Part 2 dari 2.
---
"Ih kak! Maksud lo apaan
sih narik-narik gue? Lepasin ih!" Sentak Tania. Saat ini lengannya masih
di tarik oleh Rangga hingga kini mereka berada di parkiran kampus. Rangga
benar-benar di luar kendali. Nafasnya memburu dan wajah putihnya kini pun
memerah. Sedari tadi Rangga terus menarik lengan Tania cukup kuat tanpa
memperdulikan puluhan atau bahkan ratusan pasang mata yang melihat sosok pria
idaman para mahasiswi kampus tengah menarik paksa tangan seorang gadis yang
juga pengagum Rangga seperti mahasiswi yang lain. Rangga tak mendengarkan
ucapan Tania, Rangga terus saja menarik lengan Tania sampai kini mereka berada
di sini. Rangga membuka pintu samping jok kemudi, Ia mendorong Tania untuk
masuk ke dalam mobil. Tania yang tidak mau malah menahan tubuhnya dengan
lengannya yang berpegangan pada dinding mobil.
"Masuk!" Sentak
Rangga. Tania melirik suaminya kesal.
"Ih lo apaan sih? Sana
kalo mau balik ya balik aja! Gue masih ada urusan disini.." Sentak Tania
balik. Rangga melepas tarikan tangannya di tangan Tania secara kasar membuat
Tania kini meringis dengan mengipas-ngipas pergelangan tangannya yang kini
sangat merah.
"Cepet lo masuk kalo gak
mau gue kerasin!" Rangga. Mata Tania kini beralih menatap wajah Rangga
yang menatapnya penuh amarah. Mata Tania kini berkaca. Apa salah Tania sampai
Tania di tarik tangannya dengan kasar seperti ini?
"Lo kenapa sih kak? Gue
benci sama lo. banget!"
"Udah deh lo masuk aja
kagak usah kebanyakan ngomong! Lo mau ngebangkang sama suami?" Rangga.
Tania menatap wajah Rangga benci lalu dengan kasarnya juga Tania menaruh
bokongnya pada jok mobil untuk masuk ke dalam mobil dan duduk dengan wajah
marahnya. Rangga kini menutup pintu mobilnya dan menghela nafas sebentar untuk
meredam amarahnya. Dengan lari kecil kini Rangga beralih ke pintu kemudi lalu
masuk ke dalam mobilnya dan duduk di jok kemudi. Rangga melirik ke arah Tania.
Tania tengah menatap lurus kedepan dengan air mata yang mengalir dari kedua
pelupuk matanya dengan wajah yang merah menahan amarah. Rangga menghela nafas
kembali lalu mulai menjalankan mobilnya keluar dari area kampus.
"Lo nyadar gak sih lo
punya suami satu kampus?" Rangga. Tania menatap suaminya sekilas lalu
kembali menatap lurus kedepan. Menatap deretan kendaraan yang tengah berbaris
karena ada lampu merah.
"Emang apa peduli lo kak?
Ga boleh gue deket sama cowok lain? Gue kan lagi cari yang nyaman sama hati gue
buat pendamping hati gue." Jawab Tania dengan dinginnya. Rangga menatap
Tania sekilas lalu kembali menjalankan mobilnya karena lampu lalu lintas sudah
berwarna hijau.
"Lo gak anggep gue
sebagai suami lo?" Rangga melirik Tania kesal. Tania menatap Rangga heran.
Rangga kembali fokus mengemudi.
"Loh bukannya lo juga ga
anggep gue sebagai istri lo ya? Ngapain lo minta gue anggep lo, kak?"
Tania dengan nada sinisnya. Seketika mobil ini pun berhenti secara mendadak
membuat tubuh Rangga maupun Tania terdorong ke depan sampai-sampai kepala Tania
pun terbentur.
"Ah lo apa-apaan?"
Sentak Tania kesal sambil mengusap keningnya yang membengkak. Rangga menatap Tania
kesal.
"Lo kenapa sih? Kok jadi
kaya gini, Tan?"
"Maksud lo?"
"Akhir-akhir ini lo
selalu ngebentak gue, ga kaya dulu, Tania yang kalem.. Akhir-akhir ini lo juga
selalu ngediemin gue dimana pun kita berdua berada.. Gue rasa gue ga punya
salah besar sama lo.. Terus juga biasa lo di kampus aja senyum sama gue biarpun
gue cuek sama lo tapi sekarang gak! Lo kenapa sih, Tan?" Rangga. Tania
menatap Rangga dengan wajah herannya kembali. Tania kini mulai mengingat
kejadian beberapa hari terakhir, memang akhir-akhir ini Tania selalu sensi
apabila bertemu Rangga.
"Kenapa sih ih!
Suka-suka gue!"
"Lo anggep gue apa sih
Tan? Lo ga pernah anggep gue suami lo?"
"Jangan banyak
bacot!" Tania. Rangga menggelengkan kepalanya tak habis fikir dengan Tania
yang akhir-akhir ini sangat berubah 180 derajat. Rangga kini mulai menjalankan
mobilnya kembali menuju rumah keluarga kecil mereka. Selama perjalanan kali ini
tak ada percakapan di antara mereka seperti tadi. Rangga yang sesekali melirik
Tania yang sedang memainkan ponselnya ini pun menatap sendu istrinya. Kenapa
sih sama lo, Tan? Salah gue banyak banget ya sama lo? Batin Rangga.
Rangga seketika mengemudi
mobilnya dengan oleng saat Tania memukul-mukul lengannya dengan satu tangan dan
satu tangannya lagi yang membungkam mulutnya.
"Eh lo apa-apaan sih,
Tan?" Rangga menatap Tania sambil mencoba menormalkan cara mengemudinya
lagi. Tania tak menjawab, Ia malah terus memukul-mukul lengan Rangga membuat
Rangga menatap Tania heran karena bingung apa yang harus Ia lakukan. Rangga
yang tak menggubris maksud Tania malah saat ini membuat Tania mencoba membuka
pintu mobil dengan keadaan mobil masih berjalan membuat Rangga sekarang kalang
kabut dan seketika mengerem mobilnya secara mendadak (lagi). Rangga yang masih berposisi
dengan kepala yang menempel di stir mobil akibat terbentur keras karena mengerem
tadi langsung membuka kunci otomatis mobilnya sehingga Tania kini dengan
secepat kilat keluar dari mobil Rangga dan meninggalkan Rangga yang tengah
menormalkan posisi duduknya sambil memegangi pelipisnya yang amat sakit dan
membuat kepalanya sedikit pusing. Rangga mendengar suara muntahan seseorang
yang membuat Rangga kini menatap samping luar mobilnya. Disana Rangga dapat
melihat Tania tengah membungkukan tubuhnya. Dengan memegangi pelipisnya, Rangga
keluar dari mobilnya dan berjalan menghampiri Tania yang memang tengah mengeluarkan
apa yang membuatnya mual di dalam perutnya. Tangan Rangga dengan ragu kini
terangkat memegangi tengkuk leher Tania dan dengan perlahan mulai memijati tengkuk
leher Tania agar Tania dapat dengan mudah memuntahkan apa yang ingin Ia
keluarkan. Tania kini mulai menegakkan tubuhnya dan Rangga pun mulai menjauhkan
tangannya dari tengkuk leher Tania. Tania mengelap bibirnya dengan tissur basah
yang kebetulan Ia bawa. Rangga hanya menatap apa yang di lakukan sang istri
dengan tatapan polosnya. Tania kini mulai menatap Rangga bermaksud mengucapkan
kata terima kasih karena tadi telah memijat tengkuk lehernya. Namun bukannya
mengucapkan kata terimakasih, Tania malah membulatkan matanya melihat darah
yang sedikit keluar dari pelipis Rangga.
"Ya ampun lo kenapa,
kak? Astaga maafin gue.." Tania. Rangga meringis kesakitan ketika Tania
dengan kesengajaannya karena merasa khawatir yang malah menyentuh luka di
pelipisnya.
"Aduh maap deh! Ya udah
sekarang lo duduk manis aja deh biar gue yang nyetir yah?" Tania. Rangga
memegang telapak tangan kanan Tania dengan tangan kirinya. Tania menatap lengan
nya yang di genggam oleh Rangga sebentar lalu menatap wajah suaminya kembali.
"Lo gapapa? Muka lo
pucet gitu.. Mending kita ke rumah sakit aja yah?"
"Aduhduh ga usah ke
rumah sakit segala deh! Kita langsung pulang aja okey? Gue ga kenapa-kenapa
kok!"
"Lo serius?"
"Iya serius kaka.."
Rangga kini menganggukkan
kepalanya dan melepas genggamannya di tangan Tania. Dengan segera Rangga
memasukki mobilnya kembali di ikuti oleh Tania yang berjalan menuju pintu
kemudi.
*
"Aw sakit!"
"Tahan dong, kak.."
"Jangan di teken,
Tan.."
"Iya-iya ah elo bawel
amat.. Luka dikit begini aja ngeluh terus dari tadi.."
"Ih ini tuh sakit
beneran sakit. Lagian juga gara-gara elo noh!"
"Ih nyalahin gue sih?
Maklumin sih namanya juga orang lagi.."
"Lagi apa?"
Tania seketika terdiam di
tengah perdebatannya dengan Rangga. Hampir keceplosan! Batinnya. Rangga menatap
Tania dengan rasa penasarannya. Maksudnya Tania lagi apa? Kenapa dengan Tania?
Apa ada hubungannya dengan perubahan Tania akhir-akhir ini?
"Udah selesai! Kalo gitu
gue ke kamar dulu yah, kak.." Tania. Ia kini malah membawa obat merah juga
kapas yang Ia gunakan tadi untuk mengobati luka Rangga. Saat ini memang Tania
dan Rangga tengah berada di kamar Rangga.
"Eh nanti dulu.."
Rangga, Ia menahan lengan Tania yang hendak melangkah menuju pintu kamarnya.
Rangga membalikkan tubuh Tania dan menaruh obat merah juga kapas yang di pegang
Tania di atas nakas samping tempat tidurnya. Rangga bangun dari duduknya yang
sejak tadi duduk di pinggir ranjang dan mulai menatap kedua manik mata Tania
dalam. Kedua tangannya tanpa ragu memegang kedua pipi Tania. Tania menatap
bingung kedua tangan Rangga yang berada di kedua pipi nya sebentar lalu kembali
menatap wajah Rangga, suaminya. Menatap wajah tampan yang di cintainya sejak 2
tahun yang lalu sampai sekarang, yang juga adalah sosok suaminya sendiri. Ada
rasa tak menyangka di dalam diri Tania bahwa Ia akan menikah dengan sosok yang
di cintainya hingga saat ini. Rasa itu tak pernah hilang atau berkurang, malah
semakin hari semakin bertambah seiring pertemuan keduannya yang selalu terjadi
karena mereka satu rumah.
"Semoga lo peka dengan
semua yang gue ucap dan gue lakuin sama lo, Tania.. Gue pengen lo peka mulai
saat ini.. Sebenernya dari dulu gue itu.. Gue itu.. Ah!" Rangga. Tania
langsung membulatkan matanya setelah kata 'Ah!' Yang terakhir di ucapkan Rangga,
Rangga langsung saja mencium bibir Tania. Tania terkejut. Tania bingung, apa Ia
harus membalas atau malah mendiamkan Rangga. Sedetik kemudian dengan
pemikirannya yang secepat kilat, Tania mulai membalas permainan Rangga.
2 menit kemudian, Rangga
masih tetap mencumbui Tania. Namun suasana hening dan cukup romantis disini
harus berakhir ketika Tania berusaha mendorong tubuh Rangga dengan semua tenaga
yang Tania punya dan langsung berlari keluar dari kamar Rangga. Rangga yang
terjatuh di atas kasurnya karena di dorong kuat oleh Tania pun kini berlari
kecil mengikuti arah lari Tania sudah masuk terlebih dahulu ke dalam kamarnya.
*
"Huekk.. Huekk.."
Tania kini terus memuntahkan semua yang membuat nya mual sejak tadi. Tania kini
mulai membasuh bibirnya dengan air yang mengalir dari keran air di wastafel
yang berada di dalam kamar mandi kamarnya. Menatap pantulan wajah pucatnya sekilas
di cermin yang berada disana lalu kembali keluar dari kamarnya.
"Ga enak yah ternyata
hamil tuh.. Mual-mual mulu.. Padahal udah minum obat mual dari dokter, tapi
tetep aja ih!" Dumel Tania sambil melangkah menuju tempat tidurnya.
"Harus nunggu 8 bulan 2
minggu lagi buat melahirkan kamu, nak.. Mamah akan tunggu saat-saat itu.. Mamah
akan selalu menyayangi kamu.." Tania. Ia kini sudah duduk di pinggir
ranjang tempat tidurnya sambil mengusap perutnya dengan satu tangannya. Bibirnya
sedari tadi terus tersenyum dengan matanya yang menatap perutnya.
"Jadi lo lagi hamil,
Tan?" Suara itu mengagetkan Tania. Tania kini mendongakkan kepalanya dan
menatap ke arah sumber suara yang berasal dari arah pintu. Matanya terbelalak
kaget melihat Rangga berdiri dengan tegaknya di ambang pintu. Rangga kini
berjalan mendekati Tania.
"Ah engga, lo salah
denger kalik!" Tania. Rangga kini duduk di samping Tania.
"Serius? Lo tega
nyembunyiin anak lo dari bapaknya?" Rangga. Tania langsung menggelengkan
kepalanya.
"Ya engga juga kalik!"
"Ya udah lo beneran
hamil? Anak gue bukan?"
"Emang gue cewek apaan
berhubungan dengan lebih dari satu cowok. Pikirlah!"
"Ah ibu hamil sensian
amat sih!" Rangga. Ia kini malah merangkul bahu Tania dan tersenyum dengan
senyum khasnya ke arah Tania. Tania senang! Tania bahagia! Ingin rasanya Tania
teriak melihat senyuman itu. Senyuman yang selalu Tania impikan sejak Ia
menjadi pengagum dari seorang Rangga.
"Udah sana keluar,
pengen bobo siang ini gue!" Tania. Rangga menatap Tania melas.
"Kenapa tuh muka?"
"Gue tidur disini yah?"
"Eh apaan? Enggak-enggak!"
"Ah elah, Tan.. Yaya?
Masa lo mau misahin anak dari bapaknya sih.. Gue gamau anak gue kehilangan
kasih sayang dari orang tua nya.." Rangga. Rangga kini menangkupkan kedua
lengannya seperti meminta mohon kepada Tania. Setelah beberapa detik, Tania
menganggukkan kepalanya karena Ia juga memikirkan nasib janin yang di
kandungnya. Sesuai materi yang Ia dapat, seorang anak itu sudah harus di didik
dan di sayang semenjak berada di dalam kandungan.
Rangga tersenyum melihat
anggukkan kepala Tania. Tania kini mulai membaringkan tubuhnya di atas kasur di
ikuti Rangga yang berbaring di sebelahnya. Tania mulai tiduran menyamping
dengan memeluk guling. Rangga sebenarnya ingin meminta Tania untuk memeluknya
saja daripada memeluk guling. Namun karena melihat Tania yang sepertinya sudah
nyaman dalam posisi itu membuat Rangga kini memeluk Tania dari belakang.
Sesekali Rangga mengusap perut Tania dengan penuh kasih sayang. Seiring usapan
Rangga di perutnya, Tania tersenyum. Tersenyum dengan matanya yang kini dengan
perlahan terpejam.
*
Tania bisa bernafas lega
sekarang. Semenjak Rangga mengetahui bahwa Tania mengandung, Rangga menjadi
overprotective kepada Tania. Berbeda 180 derajat dari kemarin yang sangat cuek
kepadanya, sebelum hamil. Tania saat ini baru bisa keluar rumah karena sudah
hampir 2 minggu ini Ia tak bisa keluar dari rumah akibat larangan Rangga. Tania
sendiri heran, mengapa Rangga menjadi seperti itu? Rangga saja sampai sekarang
belum sama sekali menyatakan cintanya kepada Tania. Belum sama sekali! Tetapi
Tania kembali berfikir, mungkin Rangga ingin menyayangi anaknya sesuai ucapan
Rangga, Rangga tak mau anaknya kehilangan kasih sayang orang tuanya.
Bagaimana Tania dapat keluar
hari ini?
Tania harus memohon kepada
Rangga. Ia menggunakan alasan kuliah untuk hal ini. Walau sebenarnya alasan
kuliah itu tak mempan untuk selama ini, namun entah nasib atau takdir yang
sedang baik. Dengan cukup mudah Rangga memperbolehkan Tania keluar rumah dengan
syarat tak boleh pulang lebih dari jam 4 sore.
Dengan santai dan senyum
Tania mengemudi mobil sport milik Rangga yang Rangga pinjamkan untuknya karena
mobilnya sedang berada di bengkel.
Tania sampai di area parkir
kampusnya. Dengan santainya ibu hamil ini berjalan melewati koridor kampusnya
yang memanjang itu. Pada saat Ia melewati ruang rektor, tak sengaja Ia
terpeleset oleh sebuah genangan. Tania pun seketika terjatuh dengan cukup
keras. Tania meringis kesakitan sambil memegangi perutnya yang terasa sangat
sakit. Kalian tahu? Mahasiswa-mahasiswi yang berada disana bukannya membantu
Tania bangun dari jatuhnya tetapi mereka malah menertawakan Tania dengan
sinisnya.
"Haha makanya jangan
ganjen sama Rangga! Rangga itu hanya buat gue!"
"Lo sih, Tan! Sok-sok an
gue nembak malah lo tolak! Gue jadi benci deh sama lo. Sorry!"
Tania tak menggubris
ucapan-ucapan para mahasiswa yang berada disana. Tania mencoba bangun dari
jatuhnya. Pada saat Ia mencoba bangun dari jatuhnya, ada seseorang yang
membantunya berdiri dengan merangkul pinggangnya. Tania kini berhasil berdiri,
Ia menatap ke arah sampingnya untuk melihat siapa yang menolongnya. Dan
ternyata, sosok suami nya lah yang membantunya.
"Lo semua! Jangan harap
lo lulus sarjana dengan almamater universitas ini. Pegang omongan gue!"
Bentak Rangga. Seketika semua mahasiswa-mahasiswi disana terdiam dan menatap
Rangga takut apalagi beberapa mahasiswa dan mahasiswi yang tadi sempat mengejek
Tania tanpa membantu Tania berdiri.
"Ngga, kamu jangan
be.."
"Udah, Tan.. Ayo kita ke
rumah sakit.. Kamu pendarahan tuh!" Rangga. Tania melirik ke arah kakinya,
ternyata memang benar apa yang Rangga katakan. Di lantai ada beberapa bercak
darah yang mengalir dari kedua kakinya. Tania menahan air matanya, tubuhnya pun
kini melemas. Dengan sigap Rangga membopong Tania menuju ke arah parkiran untuk
segera di bawa ke rumah sakit agar Tania segera mendapat pertolongan.
*
"Bagaimana keadaan anak
tante, Ngga?"
"Tania gak apa-apa kan?
Papih sangat khawatir dengannya?"
"Kenapa ini semua bisa
terjadi Rangga? Mamih sangat shock mendengar berita kamu tadi."
Itulah pertanyaan yang
seketika di lemparkan oleh kedua orang tua nya juga mamah mertuanya kepada
Rangga setelah dengan kompaknya juga mereka datang bersamaan di depan ruang UGD
ini. Rangga menghela nafas sebentar. Ia juga khawatir akan keadaan Tania juga
janin yang di kandung Tania.
"Tania masih di dalam
dan dokter belum keluar-keluar. Aku juga ga tau kalau bakal kejadian kaya gini.
Yang pasti aku telat ke tempat kejadian karna tadi sempet kehalang macet."
Jelas Rangga. Ia menatap ketiga manusia paruh baya di depannya. Mereka sangat
khawatir sepertinya, terbukti dari raut wajah mereka yang tak dapat di
definisikan.
"Kenapa kamu ijinin
Tania pergi? Sudah tau Tania sedang hamil!" Yudith kini berbicara kembali
dengan suara marahnya. Rangga menatap mamihnya sendu.
"Aku sebenernya juga
udah ga ijinin Tania pergi. Tapi Tania maksa, bahkan dari seminggu kemariin dia
maksa buat pergi ke kampus. Karena Rangga ga tega liat Tania mohon-mohon
melulu, jadi Rangga ijinin. Rangga juga sempet ikutin nih.. Ternyata pas sampai
kampus Rangga liat dia udah jatuh aja di kerjain anak kampus!" Rangga.
Mata ketiga orangtua ini pun membola.
"Siapa yang berani
mengerjai menantu ku?" Rully.
"Ada pih! Aku udah suruh
pihak kampus buat kasih hukuman ke mereka. Sekalian aja mereka di D.O walaupun
ga setimpal sama apa yang Tania rasakan." Rangga dengan nada jengkelnya.
Rully menganggukkan kepalanya tanda setuju di ikuti Casma. Yudith bukannya
mengangguk tetapi Ia malah tersenyum melihat wajah marah putera tunggalnya.
Entahlah mengapa Ia menjadi tersenyum.
Seketika semuanya menatap
pintu ruang UGD yang terbuka. Keluarlah seorang dokter pria paruh baya dengan
wibawanya menghampiri keluarga Rangga yang tengah berdiri di ruang tunggu.
"Keluarga dari Tania
Karisma?" Tanya dokter itu. Rully menganggukkan kepalanya mewakili semua
anggota keluarganya yang ada disini.
"Tania hanya mengalami
pendarahan ringan. Namun harus berhati-hati karena kalau Tania nanti pendarahan
kembali, di pastikan janin nya akan melemah dan akan mengalami keguguran. Harap
di jaga kandungannya yang baru menapaki 1 bulan pertama ini." Pesan sang
dokter. Rangga menganggukkan kepalanya. Sungguh hatinya sangat bersalah atas
semua kejadian yang tak di bayangkan nya sama sekali.
"Kapan kita bisa bertemu
Tania, dok?" Rangga.
"Nanti. Setelah Tania di
pindahkan ke ruang rawat. Tania nya juga sudah sadarkan diri kok."
*
Tania di rencanakan akan
pulang kembali ke rumah esok hari sesuai saran dokter yang menanganinya. Hari
sudah mulai malam, namun tak membuat Tania tertidur. Sejak tadi Ia di pindahkan
ke ruang rawat sampai sekarang, Ia selalu mengobrol dan bercanda dengan
keluarganya. Namun karena Rully, Yudith, dan Casma sudah pulang sejak 2 jam
yang lalu, jadilah kedua pasangan ini yaitu Rangga dan Tania selalu berbincang
dan sesekali di iringi tawa canda di antara mereka. Bahkan sekarang Rangga
sendiri sudah duduk di tempat tidur Tania, dan Tania sendiri pun duduk di atas
tempat tidurnya juga dengan beberapa tumpukkan bantal sebagai penyangga
punggungnya. Satu kasur kecil itu di tempati oelh sepasang suami istri ini.
"Tan, tidur gih! Udah
jam 8 loh!" Rangga. Tania melirik jam dinding yang menempel di sudut ruang
rawatnya.
"Nanti ah! Belum
ngantuk!"
"Ih ibu hamil ga boleh
tidur malem-malem, Tania.."
"Biarin ih, suka-suka
dong!"
"Gitu yah?" Rangga.
Tania cekikikan menatap mata Rangga yang menatapnya kesal. Sungguh bahagia
sekali hati Tania, ini lebih bahagia dari apapun yang membuatnya bahagia sejak
beberapa tahun kebelakang.
"Kak Rangga.."
"Plis deh ga usah
manggil gue kak! Panggil aja nama kek.. Udah suami-istri ini.. Mau sayang juga
boleh.." Rangga. Tania menampar manja pipi kiri Rangga membuat Rangga
tertawa.
"Ih apaan deh! Oke, Ngga..
Gue mau ucapin terimakasih nih sama lo!"
"Terimakasih buat
apa?"
"Lo udah jaga gue sejak
lo tau gue hamil. Gue terimakasih banget lo udah anggep ini anak lo. Gue kira
lo bakal kayak di cerita-cerita lain gitu gara-gara lo ga cinta sama gue lo
bakal ga anggep anak ini." Tania sambil mengusap perutnya yang masih datar
dengan kasih sayang. Rangga tersenyum menatap Tania, Ia kini mengusap juga
perut Tania dengan tangannya yang berada di atas tangan Tania. (Read: saling menggeggam)
"Lo ga usah berfikiran
kayak gitu! Gue percaya lah kalo ini anak gue.. Cuma gue kan yang ngelakuin itu
sama lo.. Emang lo anak bandel? Lo mah kalo pulang kampus juga langsung balik
lagi ke rumah." Rangga. Tania tersenyum bahagia mendengar jawaban Rangga.
"Thanks banget ya,
Ngga.. Lo tenang aja, kalo kandungan ini udah membesar, gue bakal angkat kaki
dari rumah lo.. Nanti kalo anak ini udah lahir, gue bakal cerain lo.. Tapi lo
tenang aja, gue bakal selalu bolehin lo kalo lo mau ketemu anak ini. Karena lo,
ayah biologis dia.." Tania. Rangga menatap Tania heran. Maksudnya
apa-apaan ini?
"Maksud lo apaan? Lo mau
cerain gue gitu?" Rangga. Tania menganggukkan kepalanya membuat Rangga
kini membulatkan matanya tak percaya.
"Ya iya lah! Lo ga cinta
kan sama gue? Lo juga mau nikah sama gue biar nama lo ga terhapus dari daftar
warisan. Tenang aja kok, Ngga.. Nanti gue bakal cari alasan yang tepat buat
kedua orang tua kita biar mereka bisa nerima perceraian kita." Tania
dengan senyum khasnya menatap Rangga. Rangga menggelengkan kepalnya tak percaya
mendengar omongan istrinya. Namun, bukannya ini benar ya? Tania kan hanya
melaksanakan apa yang pernah di bicarakan Rangga sebelum mereka menikah.
"Maksud kamu apaan, Tan?
Aku ga pernah cerain kamu dan ga akan cerain kamu! Aku sayang banget sama kamu.
Aku cinta banget sama kamu. Ga akan aku pisah sama kamu. Apalagi sama anak
kita." Rangga dengan tegasnya dan sekarang mulai menggunakan kata
'aku-kamu'. Tania menatap Rangga dengan menautkan kedua alisnya bingung.
"Maksud kamu apaan sih?
Ini kan yang kamu bilang sebelum nikah, Ngga. Kita ber.." Belum Tania
menyelesaikan ucapannya, Rangga sudah menyumpal bibirnya dengan bibir Rangga.
Hanya sebentar, karena Rangga hanya ingin memberhentikan ucapan Tania yang
selalu bilang cerai, cerai, dan cerai.
"Inget yah, Tan! Aku ga
akan cerai'in kamu. Walaupun sekecewa-kecewanya aku sama kamu, semarah-marahnya
aku sama kamu, bahkan kalau nanti sekasar-kasarnya aku sama kamu, aku ga akan
mau pisah sama kamu. Aku udah cinta sama kamu dari dulu Tania. Ga mungkin aku
lepasin kamu begitu aja setelah aku dapetin kamu dengan perjuangan yang lumayan
berat." Rangga. Ia kini menggenggam erat jemari kedua lengan Tania.
Menatap Tania dalam, dengan segenap rasa sayang dan cinta nya kepada Tania.
Tania menatap Rangga heran. Sayang? Cinta? Sejak kapan? Bukannya Rangga selalu
cuek kepadanya sejak dulu? Sejak mereka beranjak remaja? Sejak mereka mengenal
cinta dan cinta pertama Tania itu jatuh kepada Rangga?
"Sejak kapan lo sayang
sama gue? Sejak kapan lo cinta sama gue? Bukannya lo selalu cuek sama gue! Lo
selalu jutek sama gue! Lo selalu dingin sama gue dan ga pernah anggep gue ada
setelah lo tau kalo gue cinta sama lo! Jangan modus deh karena gue hamil!"
Tania dengan nada sinisnya sambil menatap Rangga yang menatapnya intens. Tania
mulai menggunakan kata 'Lo-Gue' lagi karena kini emosi ibu hamil itu mulai
memuncak mendengar ucapan Rangga, dan mengingat betapa sakitnya dahulu Ia
selalu di anggap rendah oleh Rangga. Padahal Ia sudah bersih keras buat
mendapat hatinya Rangga.
"Sebelum gue tau lo
cinta sama gue. Sebelum itu pula rasa ini mulai tumbuh di hati gue! Tapi gue ga
percaya, gue ragu. Makanya gue cuek, makanya gue dingin karena gue mau yakinin
hati gue. Siapa yang gue sayangin dan gue cinta dari banyaknya gadis yang suka
sama gue. Dan hati gue jatuh sama lo! Cinta pertama gue sewaktu SMA! Bahkan
waktu SMA, gue pernah mau ngedeketin lo. Tapi gue mundur, setelah gue selalu
liat lo berduaan terus dengan temen cowok lo! Itu yang buat gue dingin sama lo!
Dengan maksud, buat gue move on. Ternyata ga bisa, semakin hari, sedikit demi
sedikit rasa ini terus bertambah. Dan sekarang gue mau jujur aja, gue sayang sama
lo, Tania! Gue cinta sama lo! Bukan karena apapun termasuk modus gue karena lo
hamil anak gue! Believe me, Tania!" Ujar Rangga panjang lebar sambil
memegang kedua pipi Tania. Tania menatap kedua mata Rangga dalam. Mencoba
mencari ketulusan dari kedua mata Rangga, karena yang Tania tahu bahwa semua
ucapan itu bisa di buktikan kejujuran atau kebohongannya melalui pancaran mata.
Tania mulai berkaca. Ia ingin menangis. Antara bahagia, terharu, sedih, kecewa,
sakit, itulah yang kini di rasakannya saat ini.
"Kenapa selama ini kamu
begitu Rangga sama aku? Kamu tau, sikap kamu yang kayak gitu yang buat hati aku
sakit dan selalu berfikiran bahwa mundur, adalah cara terbaik yang aku
pilih." Tania. Air mata perlahan mulai turun dari kedua pelupuk matanya.
Dengan sigap pula, Rangga menghapus air mata Tania.
"Maafin aku, aku udah
ciptain banyak luka di hati kamu. Maafin aku, tapi ini emang cara aku waktu
itu. Ini cara aku mencintai kamu. Mulai sekarang, kita rubah semua dari awal.
Aku ga akan kayak begitu lagi. Aku janji." Rangga. Ia kini kembali
menghapus air mata yang mengalir dari kedua mata Tania lagi. Dengan tanpa ragu
lagi, Rangga mendekatkan wajahnya ke wajah Tania dan dengan kasih sayangnya Ia
mencium kedua kelopak mata Tania. Tania memejamkan matanya secara refleks,
menikmati ciuman kasih sayang yang memang sedari dulu Ia harapkan, dan akhirnya
terjadi di waktu ini.
"Aku ga perlu janji,
Ngga.. Aku perlu bukti.." Tania. Rangga menganggukkan kepalanya dan
tersenyum. Rangga kini dengan sengaja memeluk tubuh Tania. Tania membalas
pelukan Rangga.
"Iya-iya nanti di
buktiin.. Lagian juga ga perlu di buktiin lagi udah ada nih disini.."
Rangga. Dalam pelukan seperti ini pun Rangga dengan jahilnya memasukkan telapak
tangannya kedalam pakaian rumah sakit Tania dan mengusap perut Tania yang di
dalamnya tengah tumbuh jagoannya. Tania yang kaget secara refleks memukul
punggung Rangga yang membuat Rangga meringis kesakitan.
"Ih sakit!"
"Biarin. Siapa suruh
jahil."
"Kamu juga jahil!"
"Jahil apa?"
"Sok misterius
ngirim-ngirim hadiah setiap hari." Rangga. Tania membulatkan matanya
kembali. Darimana Rangga tahu bahwa selama ini dia lah yang menjadi secret
admirernya Rangga?
"Biarin dih! Ini kan
cara gue mencintai lo, Ngga!" Tania. Rangga melepas pelukannya dan menatap
wajah istrinya.
"Jangan panggil lo-gue
lagi oke mulai sekarang?" Rangga. Tania menatap suaminya dengan ekspresi
menahan tawa.
"Oke! Tapi kalo di area
kampus tetep 'gue-lo' yah?" Tania. Rangga langsung menggelengkan kepalanya
membuat Tania kini memanyunkan bibirnya kesal.
"No! Mulai hari ini juga
kamu ga boleh kuliah lagi!"
"Loh kok jadi kayak
gitu?"
"Udah deh nurut
aja!"
"Egois dasar!"
"Apa sekali lagi
bilang?"
"Ah engga kok, Rangga
ganteng!"
"Nah gitu doms!"
"Alay!"
Rangga tertawa. Ia kini
kembali memeluk erat istrinya dan di balas pelukan erat juga oleh Tania. Rangga
kini berjanji, akan mulai menjadi Rangga yang sebenarnya mulai detik ini. Tidak
menjadi Rangga yang cuek, yang jutek, yang dingin, seperti anggapan banyak
orang. Rangga juga tak mau hanya janji semata juga, tapi Ia juga akan buktikan
perkataannya itu. Mulai detik ini!
-Tamat-
Maaf nunggu lama :(
Aku sibuk banget bulan ini..
Cerbungnya nanti dulu yah..
Dalam waktu secepatnya pasti akan di post sama aku :)
@MJenii_18
2A9A0B7B