dan SMASH aja. Gak malu-maluin deh. Tapi lo liat deh pandangan anak-anak SMASH. Beuh kaya pengen nerkam orang. Serem-serem banget. Apalagi si Bisma. Tapi entah kenapa gue seneng banget liat tatapan dia yang itu. Tuhaann~



***
Sekarang masih jam 1. Santai dulu aja deh! Latihan juga 1 setengah jam lagi. Oh ya, gue kan mau nanya suatu hal sama cocoh. Pengen curhat juga sih.

"Coh.. Cocoh.." Teriak gue di depan pintu coklat itu.

"Masuk aja dek!" Gue buka tuh pintu. Gue liat si cocoh lagi mainin hp nya.

"Coh gue mau nanya sesuatu."

"Nanya apa?"

"Kalo jantung kita deg-deg an pas liat tatapan lawan jenis itu kenapa coh?" Tanya gue to the point karna gue gak suka basa-basi.

"Itu tandanya lo cinta sama itu orang." Dan tekk! Gue langsung cengo. Gue suka sama Bisma dong? Tapi..... Argghhh kenapa jadi kaya gini sih!

"Emang kenapa dek? Lo lagi suka sama orang ya? Hayooo!" Jiah si cocoh mah gak tau perasaan gue sekarang.

"Eng..gak kok coh!" Elak gue.

"Oh, tapi gak usah gugup gitu kaleee.." Beuh sebel gue kalo si cocoh udah alay.

"Coh, kalo si Bisma udah punya pacar belom??" Dan di detik itu juga nih kamar sepi banget. 2 detik kemudian..

"Hahahahaha ciecie lo suka nih sama Bisma.. Ciecie" Seketika ledekan si cocoh menggelegar di telinga imut gue. Huu nyebelin banget.

"Eh gue nanya serius sama lo!" Ucap gue berdecak sebal.

"Belom kok Tan, apa lo mau gue bantu supaya bisa pacaran sama Bisma?" Tawar cocoh gue sambil naik-turunin alisnya.

"Ih cocoh gue gak suka sama dia! Udah ah gue mau siap-siap dulu!" Ucap gue buru-buru keluar nyembunyiin semburat merah di pipi gue. Oh noo!!!


*
Latihan basket di mulai. Gue liat temen-temen gue pada serius pemanasan. Anak-anak SMASH juga. Kalo gue sih kurang.

"Buat kalian semua, minggu depan kalian tanding ya.. Team cewek Team cowok harus siap-siap mulai dari sekarang. Jaga stamina dan jangan bolos latihan. Ngerti?" Ucap Pak Ari pas kita semua lagi pada pemanasan ringan. Kita semua pun mengangguk.

"Ayo kita coba tanding! Team cowok di pimpin Bisma. Team cewek Tania. Hayoo kalian berdua kesini!" Buseet gue rival nih sama dia. Okee?! Si cocoh malah nyengir coba!


*
Pertandingan pun berlangsung sengit. Hufftt akhirnya hasilnya team gue kalah! Maklum deh karna SMASH kan cowok udah gitu mereka udah jago banget jadi gak di raguin deh.

Sekarang gue pun udah siap-siap mau pulang. Gue gendong tas ransel gue. Pas gue berbalik, eh ada kak Dicky dengan senyum yang menghiasi wajah unyunya. Gue bales senyuman itu.

"Ada apa kak?" Tanya gue.

"Hmmm pulang bareng yuk! Gue juga mau ngomong sesuatu sama lo! Tapi jangan disini. Mau gak?" Tanya Kak Dicky sambil masang muka berharap. Gue pun menganggukan kepala gue. Eh langsung aja tuh tangan di tarik sama kak Dicky.


*
"Hmmm Tan kakak ngomong langsung ajah ya soalnya pasti lo capek kalo lama-lama. Gue suka sama lo Tan, dari semenjak lo masuk ke sekolah ini. Pas saat lo di bentak Bisma juga kan gue belain lo. Karna gue sayang sama lo. Lo mau jadi pacar gue?" Oh god kak Dicky ngucapin kata-kata itu sambil megang kedua tangan gue. Jujur nih jantung udah deg-deg an banget. Tapi kok ada yang ngeganjal ya di hati gue? Sekarang yang ada di otak gue itu....... BISMA!! Yaa dia.. Ya alloh, apa gue udah jatuh hati sama Bisma yang notabene gue pun gak tau perasaan Bisma ke gue itu kayak gimana.. Tapiiii....

"Tan, heloooo!" Ucapan kak Dicky tadi berhasil membuyarkan lamunan gue.

"Gak di jawab sekarang juga gpp kok Tan. Santai aja!" Ucap kak Dicky masang senyum manisnya. Gue tau pasti di balik senyum itu ada rasa kecewa. Tapi ya gimana lagi.

"Ya udah yuk lo naik. Udah sore nih!" Ucap kak Dicky yang entah kapan udah naik aja di cagiva merahnya. Ya udah deh gue naik dan pergi dari sekolah ini.




***
Seminggu berlalu..
Besok adalah hari perlombaan. Sekarang lagi waktu istirahat nih. Gue lagi duduk nih sama Lala di bangku kantin. Nadya sama Nita juga Jeje? Mereka lagi sama pacar masing-masing gak tau kemana. Ya, Nadya sama Rangga. Nita sama Reza, dan Jeje sama Ilham. Mereka jadian pas 3 hari yang lalu. Kompakan yah?? Kalo ngomong masalah kak Dicky yang waktu itu nembak gue... Gue udah nolak dia. Gue sadar ternyata gue cuma cinta sama si Bisma. Kak Dicky juga ngertiin gue kok dengan alasan yang gue kasih dengan jujur plus lengkap. Kak Dicky juga nawarin gue buat gue sama Bisma dia comblangin. Tapi gue gak mau karna itu malah bikin luka di hati kak Dicky.

"Tan!" Panggil Lala yang berhasil buat gue berhenti nyeruput milkshake gue.

"Apa La?" Tanya gue sambil ngeliatin si Lala yang lagi senyum-senyum ngeliatin layar BB nya. Tumben banget loh si Lala senyum! Biasanya jutek banget.

"Cocoh lo udah punya pacar belum?" Gue hanya cengo ngedenger pertanyaan si Lala. Jangan-jangan dia suka sama cocoh?

"Belum La. Lo suka sama dia?" Tanya gue

"Iyaa!" seketika tawa gue menggelegar. Hahah ternyata cocoh ada yang nyukain juga.

"Ah elu! Gue juga yakin lo juga pasti lagi suka sama orang! Keliatan dari gerak-gerik lo akhir-akhir ini. Gue tau lo, Taniaa~" Tawa gue langsung berhenti. Lala tau'an ya? Peramal nih kayanya.

"Bener kan?" Ledek Lala

"Iya deh gue ngaku!" Gak bisa ngelak deh kalo sama Lala.

"Siapa?" Tanya Lala antusias

"anak yang huruf depan namanya Alphabet ke-2"

"Hmmm Bisma ya.. Kak Bisma bukan?" Buset nih anak kok serba tau ya.

"Bukan!" Elak gue.

"Terus siapa? Yang gue tau lo itu cuma kenal sama anak yang huruf depannya B ya cuma kak Bisma!" Kekeuh Lala. Ya ampun, segitu rincinya ya dia ngeliatin daftar temen gue.

"Ada lah La, belum saatnya lo tau!" Ucap gue biar gak ketauan lalu beranjak berdiri dan berjalan keluar Kantin sambil minum milkshake gue.


***
Latihan terakhir menjelang lomba. Huftt deg-deg an juga, apalagi bawa nama sekolah.
Sekarang lagi waktunya istirahat 10 menit. Gue pun hanya merilekskan tubuh gue yang jujur pegel banget! Gue pun menegak sebotol minuman dingin yang gue pegang dari tadi sambil menatap lurus ke depan. Pas gue coba lirik beberapa derajat dari tadi. Gue liat si Bisma lagi tiduran di atas bangku dengan tangan yang di lipat dan di taruh di dahinya agar menghalangi sinar matahari. Gue tatap dia lama, dalem, eh tiba-tiba ada yang ngehampirin dia. Cewek berpenampilan modis, dan bisa di bilang anak orang kaya dan seumuran gue berlari ke arah Bisma sambil memberikan sebotol air mineral. Bisma pun bangkit dari duduknya dan menerima botol itu. Lalu cewek itu pun duduk dan bahunya di rangkul oleh Bisma! Omigod, seketika JLEBB melanda hati gue. Mata gue udah panas liat ini semua. Rasanya pengen aja gue lari keluar sekolah dan menabrakan diri gue kepada semut yang berjalan.

"Ayo..ayo.. Semuanya ngumpul!!" Teriak pak Ari dari pintu sebuah kelas. Dengan langkah lunglai dan kini pun ada beberapa bulir air mata sudah ngalir di pipi gue. Malam ini pasti gue galau!!
Eh Tiba-tiba saja ada yang ngerangkul bahu gue. Gue liat ke arah samping. Oh god apakah ini mimpi?
Gue di rangkul Bisma broo!

"Jalannya lunglai banget lo! Inget besok lomba. Jangan sampe sakit!" OMG!! Bisma perhatian banget sama gue. Gue mimpi apa semalem???



***
Gila!!!
WOW banget liat permainan si Bisma di lomba ini. Tampang cueknya gak keliatan. Yang ada tampang berjuangnya dia buat banggain nama sekolah. Pantes aja anak-anak satu sekolah pada suka sama dia. Gue jadi inget kemarin latihan. Hihi gak nyangka loh Bisma rangkul gue sampe masuk ke tuh kelas. Cocoh sama Dicky aja sampe cengo. Pas nyampe rumah ya gak Dicky yang lagi main, ya gak Cocoh pada nanya kaya wartawan.

'PRRIITTT'

Wah pertandingan udah selesai. Daaannnnn..... SMA Angkasa Bandung menang!! Yeay giliran team gua yang harus berjuang sekarang. Kita ber-5 pun jalan ke tengah lapangan dengan gue sebagai kapten. Daaannnn.....

'PRITTTT'

Pertandingan di mulai!!!

Berjuang sekuat tenaga dan dengan keringat yang bercucuran. Tak perduli apa yang terjadi nanti dan yang penting tim gue menang di pertandingan yang bergengsi ini. Lawan emang cukup tangguh.
Pertandingan pun selesai. Huh kita kalah permisah! Tapi gpp, yang penting udah berjuang. Gue pun duduk di bangku yang ada di pinggir lapangan sambil menghapus peluh yang ada di kening gue. Tiba-tiba ada sebotol air mineral yang di sodorkan oleh sebuah tangan. Gue pun menatap tangan itu dan gue tatap siapa pemiliknya.

"Kak Bisma!!" Pekik gue kaget.

"Nih minum! Kasian banget lo!" Gue ambil botol itu dan gue langsung minum aja. Karna jujur, gue juga haus banget.

"Jangan pantang menyerah! Kegagalan itu adalah awal dari kesuksesan!" Tegas Bisma dengan mata yang menatap kedepan.

"Iya kak! Makasih atas support nya." Ucap gue tersenyum lalu gue pun memandang ke depan lagi. Hening deh tuh gak ada perbincangan.

"Tan.." Jiahhh Bisma manggil gue tuh.

"Apa kak?" Tanya gue dengan tatapan yang masih kedepan.

"Pacaran yuk??" Buset dah. Mata gue seketika melotot dan langsung cepet menoleh ke arah Bisma yang masih stay sama posisinya.

"Hah?? Sejak kapan lo kak su..su..ka sama gue?"

"Gue juga gak tau deh kapan. Pas denger cerita kakak lo, gue jadi gak mau sia-sia in cinta tulus yang datang ke gue. Yang pasti disitu emang gue udah tertarik dan suka sama lo. Walaupun belum cinta. Lo mau?" Tanya Bisma yang sekarang natap mata gue yang masih melotot.

"Hmm aduh gimana yaa?? Hmmmm iya deh kak Bisma. Gue mau kok!" Ucap gue dengan senyum pasti. Bisma pun tersenyum kecil dan langsung pegang kedua tangan gue.

"Bantu gue.. Gue akan belajar mencintai lo!" Ucap Bisma sambil natap mata gue. Gue pun tatap balik mata dia lalu menganggukan kepala gue. Dan yeay!! Bisma meluk gue. Dengan ragu, gue pun bales pelukan itu.

"Ekhem!! Kalo mau pacaran jangan di GOR dong. Gak modal!" Ucapan salah seorang lelaki itu langsung membuat Bisma dan gue langsung melepas pelukan itu.

"Hehe maaf Dick!" Ucap Bisma cengengesan sambil garuk-garuk tengkuk lehernya.

Waw gue seneeennggg banget deh!
Berawal dari benci dan di akhiri dengan cinta.
Walaupun gue gak optimis dapetin cintanya Bisma, tapi gak di sangka juga kan?!
Gue akan berusaha buat kak Bisma cinta sepenuhnya sama gue!
Pegang omongan gue yaa sobat?!
Lo semua saksi janji hati gue loh!




-Tamat-

Tetap Kamu | Sekuel Cinta Tak Bertepuk Sebelah Tangan New Version | Cerpen @Rangga_Moela

***


"Apa sih, Ngga? Aku ga ada hubungan apa-apa sama Gio. Dia cuma temen SMA aku." Ujar Tania berusaha meyakinkan Rangga. Saat ini Rangga juga Tania tengah berada di salah satu Restaurant di bilangan Jakarta.

Rangga dan Tania. Ya, kalian pasti belum lupa dengan sepasang kekasih di cerita ini. Saat ini, Rangga tengah meminta kepastian kepada Tania. Akhir-akhir ini, memang Rangga sering melihat Tania dan Gio jalan bersama. Kelakuan mereka pun seperti sepasang kekasih. Banyak teman-teman Rangga yang berprasangka bahwa pasangan kekasih ini telah usai hubungan nya mengingat beberapa minggu ini Tania dan Gio terlihat sangat dekat.
Gio, mahasiswa baru di kampus ini dan satu jurusan dengan Tania. Entahlah, karena apa dan mengapa Tania dan Gio menjadi sangat dekat.
Kesabaran ada batasnya. Secuek-cueknya orang, dia juga ingin di perhatikan. Begitu pula dengan Rangga. Secuek-cueknya Ia dengan Tania akhir-akhir ini, Ia juga ingin kepastian hati Tania. Hubungan mereka lebih tepatnya. Namun sampai saat ini Tania juga belum mengakui tentang kedekatannya dengan Gio.

"Please Tan jangan boong. Aku tau dari tatapan kamu ke dia kalo kalian lagi berdua. Secuek-cuek nya aku juga aku slalu perhatiin kamu, Tan~" Ujar Rangga berusaha lembut agar Tania tidak terlalu terpancing emosinya.

"Harus gimana lagi sih, Ngga aku jujur sama kamu. Ini aku udah jujur. Aku ga ada hubungan apa-apa sama Gio." Tania berusaha berujar secara pelan-pelan agar Rangga mengerti.

"Serius? Aku ga yakin! Gio itu cinta pertama sekaligus pacar pertama kamu kan? Kamu juga putus sama dia gara-gara dia selingkuh sampai kamu putusin dia. Kamu juga menyesal putusin Gio pas tau ternyata cewek yang deket sama Gio waktu itu adalah sepupunya. Kamu bener udah ga cinta sama dia? Aku sama sekali ga yakin, Tan!" Sentak Rangga dengan mengucapkan info yang dia dapat dari teman dekat Tania. Tania membolakan matanya. Kenapa Rangga bisa tahu sedetail itu?

"Oke, emang dia mantan aku. Terus apa hubungan nya sama masa-masa itu, Ngga. Itu masa lalu, aku aja udah lupain itu. Sekarang aku emang bener-bener serius sama kamu. Kamu ga percaya? Ya udah lah terserah kamu. Yang pasti aku udah jujur sejujur-jujurnya. Kalo emang kamu ga percaya lagi sama aku, kita putus aja." Ujar Tania pasrah. Sungguh sebenarnya Tania sangat sesak menyebutkan kata 'putus' kepada Rangga. Namun, Rangga lah yang membuatnya selalu emosi akhir-akhir ini karna sikap Rangga yang terlalu overprotective.

"Tania! Maksud aku nge-bahas ini bukan berarti dengan se-enaknya kamu ngucapin kata putus! Apasih yang buat kamu berubah akhir-akhir ini? Karna dia?" Ujar Rangga dengan suara yang mulai meninggi. Emosi nya sudah mulai tak terkendali.

"Udahlah Ngga, aku capek. Kita putus aja mulai detik ini." Ujar Tania lalu berdiri dari kursi nya dan berlalu saja dari Restaurant dengan mata yang berkaca-kaca.

"Tan.. Tania..! Arrgghh!" Kesal Rangga lalu menggebrak meja Restaurant. Untung Restaurant saat ini sedikit sepi. Jadi hanya beberapa orang saja yang memperhatikan Rangga aneh. Rangga mengusap wajahnya yang sudah memerah dengan kasar. Sungguh, masalah dalam hubungan nya kali ini bagaikan masalah besar. Padahal masalah ini sepele. Ia beranggapan bahwa Tania lah yang terlalu membersar-besarkan masalah ini.

"Rangga!" Ujar seseorang menepuk bahunya dari belakang. Rangga pun menengok kan kepalanya kebelakang. Ia pun terperanjat kaget.

"Vina?"

"Aaaa Rangga! Aku kangen banget sama kamu, sayang.."


*
Vina. Lebih lengkapnya Alvina Eliya Sastra. Gadis ini adalah mantan kekasih Rangga saat dulu. Saat Rangga baru mengenal cinta. Lebih tepatnya pada saat mereka kelas 1 SMA. Hubungan spesial di antara mereka yang terjalin selama 2 tahun waktu itu kandas akibat Vina yang melanjutkan kuliahnya ke salah satu universitas di New York. Nah, inilah yang mengakibatkan dahulu Rangga ingin berkuliah disana.

*

#Back to Story


"Sorry, Vin. Kita udah ga ada hubungan apa-apa. Kenapa kamu manggil aku sayang?" Ujar Rangga lalu melepas pelukan MANTAN kekasihnya.

"Emang salah kalau aku peluk kamu dan bilang kamu sayang?" Ujar Vina lalu duduk di hadapan Rangga.

"Ya engga sih. Tapi takut ada salah paham. Aku udah punya pacar." Ujar Rangga sambil menggaruk tengkuk lehernya yang tak gatal.

"Hah? Kamu udah ngelupain aku, Ngga? Aku aja ga bisa lupa sama kamu. Malah aku tambah cinta sama kamu." Ujar Vina dengan senyum khasnya. Senyum yang membuat Rangga jatuh cinta kepada gadis di depannya ini dulu.

"Maaf Vin, itu masa lalu." Ujar Rangga dengan senyumnya.

"Tapi Ngga, jujur aku masih cinta sama kamu. Kepergian aku hampir 4,5 tahun ini gabisa buat aku move on dari kamu, justru makin sayang sama kamu. Jadi pemilik hati aku lagi, Ngga." Ujar Vina menatap sendu Rangga sambil menggenggam telapak tangan Rangga.

"Kok hati gue jadi deg-degan kaya gini sih sama Vina." Ujar Rangga dalam hati. Entahlah. Pada saat ini Ia sangat bimbang sekali.



*
Keesokkan harinya

Tania kini telah selesai menuntaskan pelajaran terakhirnya di kampus nya ini. Kini Ia berjalan menuju parkiran, menuju mobil kesayangannya tentunya. Tadi pagi, ia bertemu dengan Rangga di koridor kampus. Rangga tak menatap nya sama sekali, padahal yang Tania tau, Rangga itu melihatnya. Rangga sendiri malah membuang muka pada saat berpas-pasan dengan Tania. Jujur Tania sendiri heran dengan Rangga, padahal kemarin ia yang mempertahankan hubungan mereka. Tapi kini? Ia malah mencampakkan Tania. Jujur, Tania sendiri sakit hati akan perubahan sikap Rangga hari ini. Namun ia sadar, ia telah mengakhiri hubungan nya dengan Rangga. Dia juga harus menerima resiko dan harus bisa bangkit dari cintanya kepada Rangga atau bisa di sebut move on.

Pada saat di parkiran, ia segera bersembunyi di balik salah satu tiang beton di area parkir. Ia kini tengah memantau Rangga yang tengah berjalan dengan seorang gadis cantik. Bahkan Rangga menggandeng tangannya mesra dan memperlakukan gadis itu layaknya kekasih. Tania yang memang sudah sedari tadi sakit hati pun kini tak bisa menahan air matanya kembali. Air mata kini deras mengalir di kedua pipi Tania. Untung saja keadaan parkiran sedang sepi. Sampai kini mobil Rangga sudah pergi dari area parkir, Tania pun baru keluar dari persembunyiannya. Ia menangis sesegukan dengan tiang beton sebagai sandarannya.

"Tan, lo kenapa?" Ujar seseorang yang langsung membuat Tania menghapus air matanya. Tania melirik kesamping kanan nya, ia dapat melihat Gio yang tengah menatapnya khawatir.

"Ah gue gapapa. Gue duluan yah, Gi." Ujar Tania yang langsung pergi menuju mobilnya dan langsung tancap gas pergi dari area kampusnya ini. Gio hanya menatap Tania lirih.

"Maaf, Tan. Gara-gara gue, lo harus pisah sama Rangga. Gue cuma mau di deket lo doang. Walau lo ga harus jadi milik gue. Udah itu aja."




*
Tania kini tengah telungkup di atas kasurnya dengan keadaan menangis. Sungguh ia merasa cengeng kali ini. Dan kali ini ia menangis karena Rangga. Padahal dahulu, Tania saja paling hanya menangis setahun sekali. Dan itu pada saat Hari Raya Idul Fitri.

"Hks Rangga jahat! Jahat bener-bener jahat! Hks sekali manusia aneh manusia nyebelin tetep aja kaya gitu. Hks" Ujar Tania dengan terus menangis sesegukan.

"Hks gue nya lagi mauan pacaran sama Rangga hks ah kacaauuuu!!!" Teriak Tania frustasi sambil melempar bantalnya ke sembarang arah.



*
1 bulan sudah Tania juga Rangga berakhir hubungannya, sebulan ini pula juga Tania dan Rangga tak saling tukar kabar. Berita pasangan Rangga dan Tania yang hubungan nya kandas pun sudah menyebar ke penjuru kampus. Banyak kini mahasiswa-mahasiswa kampus yang kembali genit kepada Tania. Namun Tania tak menanggapinya seperti dulu, kini Tania menanggapinya cuek. Sangat cuek. Semenjak ia putus dengan Rangga pun penampilannya tak karuan. Tidak rapih. Dan di kedua matanya pun pasti ada lingkaran hitam. Namun itu tak mengurangi kecantikan Tania yang sedikit berkurang kadarnya.

Rangga sendiri kini menjadi badboy. Ia kini telah menerima Vina kembali menjadi kekasihnya. Walaupun ia kini telah memiliki kekasih, tapi ia juga sedikit genit di kampusnya. Meladeni setiap kegenitan mahasiswi-mahasiswi yang menyukai dirinya. Entahlah, kini ia sedang tersambat apa sampai Rangga yang dulu terkenal angkuh dan sombong ini sekarang menjadi badboy kampusnya.

Tania kini sedang berjalan di pinggir trotoar jalan raya yang sangat besar namun sepi ini. Kegiatan kampusnya yang baru berakhir pukul 8 malam ini membuat ia kini harus pulang larut malam. Kedua orang tuanya sedang berada di luar kota. Supir keluarganya pun ikut di borong oleh kedua orangtua nya. Tania pun tadi sudah menunggu taksi atau apapun kendaraan yang membuatnya sampai ke rumahnya, Namun nihil. Tak ada satupun kendaraan yang lewat di sekitar jalan area kampusnya. Rangga? Memang Rangga tadi juga menjadi panitia seperti Tania. Namun sepanjang acara kampus tadi tak ada satupun kata atau pembicaraan di antara mereka. Kedua nya sama-sama diam dan tak menganggap salah satu diantara mereka ada. Di tambah lagi tadi pacarnya Rangga yang menghampiri Rangga dan membuat mereka pun kini pulang bersama. Sungguh hati Tania sakit kembali melihat adegan itu. Tania sendiri sudah mengetahui Rangga sudah memiliki kekasih dan asal-usul kekasih Rangga sendiri berkat dirinya yang mencari info sendiri.
Gio? Entahlah. Anak itu pindah dari kampus Tania setelah minggu kedua hubungan Tania dan Rangga berakhir.

Tania hanya mendengus sebal sambil menendangi batu kerikil di jalanan. Masa ia harus jalan untuk sampai di rumahnya. Naik mobil pribadi saja membutuhkan waktu setengah jam dari sini. Bagaimana kalau jalan? Bisa tengah malam ia sampai di rumahnya. Ia pun terus berjalan menyusuri jalanan yang cukup sepi ini. Pada saat ia tengah mengutuk nasibnya tak jelas di dalam hati, Ada sebuah mobil sport yang sangat di kenali Tania mengikutinya dari arah samping. Pengemudinya pun membuka kaca mobilnya. Yah dia Rangga, ngapain dia disini?

"Tan, mau bareng ga?" Tawar Rangga sambil terus melajukan mobilnya perlahan dan sesekali melirik Tania.

"Engga usah makasih!" Cetus Tania lalu mempercepat langkahnya agar menjauh dari Rangga. Rangga melirik kesal ke arah Tania. Dengan sigap ia pun keluar dari mobilnya dan mengejar Tania.

"Tan.." Ujar Rangga yang berhasil menahan pergelangan lengan kanan Tania. Tania pun membalikkan tubuhnya. Dapat dilihat oleh Rangga wajah Tania yang tengah menatap kesal dirinya. Tapi Rangga sendiri dapat melihat urat lelah di wajah Tania dan tatapan dari bola mata Tania yang sepertinya sedang sedih atau malah memiliki masalah.

"Apasih Ngga? Udah deh gue mau pulang sendiri!"

"Pokoknya lo pulang bareng sama gue. Gamau tau dan ga pake nolak. Ayo!" Tegas Rangga lalu langsung menarik lengan Tania. Tania hanya memanyunkan bibirnya kesal. Rangga yang meliriknya hanya menahan senyum. Jujur, Rangga kangen masa-masa seperti ini dengan Tania.



*
Tak ada pembicaraan dalam mobil sport Rangga ini. Hanya ada suara deruan mesin mobil yang menyeruak di dalam mobil ini. Rangga sesekali melirik Tania yang tengah menatap keluar jendela mobilnya. Sungguh Rangga prihatin akan keadaan Tania akhir-akhir ini. Tania yang ia lihat sekarang itu sedikit kurus, penampilan nya yang sedikit acak-acakan, wajahnya yang pucat, juga lingkaran hitam di sekitar matanya membuat kecantikan Tania pun sedikit berkurang.
Kalau Rangga boleh jujur, sebenarnya Rangga itu masih mencintai Tania, bahkan semakin hari semakin bertambah cintanya. Ia berhubungan dengan Vina dan berusaha cari perhatian kepada mahasiswi di kampus itu pun untuk berusaha move on dari Tania. Namun apadaya, ia tak bisa.

Kini mobil nya telah sampai di depan rumah Tania. Tania langsung saja melepas seltbelt yang melingkar di tubuh mungilnya.

"Terimakasih udah mau anterin gue." Ujar Tania menatap Rangga sebentar lalu langsung keluar dari mobilnya dan langsung masuk kedalam rumah mewahnya. Rangga hanya menatap Tania sendu.

"Kamu akan tetap jadi milik aku, Tania. Dan aku pun hanya milik kamu. Liat rencana apa yang akan aku lakuin nanti. Aku akan berusaha sekuat aku untuk dapetin kamu kembali. Maafin aku atas sikap aku semenjak kita putus." Lirih Rangga dengan senyum khasnya lalu berlalu dari tempat itu.



*
Hari ini adalah hari dimana ada Pensi di kampusnya. Lebih tepatnya di dalam gedung indoor basket di kampusnya. Tania hanya melihat acara itu dengan malas-malasan bersama teman-temannya. Sungguh Tania sebenarnya ingin sekali pulang, namun kalau ia pulang, ia hanya akan menangisi Rangga saja. Tapi disini pun ia sangat malas, Rangga selaku bagian dari seksi pelaksana pun sedari tadi mondar-mandir dengan sibuknya mengurusi acara ini. Antara rindu dan sebal apabila Tania melihat wajah Rangga.
Kini yang Tania lihat, Rangga telah usai dari kesibukannya yang mondar-mandir tak jelas dan sudah duduk di jejeran kursi petinggi kampus. Yah disini juga sudah ada kakek dari Rangga sebagai pemilik kampus atau lebih tepatnya yayasan dan kedua orang tua Rangga seperti yang di ungkapkan oleh host tadi.
Yang membuat Tania heran, kini Rangga berjalan ke depan panggung dan di sertai tepuka tangan penonton. Ada apakah ini? Setau Tania yang kemarin mengikuti rapat, Rangga tak ikut tampil di dalam acara ini.

"Selamat siang semua.." Ujar Rangga dengan menggunakan microphone. Semua pun membalas sapaan Rangga. Tania hanya menatap pekat Rangga di atas sana.

"Ya, disini saya akan menyanyikan sebuah lagu untuk seseorang yang masih saya cintai. Silahkan menyaksikan."



*
Tak bisa
Aku melupakanmu
Walau kau bukan milikku lagi

Tak bisa
Aku hidup tanpamu
Terbiasa kau perhatikan aku

Aku dan kamu
Itu dia doaku
Aku dan kamu
itulah mimpi besarku
Hmmmmm

(REFF)
Bagaimana nasib cintaku
Hatiku masih hidup di ragamu
Masih saja ku menganggapmu
Aku pasanganmu seperti dahulu


Tak bisa aku melupakanmu
Walau kau bukan milikku lagi

Aku dan kamu itu dia doaku
Aku dan kamu itulah mimpi besarku

(REFF)
Bagaimana nasib cintaku
Hatiku masih hidup di ragamu
Masih saja ku menganggapmu
Aku pasangan mu seperti dahulu

Hooooo ooooo
Cintaku

Bagaimana nasib cintaku
Hatiku masih....
Ooooooo

Bagaimana nasib cintaku
Hatiku masih hidup di ragamu
Masih saja ku menganggapmu
Aku pasangan mu seperti dahulu

Oooooo
Kau mimpi besarku.

*

Semua pun bersorak dan bertepuk tangan riang setelah Rangga selesai menyanyikan sebuah lagu di iringi dentingan piano yang di mainkannya juga pengiring musik acara saat itu. Rangga kini tersenyum sangat manis dan menatap Tania yang berada cukup jauh dari panggung. Tania yang merasa di tatap oleh Rangga pun langsung memalingkan wajahnya. Jujur, tatapan Rangga yang seperti itu membuat hatinya luluh dalam sekejap. Ia pun tak mau menangis di tempat umum seperti ini.
(Jadi disini tempat duduknya tribun ya)

"Saya mohon untuk saudari Tania Safira Rays Soebrata untuk ke atas panggung ini." Suara Rangga itu yang membuat seketika Tania melihat wajah Rangga yang jauh disana kembali. Rangga yang di tatap Tania pun menganggukkan kepalanya sambil tersenyum. Nama Tania pun di sorak-sorai kan di gedung indoor basket ini. Tania yang enggan pun kini di tarik oleh beberapa dosen wanita untuk di tuntun ke atas panggung. Sungguh! Mungkin ini sudah rencana Rangga.

Tania pun kini sudah di atas panggung. Rangga dengan perlahan mendekati Tania yang menatapnya dengan nanar. Dapat kalian lihat jelas bahwa Tania kini sedang membendung air matanya. Antara rindu dan benci yang saat ini Ia rasakan. Rangga kini memegang kedua telapak tangan Tania lalu mengenggamnya erat.

"Tania.. Maaf untuk sebulan ini, aku udah campakkin kamu. Bahkan aku sempat berpacaran dengan gadis lain karna aku menuruti permintaan kamu. Mengakhiri hubungan kita. Aku mencoba untuk mencari gadis lain agar aku bisa move on dari kamu. Dan ternyata... Aku gagal." Ujar Rangga lalu menarik nafas dalam. Gedung ini pun sangat sunyi sejak Rangga mulai membuka suara. Rangga kini menatap Tania serius. Tania juga kali ini menatap pekat mata Tania.

"Dan sekarang, aku pengen wujudin mimpi besarku. Ingin membangun keluarga kecil dengan kamu sebagai pendamping sehidup semati aku dan ibunda dari anak-anak ku nanti. Aku yakin bahwa kamu jodoh aku. Masa depan aku. Dan... Will you marry me, Tania?" Ujar Rangga lalu bersimpuh sambil tetap memegang kedua telapak tangan Tania erat. Semua pun bersorak agar Tania menerima pinangan Rangga. Tania menatap wajah Rangga yang tengah memasang wajah berharap.

"Tapi...

"Kami semua disini setuju Tania, Rangga. Sekarang semua keputusan berada di tangan kalian." Ujar Kakek dari Rangga dan di angguki oleh kedua orang tua Rangga. Bahkan kedua orang tua Tania pun hadir di sana dan memberikan senyuman untuk meyakinkan putri tunggal mereka. Rangga pun tersenyum dan mengedipkan matanya ke arah keluarganya seolah memberi tanda 'Oke!' Kepada keluarganya. Semua keluarganya pun mengacungkan jempol mereka.

"Hufftt aku mau, Ngga." Ujar Tania yang membuat semua yang ada disana pun bersorak-sorai bahagia sambil bertepuk tangan. Rangga sendiri dengan refleks langsung menarik Tania kedalam dekapan hangatnya. Tak disangka, Tania pun menangis sesegukan yang membuat Rangga kaget setengah mati.

"Eh Tan, kamu kenapa nangis?" Rangga panik.

"Kamu jahat! Hks kamu tuh buat aku tiap hari nangisin kamu. Buat aku males makan, mandi, kuliah. Hks sampe aku kurusan gini. Kamu pacaran sama mantan kamu lagi. Hks jahatt!!" Lirih Tania dalam dekapan Rangga sambil memukul-mukul punggung Rangga. Rangga pun sedikit meringis kesakitan.

"Maaf ya~
Sok atuhlah pukul aku sampai kamu puas. Asal nanti kalo pelukannya udah di lepas jangan nangis lagi yah? Aku minta maaf." Ujar Rangga dan malah mempererat dekapannya. Tania pun kini membalas erat pula dekapan hangat calon suaminya.







-END-

Cinta Tak Bertepuk Sebelah Tangan (New Version) | Cerpen Rangga SM*SH

Siapa sih yang tidak kenal sosok Tania. Sosok yang sangat di gilai oleh para mahasiswa di Kampus ini. Padahal dirinya saja baru beberapa minggu yang lalu tercantum namanya di buku mahasiswa-mahasiswi disana karena memang Ia pindahan dari salah satu universitas di California. Namun kalau kalian tahu, setiap kali Tania berjalan di setiap inci kampusnya, pasti aja ada yang memintanya menjadi pacarnya. Oh banyak wanita disana yang iri dan sering berkata, "Apa sih cantiknya dia? Cantikkan juga gue!"

Ya, memang kalau kalian lihat para mahasiswi di Kampus ini, memang mayoritas mahasiswi nya berwajah cantik, bahkan ada yang melebihi Tania. Namun satu, Tania memiliki chemistry yang kuat dan beda dari wanita yang lainnya. Dia memiliki senyum yang khas dan wajahnya yang cantik alami. Dan satu lagi yang khas! Tania itu seorang gadis tomboy. Hampir setiap hari ia perpenampilan menggunakan tanktop dengan di balut kemeja yang dibuat se-cocok mungkin. Celana jeans dengan warna yang berbeda tiap harinya. Rambutnya yang memiliki panjang di bawah bahu ia ikat satu atau kadang ia cuma memberinya bandana membuatnya terkesan cantik.
Namun, ada seorang lelaki yang biasa saja menanggapi Tania. Seorang lelaki tampan dan cucu dari pemilik kampus ini. Yah, Rangga Dewamoela Soekarta! Siapa yang tidak tahu dan tidak kenal dirinya. Mahasiswa yang terkesan menarik diri dari pergaulan, cukup bad boy, namun memiliki kecerdasan tinggi ini emang terkenal cuek, dingin, dan cukup angkuh. Dia hanya berbicara kalau memang pembicaraan itu sangat penting atau memang yang membuatnya tertarik.

Tania kini sedang berjalan menuju Taman Belakang Kampus ini. Entahlah mengapa Tania berniat kesana. Tania hanya penasaran dengan cerita banyak mahasiswa katanya Taman itu angker. Banyak mahasiswa yang melihat bayangan-bayangan astral. Dan menurut Tania, ini adalah tantangan. Dengan berbekal membawa kamera infra red, dia berjalan santai sambil bersenandung kecil.

Tania telah sampai di Taman itu. Tidak cukup buruk! Walau hawa tidak enak menembus kulit putihnya. Tania tidak mengurungkan niatnya dan pergi meninggalkan taman itu. Sungguh Taman itu sebenarnya sangat indah dengan danau buatan yang cukup luas. Cocok untuk objek foto dan untuk merefreshing fikiran. Tania menghela nafas pelan dan melihat kesekeliling taman. Tania memincingkan matanya melihat sosok pemuda yang tengah duduk di bangku Taman yang berada di tengah Taman. Tania melangkahkan kakinya mendekati pria itu dengan segenap raga penasarannya. Berharap bahwa cerita para mahasiswa kampus itu tidak benar.
Tania kini sudah berada di samping pemuda yang tengah duduk memejamkan mata dengan headset putih yang terpasang di kedua telinganya. Tania menatap lelaki itu pekat. Lelaki yang tampan, pikirnya. Tania duduk di sebelah lelaki itu. Mungkin lelaki itu juga merasakan ada orang asing yang berada di sebelahnya, ia kini membuka matanya. Pemuda ini menatap Tania dengan tatapan, 'siapa lo?'.

"Haa..ii.." Ujar Tania tersenyum paksa dan melambaikan tangannya ragu ke arah pemuda di hadapannya. Pemuda itu hanya menatapnya tanpa ekspresi dan kembali menatap ke depan dengan headset yang sudah di lepas.

"Siapa lo?" Ujar pemuda ini. Tania menghela nafas berat. Jujur, ia sangat sebal pada cowok yang teramat cuek seperti ini.

"Gue Tania. Lo?"

"Oh Tania. Si cewek yang digilai oleh para mahasiswa kampus ini. Termasuk cowok yang beruntung yah gue di deketin sama lo. Hhh~" Ujar pemuda ini seraya tertawa meremehkan. Tania hanya memanyunkan bibirnya. Lelaki sombong!

"Apa kata lo aja deh! lo belum jawab pertanyaan gue. Siapa nama lo?" Tanya Tania lagi.

"Katanya mahasiswi terkenal, masa gatau gue. Kudet lo!" Cercah pemuda ini lalu berdiri cool.

"Ih gue nanya serius juga." Sewot Tania.

"Haha woles, cantik! Gue Rangga. Mungkin lo pernah denger nama itu." Ujar Rangga lalu pergi meninggalkan Taman ini. Tania hanya menatap cengo Rangga yang semakin menjauh.

"Jadi dia si Rangga? Bener kata orang, sombong."



*
Tania kini sedang berjalan-jalan sendiri di Mall sebesar ini. Entahlah apa yang ingin dia lakukan. Yang pasti, dia sangat bete malam ini. Kedua orang tuanya sedang pergi keluar negeri karena mengurus perusahaan keluarganya dan di rumah hanya ada seorang pembantu, satpam, dan supir keluarga nya saja. Dia hanya menatap iri banyak pasangan muda-mudi dengan mesranya bergandengan tangan.

"Andai gue punya pacar, mungkin gue jalan-jalan sekarang juga ada yang nemenin kali yak? Hufft" Dumel Tania dalam hati. Matanya melirik sebuah Restaurant seafood. Karena ia juga sedang lapar. Ia pun melangkahkan kakinya masuk ke dalam Restaurant itu.



*
Tania kini sedang melahap pesananya. sampai tak sadar padahal kini di hadapannya ada Rangga yang tengah menatap lucu dirinya. Sungguh, kalau kalian lihat Tania makan kali ini, bagaikan orang yang tak makan 2 hari. Sampai kini Tania tersendak, dengan sigap Rangga menyodorkan segelas cappucino punya Tania. Tanpa melihat, Tania langsung meminumnya hingga habislah segelas.

"Elo!!"

"Kenapa?"

"Kok lo ada disini?"

"Ya iyalah. Gue lagi ngontrol salah satu Restaurant gua disini kalik!"

"Oh!"

Tania kembali melanjutkan makannya. Rangga kini kembali menahan tawanya. Sungguh! Nih cewek unik banget! - Ujar Rangga dalam hati.

"Lo belum makan berapa hari sih? Makannya sampe begitu banget." Ujar Rangga lalu menatap Tania dengan sebuah senyum khasnya.

"Ah elu mah gatau. Gue tuh ya dari pagi belum makan. Selama di kampus juga cuma nyemil aja. Bawel lu!"

"Aish nih bocah! Masih untung tadi gue baik bantuin lo ngasih minum." Rangga sewot.

"Wow gitu?" Tania menatap Rangga menantang. Rangga hanya menatap Tania jengkel.

"Udah deh minum lo kan habis yah, gue pesenin lagi. Gue nya juga sekalian mau kebelakang lagi." Ujar Rangga dan kini berdiri. Tania dapat melihat kini Rangga tengah menggunakan jeans hitam dengan kaos putih juga jaket abu-abu. Sumpah, ganteng banget si Rangga. Udah putih, chubby, gue suka lo! - Teriak Tania dalam hati.

"Gratis yah ini semua? Gue kan temen lo." Ujar Tania cengengesan.

"Enak aja. Emang gue anggep lo temen, Tan?"

"Sialan lo, Ngga!"

"Haha"



*
Kini Tania tengah di antar pulang oleh Rangga dengan menggunakan mobil sport biru mudanya. Rangga sengaja mengantar Tania karna ga mungkin kan seorang cewek jam 9 malam naik taksi di tengah ibukota dengan tingkat kriminalitas yang tengah tinggi ini?
Di mobil ini tidak ada yang menarik. Hanya ada suara deruan mesin mobil saja. Keduanya sama-sama sibuk dengan kegiatan masing-masing.

Kini mobil Rangga telah sampai di depan rumah Tania. Mewah. Itulah yang ada di fikiran Rangga. Namun kini otaknya menyimpan satu pertanyaan. Entahlah apa itu.

"Rumah lo mewah juga ya, Tan." Ujar Rangga menatap Tania.

"Haha makasih. Rumah orang tua gue kalik bukan rumah gue." Tania dengan senyum khasnya.

"Bokap lo pengusaha ya?"

"Ya gitu deh. Nerusin perusahaan keluarga yang turun-temurun katanya. Kata nyokap gue, semua pengusaha pasti tau nama perusahaan bokap gue dan nama bokap gue karna usahanya udah mencakup Eropa." Ujar Tania menceritakan tentang ayahnya.

"Oh ya? Emang siapa nama bokap lo? Nama perusahaannya apa?" Tanya Rangga menatap Tania penasaran.

"Hmmm Rays Corp. Bokap gue, Alan Rays Soebrata." Tania. Setelah mendengar jawaban Tania, Rangga tersenyum. Ralat! Menahan senyum lebih tepatnya. Entahlah apa yang membuat ia menjadi tersenyum seperti ini.

"Boleh minta nomor Handphone lo, Tania... Safira Rays Soebrata?"



*
Tania kini tengah tiduran di tempat tidur bernuansa pink ini. Ia tengah memikirkan kejadian tadi. Darimana Rangga tahu akan nama lengkapnya. Padahal Tania tidak pernah menyebutkan nama lengkapnya di depan Rangga. Atau Rangga melihat daftar nama mahasiswa jurusan management bisnis mengingat Rangga adalah cucu pemilik kampus. Tapi? Ah Tania bingung.

"Tidur aja kalik yah, daripada mikir mulu gue. Dasar cowok aneh tapi menarik hati. Hahay!"



*
Mungkin sudah sekitar 2 minggu Tania dan Rangga tidak bertemu semenjak kejadian itu. Ya, sudah 2 minggu Rangga tidak masuk ke kampus. Tania yang penasaran beberapa hari yang lalu menghubungi Rangga melalui pesan singkat dan Rangga memberi tahu bahwa ia tengah ke Belanda. Tengah temu kangen dengan keluarga besar katanya. Jujur, Tania sangat rindu pada Rangga. Yah walau mereka baru kenal beberapa minggu ini. Sosok Rangga yang asik namun cuek-jutek ini telah memikat hati seorang Tania di tengah banyak lelaki yang suka kepadanya. Ia kini menepis anggapan mahasiswi kampus bahwa Rangga adalah sosok yang ini-yang itu. Padahal kan Rangga ga kaya gitu! - Dumel Tania dalam hati.

Beginilah aktifitas Tania. Setelah ia pulang dari kampus, kerjaanya hanya bersantai ria di dalam kamarnya. Pada saat ia tengah mengutak-atik laptopnya. Pintu kamarnya terbuka. Masuklah seorang wanita paruh baya dengan wajah yang masih awet muda dan dengan penampilan modis menghampiri Tania. Yah dia ibunda Tania, nyonya Rina.

"Tan, siap-siap yuk! Papah sama mamah mau ngajak kamu makan malam dengan kolega papah sekaligus sahabat papah sejak kecil." Ujar Rina mengusap penuh kasih sayang puncak kepala Tania.

"Just diner kan mah? Ga ada maksud lain?" Tanya Tania menatap ibundanya misterius.

"Sebenernya ada. But, kamu juga bakal tau kalau kita sudah ada disana." Ujar Rina dengan senyum lalu kembali berdiri.

"Ih mamah sok misterius!"

"Ini emang kejutan sayaangg..."


*
Malam ini, dengan gaun malam selutut berwarna merah maroon juga bandana dan wedges senada, Tania, mamah, dan papahnya pun menghadiri acara makan malam antar 2 keluarga yang kepala keluarganya saling bersahabat ini. Sesampainya di dalam Restaurant, Restaurant sangat sepi. Hanya satu meja besar yang di isi oleh sekitar 4 manusia. Ternyata Restaurant ini sudah di booking. Dengan jalan berdampingan di tengah mamah dan papahnya, Tania hanya menatap penasaran keluarga kecil di depan matanya.

"Hai Rully, apa kabar?" Ujar Alan, ayahanda Tania kepada temannya, Rully.

"Baik-baik saja. Gimana sama lo? Makin tua makin ganteng aja yah! Haha" Ujar Rully. Alan pun tertawa. Sungguh, bapak-bapak gaul! Manggil aja elu-eluan. Sungut Tania dalam hati.

"Ayo atuh silahkan duduk. Udah di pesenin nih makanannya, tinggal di cicipi aja. Ayo."

"Terimakasih Rull, maaf sudah merepotkan."

"Ah tidak apa-apa. Kalem aja."
Keluarga Tania pun duduk setelah di persilahkan. Jujur, Tania heran dengan satu orang pemuda yang pergi dari meja ini setelah ia dan kedua orangtuanya datang ke meja ini. Satu orang lagi? Ada disini. Bersama dengan seorang wanita paruh baya yang masih cantik dan awet muda yang sedari tadi tersenyum menatap keluarga Tania. Tania membalas senyumnya.

"Ini anak kalian? Cantik sekali." Ujar Rully membuat Tania tersenyum malu.

"Ah bisa saja kau ini. Anak-anak kalian kemana? Kenapa cuma seorang saja?" Tanya Rina, bunda Tania.

"Yang satunya lagi kembali ke mobil, entahlah mau ambil benda pribadinya tadi."

"Ngomong-ngomong, gimana rencana perjodohan kita? Apakah jadi Rull, Yudith?"

"Apa kata mereka saja. Mereka setuju, kita laksanakan, tidak setuju juga tidak masalah. Jangan di paksakan, Lan."

"Uhuk-uhuk!"
Tania di landa batuk dan kaget setengah mati ketika mendengar dirinya akan di jodohkan. Sungguh, Tania ini masih berumur 20 tahun, dan Tania belum siap akan hal itu. Hal dimana kehidupan benar-benar di jalani di jenjang itu. Ia masih mau bebas, main-main, menikmati masa muda yang hanya datang sekali dalam hidup.
Seiring Tania yang tengah di tepuk-tepukan punggungnya oleh sang mamah karna tersendak, datanglah seorang pemuda yang tadi ditanyakan. Membawa headset putih juga I-Phone 5 nya.

"Maaf mah-pah, tante-om, Rangga baru dateng." Ujar pemuda ini. Seketika Tania mendangakan kepalanya. Sungguh! Ia kaget! Jadi ia mau di jodohkan dengan Rangga? Apa lelaki di sebelahnya. Kalau misalnya dengan Rangga, jujur ia akan menerimanya walau agak sulit. Karna ya, Tania juga mulai menyukai pemuda ini.

"Kamu gamau ya Tania? Jawab jujur saja, kami tak akan marah dan memaksa." Ujar Rully dan dapat anggukan dari Yudith sang istri, juga kedua orang tua Tania dengan senyuman.

"Kamu tidak mau Tan di jodohkan dengan Rafael?" Tanya Alan melirik pemuda berwajah oriental di sebelah Rangga. Yah Rafael, kakak kandung sekaligus kakak satu-satu nya yang dimiliki Rangga.

"Engga pah. Maaf ya semua, Tania masih mau menikmati masa muda dulu, masih mau main-main dulu. Jadi Tania tolak yah. Gapapa nih? Mah-pah, om-tante, Rangga, emmm kak... Rafael?" Tanya Tania melirik semua yang ada di meja ini.

"Tak apa. Santai saja nak. Kami juga tidak memaksa. Ya kan semua?" Semua yang ada disini mengangguk. Begitupun Rangga, mengangguk dengan senyum khasnya.

"Ga apa-apa Tan, toh gue juga udah punya pacar. Jadi fine-fine aja. Yang penting kita bisa berteman kan?" Ujar Rafael di iringi senyumnya.

"Sipp kak!"

"Jangan panggil kak, cocoh aja. Sama kaya Rangga."

"Iya coh."

"Loh Rafael punya pacar? Kenapa ga ngomong? Kenapa ga dikenalin?" Tanya Om Rully tiba-tiba dengan wajah kagetnya. Rafael hanya menggaruk tengkuk lehernya yang tak gatal. Semua menahan ketawa melihat tingkah Rafael.

"Hihi nanti Rafa kenalin deh pih."

"Tadinya itu mau Rangga yang di jodohin. Cuma dia ga mau, alasannya sama kaya Tania."
Tania melirik ke arah Rangga yang tengah memainkan handphone nya. Sungguh sebenernya ia di jodohkan dengan Rangga? Kenapa Rangga menolaknya? Ah kesempatan melayang mendapat lelaki cuek tapi aneh ini! Batin Tania.

"Kalian satu kampus kan Ngga, Tania?"

"Iya pap!" Jawab Rangga menatap sang Ayah.

"Ya sudah, silahkan semua makan."



*
Hari ini Tania memulai aktifitas kampusnya dengan berjalan di koridor kampusnya yang cukup ramai. Sudah tak heran bila banyak mahasiswa-mahasiswa menyapa nya, Tania hanya membalasnya dengan senyuman. Pada saat Tania sedang berjalan, tak sengaja ia mendengar bisikan para mahasiswi-mahasiswi kampus.

"Eh itu Rangga bukan? Tumben dia mukanya ga jutek! Makin keliatan ganteng sumpah!"
"Ah gue nge-fans sama Rangga sekarang. Dia udah ga jutek lagi."
"Ranggaaa..."
"Hai Rangga..."

Itulah suara yang Tania denger selama Tania berjalan. Penasaran, Tania pun menengok kebelakang, dapat kalian lihat Rangga tengah menebar senyum dengan wajah yang--- yah cukup ceria. Entahlah sedang tersambet apa cowok yang satu ini. Memang benar-benar aneh. Rangga yang melihat Tania tengah berjalan di depannya kini melambaikan tangannya dan berlari kecil mensejajari langkahnya dengan langkah Tania. Kini mereka jalan bersama. Dapat kalian lihat banyak mata para mahasiswi yang melirik sinis Tania. Dalam hati mereka bersungut yah mungkin bersamaan, "Gue pengen jadi Tania lama-lama."

"Eh tumben lu ga jutek, dingin, songong!" Ujar Tania menatap Rangga di sebelahnya sambil terus berjalan.

"Gatau. Lagi seneng aja. Pengen ngilangin image jelek gue di kampus ini. Mungkin belajar jadi cowok kece dan terkenal di kampus ini kaya elo Tan, haha."

"Hah? Aneh lo Rangga. Ga usah mencoba terkenal lo juga udah terkenal keles. Jangan jadi badboy aja lo!"

"Di usahakan Tan."

"Dasar setres."



*
Jujur, Tania senang sekali hari ini. Rangga mengajak nya jalan-jalan sore di Pantai setelah ia dan Rangga selesai menyelesaikan jam kampusnya. Mereka berjalan beriringan di sepanjang pinggir pantai dengan angin yang menerpa tubuh mereka. Rambut mereka yang bertebangan sungguh membuat keindahan wajah mereka terpancar jelas. Sungguh membuat banyak orang yang berpas-pasan dengan dua insan ini menatap kagum. Sangat cocok! Banyak mengira mereka adalah sepasang kekasih.

"Eh Tan, lo kenapa sih nolak dijodohin sama coh Rafa? Dia dewasa loh padahal!" Ujar Rangga sambil terus berjalan dan menatap Tania di sebelahnya. Lihatlah! Betapa cantiknya Tania. Hari ini Tania menggunakan rok mini 10cm di atas lutut dengan kaos putih di lapis kemeja levis yang pas dengan tubuh mungilnya. Wedges putih juga rambutnya yang ia gerai membuat rambutnya berterbangan bebas terkena angin laut. Rangga hanya bisa tersenyum menatap wajah Tania. Jujur, ia mengakui bahwa gadis di sebelahnya itu memang ciptaan Tuhan yang indah.

"Ah! Emm.. Gue belum siap aja."

"Belum siap apa karna yang di jodohin sama lo nya coh Rafa jadi di tolak? Coba kalo gue terima perjodohan itu, lo bakal terima kan? Hayo jujur?" Ledek Rangga membuat wajah Tania pun memerah. Tania memang tidak pernah bisa menyembunyikan apa yang ada di hatinya, kalau ia tak mau mengucapkan, mungkin kita bisa liat dari ekspresi wajahnya.

"Ah engga!"

"Engga-engga kok mukanya merah? Haha malu nih yee??"

"Ih Rangga pede parah! Uhh.." Tania yang kesal pun mengambil segenggam pasir pantai yang ia pijak lalu melemparnya ke arah Rangga, Rangga yang gesit dengan sigap menghindar. Rangga pun menjulurkan lidahnya ke arah Tania yang tengah memanyunkan bibirnya kesal. Satu...Dua...Tiga.. Mereka pun berlari-larian dan saling kejar-kejaran.

"Ah Rangga..! Kalo gue tangkep lo, lo habis di tangan gue!"

"Coba aja kalo bisa! Sebelum lo nangkep gue! Gue dulu yang nangkep lo! Gue kurung di hati gue biar ga ada yang bisa ngambil lo!" Ujar Rangga. Apakah ini benar dari hatinya? Apakah cuma omongan semata? Tania tak sadar Rangga mengucapkan itu. Yah karna angin, membuat suara nya pun tak jelas terdengar.

"Siapa takut! Wleee :p"

"Awas aja!"

Kini malah Tania yang di kejar-kejar Rangga. Berlari kesana-kesini sampai akhirnya Rangga menangkap Tania dengan memeluk erat Tania dari belakang. Bahkan sangat erat. Dan kalian tahu? Disini mulai menjelang sunset. Indah bukan?

"Ahahaha ampun deh, Ngga. Jangan di kelitikin pinggang gue." Ujar Tania menahan satu lengan Rangga yang mengelitiki pinggangnya. Satu lengan Rangga lagi kini tengah memeluk erat pinggangnya.

"Iya deh iya." Rangga pun mengakhiri kegiatannya mengelitiki pinggang Tania. Kini mereka sama-sama terdiam, menikmati angin yang menerpa tubuh mereka, dengan posisi romantis seperti ini. Rangga memeluk pinggang Tania dari belakang dengan kedua tangannya sangat erat sampai tak ada celah di antara tubuh mereka. Sedangkan Tania menyandarkan tubuhnya di tubuh Rangga sebagai penahannya. Menghadap Pantai yang sebentar lagi akan terjadi sunset.

"Ngga.." Tania yang tersadar akan posisi ini mencoba melepas pelukan Rangga. Namun Rangga malah mempererat pelukan mereka.

"Sssttt.. Jangan di lepas. Please.. Gue nyaman banget sama posisi ini. Entahlah apa rasa ini. yang pasti, Rasa dan posisi ini buat gue nyaman banget." Ujar Rangga menenggelamkan wajahnya di leher jenjang Tania. Hembusan nafas Rangga pun dapat di rasakan Tania di lehernya. Tania hanya bisa memejamkan matanya. Sejujurnya, Tania pun menikmati posisi ini yang membuat nyaman hatinya. Tanpa memberontak lagi, Tania dan Rangga sama-sama menanti sunset dengan posisi seperti ini.
Sunset beberapa detik lagi akan terjadi, Rangga membalikkan tubuh Tania. Menatap wajah Tania yang tersinari cahaya orange matahari dengan pekat.

"Entah apa gejolak ini. Yang pasti satu dan gue yakin sama hati gue. Love you.."
Rangga menarik dagu Tania sehingga kini bibir mereka terpaut. Tania kaget. Namun hatilah yang menuntut mereka melawan rasa malu dan gengsi di antara dua manusia ini. Sunset pun terjadi. Sangat indah bukan? Bercumbu di tengah sunset? Haha bisa membayangkan kah kalian?



*
Tania di buat bete sekali pagi ini. Kalian tahu? Ia melihat Rangga tengah bergandengan tangan dengan salah seorang mahasiswa baru. Kalau seperti itu, apa arti pelukan kemarin? Apa arti kata 'Love You' kemarin? Dan... Apa arti ciuman mereka kemarin? Serius memuakkan!

Jam kuliah Tania sudah selesai pada pukul 1 siang. Dengan tampang di tekuk, Tania berjalan menelusuri koridor kampus menuju parkiran tanpa membalas sapaan atau apapun yang di layangkan pada Tania. Sungguh kejadian tadi pagi membuatnya badmood tiada tara.

Shittt! Teriak Tania salam hati. Kenapa harus sekarang bertemu Rangga? Padahal ia sudah memotong jalan agar tak melewati koridor yang biasa Rangga lalui. Tania kembali membalikkan badannya dan berjalan cepat menuju parkiran timur kampusnya yang dekat dengan tempat ia berjalan sekarang. Mobilnya? Ada di parkiran utara kampus. Tak apalah olahraga! Daripada ketemu Rangga bikin badmood nya langsung tingkat dewa. Ujar Tania dalam hati.

"Taniaa.." Teriak Rangga yang ternyata juga melihat Tania tadi. Tania tidak menghiraukan teriakan Rangga dan terus saja berjalan menghindari Rangga. Di depannya banyak segerombolan mahasiswa-mahasiswi dari suatu organisasi. Dengan cekatan, Tania bersembunyi di tengah kerumunan orang-orang disana. Tania dapat melihat Rangga yang mengejarnya dan mencari-carinya. Setelah Rangga berlalu dan menjauh dari tempat persembunyianya, Tania menghela nafas lega. Ia pun berjalan santai menuju parkiran dimana mobil kesayangannya berada.


#Parkiran

Astaga! Kalian tahu? Rangga sudah menunggu Tania di depan mobil Tania. Tania hanya membuang nafas paksa. Rasanya mau kabur lagi pun percuma. Toh mobilnya juga ada disini dan Rangga pasti akan terus menunggu dirinya sampai ia menemukan orang yang di carinya. Terlebih lagi jarak Tania dan Rangga hanya 10 langkah membuat Rangga pun pasti dapat menangkap Tania apabila Tania kabur kembali seperti tadi. Dengan berjalan lesu, Tania menghampiri Rangga dan menatap pria yang di cintainya malas.

"Kenapa lo tadi kabur pas liat gue?" Cetus Rangga melirik sinis Tania. Memang Rangga paling tidak suka apabila dirinya di perlakukan seperti itu.

"Ga apa-apa. Ga mood aja. Ngapain lo nyari gue? Sampe nungguin lagi. Ga ada kerjaan lo?" Cuek Tania lalu berjalan ke pintu pengemudi mobilnya.

"Lo kenapa sih Tan? Kok jutek gitu sama gue. Gue punya salah sama lo? Apa? Maaf deh kalo buat lo marah. Terus soal kiss kemaren? Kan gue udah minta maaf, lo juga katanya udah maafin gue. Apa lagi coba?" Tanya Rangga heran. Jujur, dia sendiri tak mengerti apa yang membuat gadis di depannya ini sangat cuek dan jutek seperti ini. Rangga sendiri sangat malas melihat wajah cantik Tania yang seperti ini.

"Udah ngomongnya? Gue mau pulang, capek! Mending lo minggir daripada gue tabrak." Ujar Tania dingin lalu bersiap membuka mobil sport merahnya.

"Tan.."

"Permisi.."

Nyerah! Yah, Rangga menyerah menghadapi Tania seperti ini. Mungkin gadis ini memang sedang memiliki masalah dan ingin waktu sendiri. Rangga tak ingin gadis yang dicintainya bertambah marah apabila ia terus mendesaknya agar bercerita. Cinta? Ya, Rangga sebenarnya sudah mencintai Tania, entah sejak kapan. Dan pembicaraan di Pantai? Memang fakta! Namun Rangga belum berani meminta Tania menjadi kekasihnya. Mengapa? Rangga tak yakin kalau Tania juga sama mencintai dirinya. Oke mungkin nanti Rangga akan berkunjung ke rumah Tania dan lebih intens menanyakan masalah ini nanti sore atau malam. Semangat Rangga!



*
Ini apaan? Dirinya lagi malas bertemu Rangga. Mengapa ibundanya menyuruh mengantarkan kue buatannya kerumah Tante Yudith.
Astaga!
Dengan di antar supir atas permintaan ibundanya. Kini Tania telah sampai di depan rumah mewah dan megah ini sambil membawa beberapa tempat kue. Menghela nafas sebentar lalu memencet bel rumah ini. Tak lama, muncul seorang wanita setengah baya menggunakan baju pelayan tersenyum ke arahnya.

"Non Tania ya? Sudah di tunggu Nyonya di ruang keluarga. Mari.." Ujar Ibu itu mempersilahkan. Tania hanya menanggapinya dengan senyuman. Ia dapat melihat alangkah elegant juga indahnya barang-barang di dalam rumah ini. Di salah satu sisi dinding rumah ini, terdapat banyak foto keluarga pemilik rumah ini. Termasuk juga banyak foto Rangga. Mulai dari fotonya saat bayi, batita, bergaya ala anak 7 tahun, 9 tahun, masa SMP, sampai masa SMA nya. Tania hanya menatapnya dengan senyum khasnya sambil terus berjalan.
Benar saja, di ruang keluarga rumah ini sudah ada Tante Yudith tengah membaca majalah fashion. Melihat Tania sudah datang, Tante Yudith menaruh majalahnya lalu berdiri dan tersenyum mengajak Tania cipika-cipiki dengan dirinya setelah itu di persilahkan duduk.

"Ini Tante kuenya."

"Oh makasih ya sayang. Sok atuh diminum itu tehnya. Dimakan juga sajiannya."

"Terima kasih Tante."
Tania pun meminum secangkir teh hangat yang di sediakan. Pada saat ia sedang meminum teh-nya, Rafael datang dan langsung duduk di sebelah mamahnya.

"Hai Tania!"

"Hai coh!" Jawab Tania lalu menaruh cangkirnya kembali di atas meja.

"Rangga kemana mih?" Tanya Rafael. Huh! Semoga Rangga ga kesini. Batin Tania berharap.

"Gatau. Abis pulang kampus tadi dia ga keluar kamar lagi. Biasanya juga jelalatan makan eskrim atau nyemil disini nemenin mamih. Mamih juga kesepian nih." Curhat Tante Yudith.

"Palingan tuh anak ada masalah mih. Biasa kalo ada masalah kan gitu. Tapi perasaan dia tadi happy-happy aja ya pas berangkat kan mih?" Tanya Rafael.

"Iya. Apalagi dari seminggu yang lalu kan dia mulai terima ngampus disana gara-gara kita ga setuju dia ke New York. Kenapa ya? Apa dia sakit. Kalo sakit juga biasanya dia kayak begitu." Lirih Tante Yudith.

"Entahlah Raf.. Mamih juga heran sama Rangga." Lirih Tante Yudith (lagi) . Otak Tania kini mulai bekerja setelah mendengarkan percakapan Tante Yudith dan Rafael. Rangga mulai terima ngampus disana? Berarti selama 3 tahun ini dia ga terima ngampus di kampus kakeknya? Berarti selama ini dia cuek dan dingin sama anak-anak kampus karna ia masih tidak terima bahwa ia di kuliahkan disini? Oh ya Tania mulai mengerti. Kalian juga mengerti bukan?

"Tan, lo samperin Rangga sana. Rangga kan akhir-akhir ini cerita lagi deket sama lo. Barangkali dia mau cerita gitu kalo sama lo." Tawar Rafael. Tania menganggukkan kepalanya. Tak mungkin kan ia menjawab tidak karna malas? Tania tak mau dianggap tak sopan.

"Kamarnya ada di lantai atas. Pintu warna biru muda."



*
Tania menghela nafasnya perlahan sebelum mengetuk pintu biru muda ini. Dengan pelan, ia mengetuk pintu kamar ini. Tak lama, pintu pun terbuka. Dapat dilihat Rangga masih menggunakan pakaian yang tadi di kenakan nya di kampus namun rambutnya yang acak-acakan berdiri di hadapan Tania dengan lesunya.

"Eh Tan, ada apa? Masuk dulu deh." Ujar Rangga lalu masuk ke kamarnya terlebih dahulu di susul Tania. Kini keduanya telah duduk di atas sofa berwarna biru muda. Takjub! Kamar Rangga bernuansa biru muda semua.

"Ada apa lo ke kamar gue? Marah lo udah ilang nih?" Ujar Rangga sambil mengambil 2 kaleng minuman soda dari lemari pendingin yang ada di kamarnya.

"Entahlah. Yang pasti gue kesini di suruh nyokap juga kakak lo. Katanya lo aneh hari ini ga keluar kamar abis pulang ngampus." Ujar Tania melirik Rangga yang tengah berjalan menghampiri dirinya.

"Oh." Jawab Rangga lalu duduk di samping Tania. Kini keduanya terdiam. Tania membuka kaleng soda yang di berikan Rangga. Ia kini melirik ke arah Rangga yang tengah memberikan olesan minyak kayu putih di kedua pelipis juga atas hidung mancungnya. Memijit keningnya sambil terpejam.

"Lo kenapa, Ngga?" Tanya Tania. Jujur, ia juga mengkhawatirkan Rangga karna sedari tadi wajah Rangga sedikit pucat.

"Gatau. Kepala gue pusing banget."

"Minum obat lah."

"Gamau ah males."

"Gue bilangin ya ke mamih lo, biar lo di periksa dokter nanti."

"No, Tan!"

"Gue ambilin obatnya?"

"No,no,no! Taniaa.."

"Terus gimana?"

"Pijitin kepala gue deh."

"Ya udah lo tiduran di paha gue."
Rangga pun menganggukkan kepalanya. Ia pun meletakkan kepalanya di atas kedua paha Tania. Dengan telaten, Tania memijat kepala Rangga. Rangga pun terpejam, bukan berarti tidur. Ia sangat tersiksa dengan sakit kepalanya. Entahlah kenapa, yang pasti sudah beberapa hari ini ia merasa meriang juga sakit kepala. Masuk angin kalik ya :D

"Tan.." Ujar Rangga dengan mata terpejamnya.

"Hmmmm"

"Mau jadi pacar gue gak?"

"Lagi sakit kan? Ga usah ngaco sama bercanda. Diem aja."

"Ih gue serius kali. Gue suka sama lo. Cinta malah. Lo cinta juga ga sama gue?"

"Gak!"

"Ih serius!"

"Haha gak bo'ong. Gue juga cinta kok sama lo!" Ujar Tania sambil terus memijati kepala Rangga pelan. Rangga membuka matanya. Ia dapat melihat senyum manis Tania.

"Berarti ganti status yah sekarang, Tan?"

"Terserah aja."

"Ih dari tadi jawabannya ga muasin hati banget. Nyebelin lah!" Ujar Rangga memanyunkan bibirnya kesal. Tania menatap gemas Rangga. Ia pun berhenti memijiti kepala Rangga.

"Iya-iya. Jangan bawel ah! Katanya sakit tapi cerewet banget!" Ujar Tania sambil mencubit kecil bibir Rangga yang tengah manyun.

"Iya-iya. Pijitin lagi." Rengek Rangga manja. Dengan senang hati Tania memijiti kepala Rangga yang mulai detik ini sudah menjadi kekasihnya.

"Ngga, cewek yang tadi pagi kamu gandeng siapa?" Tanya Tania. Sampe lupa gue!. Rutuk Tania dalam hati.

"Kamu liat? sepupu aku. Baru ngampus hari ini disana." Ujar Rangga. Tania menghela nafas lega. Rangga yang mendengar helaan nafas Tania pun bergerilya nakal menatap Tania.

"Cemburu yah? Jangan-jangan tadi cuek-jutek tuh gara-gara cemburu yah? Hayo ngaku!" Ledek Rangga.

"Apaan sih!"

"Gapapa kali ngaku aja." Ujar Rangga sambil terus memejamkan mata menikmati pijitan Tania di kepalanya.

"Iya deh iya ngaku."









-END-