Tuesday, January 21, 2014

Ini Cara Gue Mencintai Lo! | Part 2 dari 2 | Rangga's Story (Cerpen)



Part 2 dari 2.



---


"Ih kak! Maksud lo apaan sih narik-narik gue? Lepasin ih!" Sentak Tania. Saat ini lengannya masih di tarik oleh Rangga hingga kini mereka berada di parkiran kampus. Rangga benar-benar di luar kendali. Nafasnya memburu dan wajah putihnya kini pun memerah. Sedari tadi Rangga terus menarik lengan Tania cukup kuat tanpa memperdulikan puluhan atau bahkan ratusan pasang mata yang melihat sosok pria idaman para mahasiswi kampus tengah menarik paksa tangan seorang gadis yang juga pengagum Rangga seperti mahasiswi yang lain. Rangga tak mendengarkan ucapan Tania, Rangga terus saja menarik lengan Tania sampai kini mereka berada di sini. Rangga membuka pintu samping jok kemudi, Ia mendorong Tania untuk masuk ke dalam mobil. Tania yang tidak mau malah menahan tubuhnya dengan lengannya yang berpegangan pada dinding mobil.

"Masuk!" Sentak Rangga. Tania melirik suaminya kesal.

"Ih lo apaan sih? Sana kalo mau balik ya balik aja! Gue masih ada urusan disini.." Sentak Tania balik. Rangga melepas tarikan tangannya di tangan Tania secara kasar membuat Tania kini meringis dengan mengipas-ngipas pergelangan tangannya yang kini sangat merah.

"Cepet lo masuk kalo gak mau gue kerasin!" Rangga. Mata Tania kini beralih menatap wajah Rangga yang menatapnya penuh amarah. Mata Tania kini berkaca. Apa salah Tania sampai Tania di tarik tangannya dengan kasar seperti ini?

"Lo kenapa sih kak? Gue benci sama lo. banget!"

"Udah deh lo masuk aja kagak usah kebanyakan ngomong! Lo mau ngebangkang sama suami?" Rangga. Tania menatap wajah Rangga benci lalu dengan kasarnya juga Tania menaruh bokongnya pada jok mobil untuk masuk ke dalam mobil dan duduk dengan wajah marahnya. Rangga kini menutup pintu mobilnya dan menghela nafas sebentar untuk meredam amarahnya. Dengan lari kecil kini Rangga beralih ke pintu kemudi lalu masuk ke dalam mobilnya dan duduk di jok kemudi. Rangga melirik ke arah Tania. Tania tengah menatap lurus kedepan dengan air mata yang mengalir dari kedua pelupuk matanya dengan wajah yang merah menahan amarah. Rangga menghela nafas kembali lalu mulai menjalankan mobilnya keluar dari area kampus.

"Lo nyadar gak sih lo punya suami satu kampus?" Rangga. Tania menatap suaminya sekilas lalu kembali menatap lurus kedepan. Menatap deretan kendaraan yang tengah berbaris karena ada lampu merah.

"Emang apa peduli lo kak? Ga boleh gue deket sama cowok lain? Gue kan lagi cari yang nyaman sama hati gue buat pendamping hati gue." Jawab Tania dengan dinginnya. Rangga menatap Tania sekilas lalu kembali menjalankan mobilnya karena lampu lalu lintas sudah berwarna hijau.

"Lo gak anggep gue sebagai suami lo?" Rangga melirik Tania kesal. Tania menatap Rangga heran. Rangga kembali fokus mengemudi.

"Loh bukannya lo juga ga anggep gue sebagai istri lo ya? Ngapain lo minta gue anggep lo, kak?" Tania dengan nada sinisnya. Seketika mobil ini pun berhenti secara mendadak membuat tubuh Rangga maupun Tania terdorong ke depan sampai-sampai kepala Tania pun terbentur.

"Ah lo apa-apaan?" Sentak Tania kesal sambil mengusap keningnya yang membengkak. Rangga menatap Tania kesal.

"Lo kenapa sih? Kok jadi kaya gini, Tan?"

"Maksud lo?"

"Akhir-akhir ini lo selalu ngebentak gue, ga kaya dulu, Tania yang kalem.. Akhir-akhir ini lo juga selalu ngediemin gue dimana pun kita berdua berada.. Gue rasa gue ga punya salah besar sama lo.. Terus juga biasa lo di kampus aja senyum sama gue biarpun gue cuek sama lo tapi sekarang gak! Lo kenapa sih, Tan?" Rangga. Tania menatap Rangga dengan wajah herannya kembali. Tania kini mulai mengingat kejadian beberapa hari terakhir, memang akhir-akhir ini Tania selalu sensi apabila bertemu Rangga.

"Kenapa sih ih! Suka-suka gue!"

"Lo anggep gue apa sih Tan? Lo ga pernah anggep gue suami lo?"

"Jangan banyak bacot!" Tania. Rangga menggelengkan kepalanya tak habis fikir dengan Tania yang akhir-akhir ini sangat berubah 180 derajat. Rangga kini mulai menjalankan mobilnya kembali menuju rumah keluarga kecil mereka. Selama perjalanan kali ini tak ada percakapan di antara mereka seperti tadi. Rangga yang sesekali melirik Tania yang sedang memainkan ponselnya ini pun menatap sendu istrinya. Kenapa sih sama lo, Tan? Salah gue banyak banget ya sama lo? Batin Rangga.

Rangga seketika mengemudi mobilnya dengan oleng saat Tania memukul-mukul lengannya dengan satu tangan dan satu tangannya lagi yang membungkam mulutnya.

"Eh lo apa-apaan sih, Tan?" Rangga menatap Tania sambil mencoba menormalkan cara mengemudinya lagi. Tania tak menjawab, Ia malah terus memukul-mukul lengan Rangga membuat Rangga menatap Tania heran karena bingung apa yang harus Ia lakukan. Rangga yang tak menggubris maksud Tania malah saat ini membuat Tania mencoba membuka pintu mobil dengan keadaan mobil masih berjalan membuat Rangga sekarang kalang kabut dan seketika mengerem mobilnya secara mendadak (lagi). Rangga yang masih berposisi dengan kepala yang menempel di stir mobil akibat terbentur keras karena mengerem tadi langsung membuka kunci otomatis mobilnya sehingga Tania kini dengan secepat kilat keluar dari mobil Rangga dan meninggalkan Rangga yang tengah menormalkan posisi duduknya sambil memegangi pelipisnya yang amat sakit dan membuat kepalanya sedikit pusing. Rangga mendengar suara muntahan seseorang yang membuat Rangga kini menatap samping luar mobilnya. Disana Rangga dapat melihat Tania tengah membungkukan tubuhnya. Dengan memegangi pelipisnya, Rangga keluar dari mobilnya dan berjalan menghampiri Tania yang memang tengah mengeluarkan apa yang membuatnya mual di dalam perutnya. Tangan Rangga dengan ragu kini terangkat memegangi tengkuk leher Tania dan dengan perlahan mulai memijati tengkuk leher Tania agar Tania dapat dengan mudah memuntahkan apa yang ingin Ia keluarkan. Tania kini mulai menegakkan tubuhnya dan Rangga pun mulai menjauhkan tangannya dari tengkuk leher Tania. Tania mengelap bibirnya dengan tissur basah yang kebetulan Ia bawa. Rangga hanya menatap apa yang di lakukan sang istri dengan tatapan polosnya. Tania kini mulai menatap Rangga bermaksud mengucapkan kata terima kasih karena tadi telah memijat tengkuk lehernya. Namun bukannya mengucapkan kata terimakasih, Tania malah membulatkan matanya melihat darah yang sedikit keluar dari pelipis Rangga.

"Ya ampun lo kenapa, kak? Astaga maafin gue.." Tania. Rangga meringis kesakitan ketika Tania dengan kesengajaannya karena merasa khawatir yang malah menyentuh luka di pelipisnya.

"Aduh maap deh! Ya udah sekarang lo duduk manis aja deh biar gue yang nyetir yah?" Tania. Rangga memegang telapak tangan kanan Tania dengan tangan kirinya. Tania menatap lengan nya yang di genggam oleh Rangga sebentar lalu menatap wajah suaminya kembali.

"Lo gapapa? Muka lo pucet gitu.. Mending kita ke rumah sakit aja yah?"

"Aduhduh ga usah ke rumah sakit segala deh! Kita langsung pulang aja okey? Gue ga kenapa-kenapa kok!"

"Lo serius?"

"Iya serius kaka.."

Rangga kini menganggukkan kepalanya dan melepas genggamannya di tangan Tania. Dengan segera Rangga memasukki mobilnya kembali di ikuti oleh Tania yang berjalan menuju pintu kemudi.


*
"Aw sakit!"

"Tahan dong, kak.."

"Jangan di teken, Tan.."

"Iya-iya ah elo bawel amat.. Luka dikit begini aja ngeluh terus dari tadi.."

"Ih ini tuh sakit beneran sakit. Lagian juga gara-gara elo noh!"

"Ih nyalahin gue sih? Maklumin sih namanya juga orang lagi.."

"Lagi apa?"

Tania seketika terdiam di tengah perdebatannya dengan Rangga. Hampir keceplosan! Batinnya. Rangga menatap Tania dengan rasa penasarannya. Maksudnya Tania lagi apa? Kenapa dengan Tania? Apa ada hubungannya dengan perubahan Tania akhir-akhir ini?

"Udah selesai! Kalo gitu gue ke kamar dulu yah, kak.." Tania. Ia kini malah membawa obat merah juga kapas yang Ia gunakan tadi untuk mengobati luka Rangga. Saat ini memang Tania dan Rangga tengah berada di kamar Rangga.

"Eh nanti dulu.." Rangga, Ia menahan lengan Tania yang hendak melangkah menuju pintu kamarnya. Rangga membalikkan tubuh Tania dan menaruh obat merah juga kapas yang di pegang Tania di atas nakas samping tempat tidurnya. Rangga bangun dari duduknya yang sejak tadi duduk di pinggir ranjang dan mulai menatap kedua manik mata Tania dalam. Kedua tangannya tanpa ragu memegang kedua pipi Tania. Tania menatap bingung kedua tangan Rangga yang berada di kedua pipi nya sebentar lalu kembali menatap wajah Rangga, suaminya. Menatap wajah tampan yang di cintainya sejak 2 tahun yang lalu sampai sekarang, yang juga adalah sosok suaminya sendiri. Ada rasa tak menyangka di dalam diri Tania bahwa Ia akan menikah dengan sosok yang di cintainya hingga saat ini. Rasa itu tak pernah hilang atau berkurang, malah semakin hari semakin bertambah seiring pertemuan keduannya yang selalu terjadi karena mereka satu rumah.

"Semoga lo peka dengan semua yang gue ucap dan gue lakuin sama lo, Tania.. Gue pengen lo peka mulai saat ini.. Sebenernya dari dulu gue itu.. Gue itu.. Ah!" Rangga. Tania langsung membulatkan matanya setelah kata 'Ah!' Yang terakhir di ucapkan Rangga, Rangga langsung saja mencium bibir Tania. Tania terkejut. Tania bingung, apa Ia harus membalas atau malah mendiamkan Rangga. Sedetik kemudian dengan pemikirannya yang secepat kilat, Tania mulai membalas permainan Rangga.

2 menit kemudian, Rangga masih tetap mencumbui Tania. Namun suasana hening dan cukup romantis disini harus berakhir ketika Tania berusaha mendorong tubuh Rangga dengan semua tenaga yang Tania punya dan langsung berlari keluar dari kamar Rangga. Rangga yang terjatuh di atas kasurnya karena di dorong kuat oleh Tania pun kini berlari kecil mengikuti arah lari Tania sudah masuk terlebih dahulu ke dalam kamarnya.


*
"Huekk.. Huekk.." Tania kini terus memuntahkan semua yang membuat nya mual sejak tadi. Tania kini mulai membasuh bibirnya dengan air yang mengalir dari keran air di wastafel yang berada di dalam kamar mandi kamarnya. Menatap pantulan wajah pucatnya sekilas di cermin yang berada disana lalu kembali keluar dari kamarnya.

"Ga enak yah ternyata hamil tuh.. Mual-mual mulu.. Padahal udah minum obat mual dari dokter, tapi tetep aja ih!" Dumel Tania sambil melangkah menuju tempat tidurnya.

"Harus nunggu 8 bulan 2 minggu lagi buat melahirkan kamu, nak.. Mamah akan tunggu saat-saat itu.. Mamah akan selalu menyayangi kamu.." Tania. Ia kini sudah duduk di pinggir ranjang tempat tidurnya sambil mengusap perutnya dengan satu tangannya. Bibirnya sedari tadi terus tersenyum dengan matanya yang menatap perutnya.

"Jadi lo lagi hamil, Tan?" Suara itu mengagetkan Tania. Tania kini mendongakkan kepalanya dan menatap ke arah sumber suara yang berasal dari arah pintu. Matanya terbelalak kaget melihat Rangga berdiri dengan tegaknya di ambang pintu. Rangga kini berjalan mendekati Tania.

"Ah engga, lo salah denger kalik!" Tania. Rangga kini duduk di samping Tania.

"Serius? Lo tega nyembunyiin anak lo dari bapaknya?" Rangga. Tania langsung menggelengkan kepalanya.

"Ya engga juga kalik!"

"Ya udah lo beneran hamil? Anak gue bukan?"

"Emang gue cewek apaan berhubungan dengan lebih dari satu cowok. Pikirlah!"

"Ah ibu hamil sensian amat sih!" Rangga. Ia kini malah merangkul bahu Tania dan tersenyum dengan senyum khasnya ke arah Tania. Tania senang! Tania bahagia! Ingin rasanya Tania teriak melihat senyuman itu. Senyuman yang selalu Tania impikan sejak Ia menjadi pengagum dari seorang Rangga.

"Udah sana keluar, pengen bobo siang ini gue!" Tania. Rangga menatap Tania melas.

"Kenapa tuh muka?"

"Gue tidur disini yah?"

"Eh apaan? Enggak-enggak!"

"Ah elah, Tan.. Yaya? Masa lo mau misahin anak dari bapaknya sih.. Gue gamau anak gue kehilangan kasih sayang dari orang tua nya.." Rangga. Rangga kini menangkupkan kedua lengannya seperti meminta mohon kepada Tania. Setelah beberapa detik, Tania menganggukkan kepalanya karena Ia juga memikirkan nasib janin yang di kandungnya. Sesuai materi yang Ia dapat, seorang anak itu sudah harus di didik dan di sayang semenjak berada di dalam kandungan.

Rangga tersenyum melihat anggukkan kepala Tania. Tania kini mulai membaringkan tubuhnya di atas kasur di ikuti Rangga yang berbaring di sebelahnya. Tania mulai tiduran menyamping dengan memeluk guling. Rangga sebenarnya ingin meminta Tania untuk memeluknya saja daripada memeluk guling. Namun karena melihat Tania yang sepertinya sudah nyaman dalam posisi itu membuat Rangga kini memeluk Tania dari belakang. Sesekali Rangga mengusap perut Tania dengan penuh kasih sayang. Seiring usapan Rangga di perutnya, Tania tersenyum. Tersenyum dengan matanya yang kini dengan perlahan terpejam.



*
Tania bisa bernafas lega sekarang. Semenjak Rangga mengetahui bahwa Tania mengandung, Rangga menjadi overprotective kepada Tania. Berbeda 180 derajat dari kemarin yang sangat cuek kepadanya, sebelum hamil. Tania saat ini baru bisa keluar rumah karena sudah hampir 2 minggu ini Ia tak bisa keluar dari rumah akibat larangan Rangga. Tania sendiri heran, mengapa Rangga menjadi seperti itu? Rangga saja sampai sekarang belum sama sekali menyatakan cintanya kepada Tania. Belum sama sekali! Tetapi Tania kembali berfikir, mungkin Rangga ingin menyayangi anaknya sesuai ucapan Rangga, Rangga tak mau anaknya kehilangan kasih sayang orang tuanya.

Bagaimana Tania dapat keluar hari ini?
Tania harus memohon kepada Rangga. Ia menggunakan alasan kuliah untuk hal ini. Walau sebenarnya alasan kuliah itu tak mempan untuk selama ini, namun entah nasib atau takdir yang sedang baik. Dengan cukup mudah Rangga memperbolehkan Tania keluar rumah dengan syarat tak boleh pulang lebih dari jam 4 sore.
Dengan santai dan senyum Tania mengemudi mobil sport milik Rangga yang Rangga pinjamkan untuknya karena mobilnya sedang berada di bengkel.

Tania sampai di area parkir kampusnya. Dengan santainya ibu hamil ini berjalan melewati koridor kampusnya yang memanjang itu. Pada saat Ia melewati ruang rektor, tak sengaja Ia terpeleset oleh sebuah genangan. Tania pun seketika terjatuh dengan cukup keras. Tania meringis kesakitan sambil memegangi perutnya yang terasa sangat sakit. Kalian tahu? Mahasiswa-mahasiswi yang berada disana bukannya membantu Tania bangun dari jatuhnya tetapi mereka malah menertawakan Tania dengan sinisnya.

"Haha makanya jangan ganjen sama Rangga! Rangga itu hanya buat gue!"

"Lo sih, Tan! Sok-sok an gue nembak malah lo tolak! Gue jadi benci deh sama lo. Sorry!"

Tania tak menggubris ucapan-ucapan para mahasiswa yang berada disana. Tania mencoba bangun dari jatuhnya. Pada saat Ia mencoba bangun dari jatuhnya, ada seseorang yang membantunya berdiri dengan merangkul pinggangnya. Tania kini berhasil berdiri, Ia menatap ke arah sampingnya untuk melihat siapa yang menolongnya. Dan ternyata, sosok suami nya lah yang membantunya.

"Lo semua! Jangan harap lo lulus sarjana dengan almamater universitas ini. Pegang omongan gue!" Bentak Rangga. Seketika semua mahasiswa-mahasiswi disana terdiam dan menatap Rangga takut apalagi beberapa mahasiswa dan mahasiswi yang tadi sempat mengejek Tania tanpa membantu Tania berdiri.

"Ngga, kamu jangan be.."

"Udah, Tan.. Ayo kita ke rumah sakit.. Kamu pendarahan tuh!" Rangga. Tania melirik ke arah kakinya, ternyata memang benar apa yang Rangga katakan. Di lantai ada beberapa bercak darah yang mengalir dari kedua kakinya. Tania menahan air matanya, tubuhnya pun kini melemas. Dengan sigap Rangga membopong Tania menuju ke arah parkiran untuk segera di bawa ke rumah sakit agar Tania segera mendapat pertolongan.


*
"Bagaimana keadaan anak tante, Ngga?"

"Tania gak apa-apa kan? Papih sangat khawatir dengannya?"

"Kenapa ini semua bisa terjadi Rangga? Mamih sangat shock mendengar berita kamu tadi."

Itulah pertanyaan yang seketika di lemparkan oleh kedua orang tua nya juga mamah mertuanya kepada Rangga setelah dengan kompaknya juga mereka datang bersamaan di depan ruang UGD ini. Rangga menghela nafas sebentar. Ia juga khawatir akan keadaan Tania juga janin yang di kandung Tania.

"Tania masih di dalam dan dokter belum keluar-keluar. Aku juga ga tau kalau bakal kejadian kaya gini. Yang pasti aku telat ke tempat kejadian karna tadi sempet kehalang macet." Jelas Rangga. Ia menatap ketiga manusia paruh baya di depannya. Mereka sangat khawatir sepertinya, terbukti dari raut wajah mereka yang tak dapat di definisikan.

"Kenapa kamu ijinin Tania pergi? Sudah tau Tania sedang hamil!" Yudith kini berbicara kembali dengan suara marahnya. Rangga menatap mamihnya sendu.

"Aku sebenernya juga udah ga ijinin Tania pergi. Tapi Tania maksa, bahkan dari seminggu kemariin dia maksa buat pergi ke kampus. Karena Rangga ga tega liat Tania mohon-mohon melulu, jadi Rangga ijinin. Rangga juga sempet ikutin nih.. Ternyata pas sampai kampus Rangga liat dia udah jatuh aja di kerjain anak kampus!" Rangga. Mata ketiga orangtua ini pun membola.

"Siapa yang berani mengerjai menantu ku?" Rully.

"Ada pih! Aku udah suruh pihak kampus buat kasih hukuman ke mereka. Sekalian aja mereka di D.O walaupun ga setimpal sama apa yang Tania rasakan." Rangga dengan nada jengkelnya. Rully menganggukkan kepalanya tanda setuju di ikuti Casma. Yudith bukannya mengangguk tetapi Ia malah tersenyum melihat wajah marah putera tunggalnya. Entahlah mengapa Ia menjadi tersenyum.

Seketika semuanya menatap pintu ruang UGD yang terbuka. Keluarlah seorang dokter pria paruh baya dengan wibawanya menghampiri keluarga Rangga yang tengah berdiri di ruang tunggu.

"Keluarga dari Tania Karisma?" Tanya dokter itu. Rully menganggukkan kepalanya mewakili semua anggota keluarganya yang ada disini.

"Tania hanya mengalami pendarahan ringan. Namun harus berhati-hati karena kalau Tania nanti pendarahan kembali, di pastikan janin nya akan melemah dan akan mengalami keguguran. Harap di jaga kandungannya yang baru menapaki 1 bulan pertama ini." Pesan sang dokter. Rangga menganggukkan kepalanya. Sungguh hatinya sangat bersalah atas semua kejadian yang tak di bayangkan nya sama sekali.

"Kapan kita bisa bertemu Tania, dok?" Rangga.

"Nanti. Setelah Tania di pindahkan ke ruang rawat. Tania nya juga sudah sadarkan diri kok."


*
Tania di rencanakan akan pulang kembali ke rumah esok hari sesuai saran dokter yang menanganinya. Hari sudah mulai malam, namun tak membuat Tania tertidur. Sejak tadi Ia di pindahkan ke ruang rawat sampai sekarang, Ia selalu mengobrol dan bercanda dengan keluarganya. Namun karena Rully, Yudith, dan Casma sudah pulang sejak 2 jam yang lalu, jadilah kedua pasangan ini yaitu Rangga dan Tania selalu berbincang dan sesekali di iringi tawa canda di antara mereka. Bahkan sekarang Rangga sendiri sudah duduk di tempat tidur Tania, dan Tania sendiri pun duduk di atas tempat tidurnya juga dengan beberapa tumpukkan bantal sebagai penyangga punggungnya. Satu kasur kecil itu di tempati oelh sepasang suami istri ini.

"Tan, tidur gih! Udah jam 8 loh!" Rangga. Tania melirik jam dinding yang menempel di sudut ruang rawatnya.

"Nanti ah! Belum ngantuk!"

"Ih ibu hamil ga boleh tidur malem-malem, Tania.."

"Biarin ih, suka-suka dong!"

"Gitu yah?" Rangga. Tania cekikikan menatap mata Rangga yang menatapnya kesal. Sungguh bahagia sekali hati Tania, ini lebih bahagia dari apapun yang membuatnya bahagia sejak beberapa tahun kebelakang.

"Kak Rangga.."

"Plis deh ga usah manggil gue kak! Panggil aja nama kek.. Udah suami-istri ini.. Mau sayang juga boleh.." Rangga. Tania menampar manja pipi kiri Rangga membuat Rangga tertawa.

"Ih apaan deh! Oke, Ngga.. Gue mau ucapin terimakasih nih sama lo!"

"Terimakasih buat apa?"

"Lo udah jaga gue sejak lo tau gue hamil. Gue terimakasih banget lo udah anggep ini anak lo. Gue kira lo bakal kayak di cerita-cerita lain gitu gara-gara lo ga cinta sama gue lo bakal ga anggep anak ini." Tania sambil mengusap perutnya yang masih datar dengan kasih sayang. Rangga tersenyum menatap Tania, Ia kini mengusap juga perut Tania dengan tangannya yang berada di atas tangan Tania. (Read: saling menggeggam)

"Lo ga usah berfikiran kayak gitu! Gue percaya lah kalo ini anak gue.. Cuma gue kan yang ngelakuin itu sama lo.. Emang lo anak bandel? Lo mah kalo pulang kampus juga langsung balik lagi ke rumah." Rangga. Tania tersenyum bahagia mendengar jawaban Rangga.

"Thanks banget ya, Ngga.. Lo tenang aja, kalo kandungan ini udah membesar, gue bakal angkat kaki dari rumah lo.. Nanti kalo anak ini udah lahir, gue bakal cerain lo.. Tapi lo tenang aja, gue bakal selalu bolehin lo kalo lo mau ketemu anak ini. Karena lo, ayah biologis dia.." Tania. Rangga menatap Tania heran. Maksudnya apa-apaan ini?

"Maksud lo apaan? Lo mau cerain gue gitu?" Rangga. Tania menganggukkan kepalanya membuat Rangga kini membulatkan matanya tak percaya.

"Ya iya lah! Lo ga cinta kan sama gue? Lo juga mau nikah sama gue biar nama lo ga terhapus dari daftar warisan. Tenang aja kok, Ngga.. Nanti gue bakal cari alasan yang tepat buat kedua orang tua kita biar mereka bisa nerima perceraian kita." Tania dengan senyum khasnya menatap Rangga. Rangga menggelengkan kepalnya tak percaya mendengar omongan istrinya. Namun, bukannya ini benar ya? Tania kan hanya melaksanakan apa yang pernah di bicarakan Rangga sebelum mereka menikah.

"Maksud kamu apaan, Tan? Aku ga pernah cerain kamu dan ga akan cerain kamu! Aku sayang banget sama kamu. Aku cinta banget sama kamu. Ga akan aku pisah sama kamu. Apalagi sama anak kita." Rangga dengan tegasnya dan sekarang mulai menggunakan kata 'aku-kamu'. Tania menatap Rangga dengan menautkan kedua alisnya bingung.

"Maksud kamu apaan sih? Ini kan yang kamu bilang sebelum nikah, Ngga. Kita ber.." Belum Tania menyelesaikan ucapannya, Rangga sudah menyumpal bibirnya dengan bibir Rangga. Hanya sebentar, karena Rangga hanya ingin memberhentikan ucapan Tania yang selalu bilang cerai, cerai, dan cerai.

"Inget yah, Tan! Aku ga akan cerai'in kamu. Walaupun sekecewa-kecewanya aku sama kamu, semarah-marahnya aku sama kamu, bahkan kalau nanti sekasar-kasarnya aku sama kamu, aku ga akan mau pisah sama kamu. Aku udah cinta sama kamu dari dulu Tania. Ga mungkin aku lepasin kamu begitu aja setelah aku dapetin kamu dengan perjuangan yang lumayan berat." Rangga. Ia kini menggenggam erat jemari kedua lengan Tania. Menatap Tania dalam, dengan segenap rasa sayang dan cinta nya kepada Tania. Tania menatap Rangga heran. Sayang? Cinta? Sejak kapan? Bukannya Rangga selalu cuek kepadanya sejak dulu? Sejak mereka beranjak remaja? Sejak mereka mengenal cinta dan cinta pertama Tania itu jatuh kepada Rangga?

"Sejak kapan lo sayang sama gue? Sejak kapan lo cinta sama gue? Bukannya lo selalu cuek sama gue! Lo selalu jutek sama gue! Lo selalu dingin sama gue dan ga pernah anggep gue ada setelah lo tau kalo gue cinta sama lo! Jangan modus deh karena gue hamil!" Tania dengan nada sinisnya sambil menatap Rangga yang menatapnya intens. Tania mulai menggunakan kata 'Lo-Gue' lagi karena kini emosi ibu hamil itu mulai memuncak mendengar ucapan Rangga, dan mengingat betapa sakitnya dahulu Ia selalu di anggap rendah oleh Rangga. Padahal Ia sudah bersih keras buat mendapat hatinya Rangga.

"Sebelum gue tau lo cinta sama gue. Sebelum itu pula rasa ini mulai tumbuh di hati gue! Tapi gue ga percaya, gue ragu. Makanya gue cuek, makanya gue dingin karena gue mau yakinin hati gue. Siapa yang gue sayangin dan gue cinta dari banyaknya gadis yang suka sama gue. Dan hati gue jatuh sama lo! Cinta pertama gue sewaktu SMA! Bahkan waktu SMA, gue pernah mau ngedeketin lo. Tapi gue mundur, setelah gue selalu liat lo berduaan terus dengan temen cowok lo! Itu yang buat gue dingin sama lo! Dengan maksud, buat gue move on. Ternyata ga bisa, semakin hari, sedikit demi sedikit rasa ini terus bertambah. Dan sekarang gue mau jujur aja, gue sayang sama lo, Tania! Gue cinta sama lo! Bukan karena apapun termasuk modus gue karena lo hamil anak gue! Believe me, Tania!" Ujar Rangga panjang lebar sambil memegang kedua pipi Tania. Tania menatap kedua mata Rangga dalam. Mencoba mencari ketulusan dari kedua mata Rangga, karena yang Tania tahu bahwa semua ucapan itu bisa di buktikan kejujuran atau kebohongannya melalui pancaran mata. Tania mulai berkaca. Ia ingin menangis. Antara bahagia, terharu, sedih, kecewa, sakit, itulah yang kini di rasakannya saat ini.

"Kenapa selama ini kamu begitu Rangga sama aku? Kamu tau, sikap kamu yang kayak gitu yang buat hati aku sakit dan selalu berfikiran bahwa mundur, adalah cara terbaik yang aku pilih." Tania. Air mata perlahan mulai turun dari kedua pelupuk matanya. Dengan sigap pula, Rangga menghapus air mata Tania.

"Maafin aku, aku udah ciptain banyak luka di hati kamu. Maafin aku, tapi ini emang cara aku waktu itu. Ini cara aku mencintai kamu. Mulai sekarang, kita rubah semua dari awal. Aku ga akan kayak begitu lagi. Aku janji." Rangga. Ia kini kembali menghapus air mata yang mengalir dari kedua mata Tania lagi. Dengan tanpa ragu lagi, Rangga mendekatkan wajahnya ke wajah Tania dan dengan kasih sayangnya Ia mencium kedua kelopak mata Tania. Tania memejamkan matanya secara refleks, menikmati ciuman kasih sayang yang memang sedari dulu Ia harapkan, dan akhirnya terjadi di waktu ini.

"Aku ga perlu janji, Ngga.. Aku perlu bukti.." Tania. Rangga menganggukkan kepalanya dan tersenyum. Rangga kini dengan sengaja memeluk tubuh Tania. Tania membalas pelukan Rangga.

"Iya-iya nanti di buktiin.. Lagian juga ga perlu di buktiin lagi udah ada nih disini.." Rangga. Dalam pelukan seperti ini pun Rangga dengan jahilnya memasukkan telapak tangannya kedalam pakaian rumah sakit Tania dan mengusap perut Tania yang di dalamnya tengah tumbuh jagoannya. Tania yang kaget secara refleks memukul punggung Rangga yang membuat Rangga meringis kesakitan.

"Ih sakit!"

"Biarin. Siapa suruh jahil."

"Kamu juga jahil!"

"Jahil apa?"

"Sok misterius ngirim-ngirim hadiah setiap hari." Rangga. Tania membulatkan matanya kembali. Darimana Rangga tahu bahwa selama ini dia lah yang menjadi secret admirernya Rangga?

"Biarin dih! Ini kan cara gue mencintai lo, Ngga!" Tania. Rangga melepas pelukannya dan menatap wajah istrinya.

"Jangan panggil lo-gue lagi oke mulai sekarang?" Rangga. Tania menatap suaminya dengan ekspresi menahan tawa.

"Oke! Tapi kalo di area kampus tetep 'gue-lo' yah?" Tania. Rangga langsung menggelengkan kepalanya membuat Tania kini memanyunkan bibirnya kesal.

"No! Mulai hari ini juga kamu ga boleh kuliah lagi!"

"Loh kok jadi kayak gitu?"

"Udah deh nurut aja!"

"Egois dasar!"

"Apa sekali lagi bilang?"

"Ah engga kok, Rangga ganteng!"

"Nah gitu doms!"

"Alay!"

Rangga tertawa. Ia kini kembali memeluk erat istrinya dan di balas pelukan erat juga oleh Tania. Rangga kini berjanji, akan mulai menjadi Rangga yang sebenarnya mulai detik ini. Tidak menjadi Rangga yang cuek, yang jutek, yang dingin, seperti anggapan banyak orang. Rangga juga tak mau hanya janji semata juga, tapi Ia juga akan buktikan perkataannya itu. Mulai detik ini!













-Tamat-


Maaf nunggu lama :(
Aku sibuk banget bulan ini..
Cerbungnya nanti dulu yah.. Dalam waktu secepatnya pasti akan di post sama aku :)



@MJenii_18
2A9A0B7B

Saturday, January 18, 2014

Ini Cara Gue Mencintai Lo! | Part 1 dari 2 | Rangga's Story (Cerpen)

Title : Ini Cara Gue Mencintai Lo!
Author : Jenyver Mulidawati
Genre : etc but don't comedy fiction

Cast :
- Tania Safira Karisma as Tania
- Rangga Dewamoela S. as Rangga
- Bisma Karisma A.K. as Bisma
- Pramudina Afra N. as Dina
- Other cast

(NB : Ini hanya cerita fiksi belaka. Maaf apabila ada kesamaan tokoh, tempat, alur, dll. Tapi ini asli karya saya.)




---
PERJODOHAN?

Siapa sih yang gak kenal sama kata ini? Siapa sih yang mau ngalamin kata-kata ini? Siapa sih yang bersedia menyiapkan raganya untuk kata-kata ini?

Tapi ini beda. Ada seorang gadis cantik yang sangat senang adanya perjodohan ini. Tania Safira Karisma, adik dari Bisma Karisma ini sangat senang adanya acara ini. Apalagi pasangannya itu adalah kakak senior yang Ia kagumi sejak pertama Ia mengalami ospek kampusnya. Rangga Dewamoela Soekarta, itulah nama sosok kakak kelas yang Tania kagumi. Apakah Tania sudah berusaha mendekati kakak kelasnya yang satu itu? Sudah. Bahkan menjadi secret admirer nya pun kini sudah di tekuni Tania sejak lama demi seorang Rangga.

Bagaimana sikap Rangga?
Rangga sendiri adalah sosok seniornya yang paling cuek dan pendiam. Walaupun Rangga adalah sosok cucu pemilik kampus, Tapi tak membuat Rangga sombong dan selalu membanggakan dirinya. Ia terbalik! 180 derajat berbeda dengan apa yang kita fikirkan.
Apakah Rangga tahu akan sosok Tania yang mengagumi dirinya? Tentu tahu. Tania lah pengagum dirinya yang paling aktif dan paling berani mendekati dirinya. Walaupun bukan dengan bertingkah layaknya gadis genit dan ganjen di kampusnya, Tapi Tania memiliki cara tersendiri mendekati Rangga. Apa Rangga mengetahui siapa secret admirernya selama ini? Ternyata sampai sekarang Rangga tak tahu siapa. Tapi Rangga hanya diam saja dan malah menikmati setiap hadiah yang di berikan oleh SA nya itu. Sebenarnya Rangga ingin mengucapkan terimakasih kalau bertemu sosok misterius itu karena sudah membuat sosok Rangga penasaran akan pengagum rahasianya yang satu itu.

Dan, Bagaimana perjodohan ini bisa terjadi? Ternyata oh ternyata, ayahanda dari Tania dan ayahanda Rangga adalah pasangan sahabat sejak kecil. Mereka juga sudah saling mengenal seluk-beluk keluarga mereka berdua. Jadi tak heran bila keluarga Tania dan Rangga adalah dua keluarga yang sangat dekat. Apakah Tania dan Rangga tahu? Tidak. Mereka berdua tak tahu sama sekali. Mereka mulai tahu semenjak pertemuan dua keluarga ini yang merencanakan pernikahan mereka dan memang sudah di siasatkan sejak mereka duduk di bangku sekolah menengah pertama. Dan kalian tahu? Tania dan Rangga itu selalu satu sekolah semenjak mereka duduk di bangku taman kanak-kanak. Mereka hanya berbeda dua tahun atau bisa di bilang dua tingkatan.
Apakah mereka langsung setuju dengan perjodohan ini? Di depan orang tua mereka, mereka mengatakan setuju dengan mantap. Tapi asal kalian tahu, pada saat Tania dan Rangga bertemu di Kampus, pada saat selesai rapat organisasi karena mereka juga satu organisasi, Rangga mengajak Tania berbicara di tempat sunyi dan Rangga berkata dengan dinginnya :

"Jangan anggep gue suka sama lo apalagi cinta sama lo gara-gara gue terima perjodohan ini. Inget itu!"

Sakit hati? Pastilah. Tapi Tania yakin, suatu saat pasti dia bisa buat Rangga jatuh hati sama Tania dan bahkan bertekuk lutut(?)


*
Malam ini, malam terakhir bagi Tania menyandang status single di hidupnya. Karena apa? Besok adalah hari pernikahannya dengan Rangga. Yang Tania lakukan beberapa hari ini adalah makan-tidur-santai-makan-tidur di dalam kegiatannya. Seperti sekarang, Tania kini sedang duduk di atas tempat tidurnya dan laptop di hadapannya. Tania kini sedang membuka TL twitternya. Banyak pembaharuan tweet muncul disana. Salah satunya adalah tweet dari calon suaminya.

@Rangga_Moela
Akan menapaki masa depan yang sama sekali tak di rencanakan. Siap tak siap harus menerima walau di jalankan tulus oleh sepihak saja.

Tania menatap tweet itu sendu. Rangga sebenarnya tak mau menerima perjodohan ini. Yang Tania tahu, Rangga menerima perjodohan ini agar namanya tak terhapus dari daftar warisan keluarganya yang sangat amat kaya raya itu. Tania juga tahu, pasti tak akan berapa lama kemudian di usia pernikahan mereka, Tania dan Rangga akan bercerai. Tania yakin dan Tania ikhlas apabila itu semua terjadi. Asalkan itu adalah kemauan si Cinta yang membuat si Cinta senang dan bahagia, Tania juga akan senang dan bahagia walau di dalam hatinya Ia mengalami sakit hati yang tak akan pernah hilang di lekang oleh waktu.

"Tania.."

Tania mengalihkan pandangannya ke arah pintu kamarnya yang terbuka seiring suara yang memanggil namanya. Masuklah sang kakak dengan kakak iparnya yaitu Bisma dan Dina yang berjalan di iringi senyum mereka. Bisma dan Dina kini duduk di sisi pinggir ranjang Tania. Tania sendiri kini duduk menghadap sepasang suami-istri di hadapannya.

"Ada apa kak Bisma, teh Dina? Abe nya juga mana?" Tanya Tania. Abe? Ya Abe adalah seorang gadis kecil hasil buah cinta di antara Dina dan Bisma yang sudah berumur 4 tahun.

"Abe ada kok sama mamah di bawah. Kamu siap buat besok?" Tanya Bisma menatap wajah adik semata wayangnya.

"Siap ga siap juga harus siap kan? Lagian juga percuma kalo gue nya udah persiapin mateng-mateng kalo yang di sananya malah santai-santai aja." Tania. Ia menatap sendu wajah Bisma. Menyiratkan bahwa Ia sedih dengan kisah hidup yang Ia ingin hanya sekali dan hanya dengan satu orang menjalaninya. Menikah.

"Bukannya ini yang lo mau? Nikah dengan seorang Rangga? Seseorang yang lo kagumi, senior lo. Dia juga ternyata anak dari Pak Rully, sahabatnya papah sejak kecil. Lo beruntung, Tania!" Bisma. Dina hanya bisa menyaksikan perbincangan antara suami dan adik iparnya dalam diam. Dina tahu dan dapat merasakan, bagaimana perasaan Tania sekarang karena kisah Tania, sama dengan kisahnya saat dulu, bersama Bisma. Cuma kalau Ia dan Bisma itu sudah dekat dan saling bermusuhan saja.

"Ini emang yang gue mau! Tapi apa lo tau gimana sikap Rangga sama gue? Lo tau baiknya dia karena dia ada di depan orang tuanya. Di depan gue? Gue ga usah ceritain yah, kak?" Tania. Bisma menatap adiknya sendu. Bisma tahu apa permasalahan adiknya dan calon adik iparnya. Bisma tahu dan sangat tahu. Bisma juga tak bisa berbuat apa-apa. Mungkin ini sudah garis takdir dari Yang Maha Kuasa.

"Oke ga masalah. Lo harus tetep semangat, Tania. Tunjukin ke dia kalau lo emang tulus sama dia. Lo perjuangin cinta lo! Karna yang gue tau, sekeras-kerasnya hati cowok layaknya batu, dia juga pasti akan hancur seiring tetesan air yang jatuh di atasnya. Tetesan air jernih yang mengalir seiring waktu yang berjalan."

"Kalo lo udah sampai dimana itu adalah titik perjuangan lo yang paling dari yang paling besar dan kuat, dan lo lelah. Lo boleh nyerah, tapi bukan berarti kalah. Lo boleh mundur, karena itu udah tanda di situlah muncul titik kelemahan lo. Dan yang harus lo lakuin, berdoa dan mundur secara perlahan. Walau lo tahu, lo ga ikhlas akan nasib yang berpihak sama lo."

"Dan satu Tania pesan kakak, tetaplah jadi diri Tania di saat Tania memperjuangkan itu semua. Buktiin ke dia kalau Tania itu beda. Karena perbedaan, yang membuat munculnya sebuah ketertarikan dan mengujung pada kecocokan dan satu lagi, ingin memiliki."


*
Pesan Bisma dan Dina semalam selalu Tania ingat dan selalu terbayang di fikiran Tania. Tania kini sudah siap dengan kebaya putih yang Ia kenakan di tubuh mungilnya dan dengan rambut indahnya yang di sanggul menggunakan sanggul modern. Wajahnya sendiri sudah di poles dengan make-up yang tak berlebihan. Hanya menambah kesan estetika cantik di wajah Tania yang memang sudah cantik natural. Tania kini di temani sang mamah juga kakak iparnya tengah menunggu waktu dimana acara akan di mulai beberapa saat lagi.

"Deg-degan yah, Tania?" Tanya Dina. Tania yang sedang menatap hampa pantulan dirinya di cermin kini mengalihkan pandangannya ke arah Dina yang berdiri di sampingnya.

"Iya teh. Biarpun ini nikahnya ga pake cinta tapi tetep aja buat aku deg-degan.. Takut dianya bener-bener ga niat dan asal-asalan nanti.."

"Hust jangan ngomong kayak gitu! Nikahnya pake cinta kok, kan kamu cinta sama dia.. Yakin dong, Tan!"

"Iya teh Dina.."

"Bunda.."

Suara cempreng milik seorang gadis kecil yang menongolkan kepalanya di balik pintu berhasil membuat Tania dan Dina mengalihkan pandangan mereka. Dina tersenyum, Ia memberi kode kepada gadis kecil itu masuk dengan melambaikan tangannya. Dengan lucunya gadis kecil itu mengangguk dan dengan lari kecilnya Ia berlari menghampiri Dina lalu memeluk pinggangnya. Sabina Ananda Karisma, itulah nama gadis kecil buah hati Bisma dan Dina. Gadis kecil Dina ini sekarang mengenakan gaun mini berwarna putih yang simple dengan flower crown yang menghias rambut panjang lurus gadis kecil yang di sapa Abe ini. Dina kini menggendong Abe dengan kasih sayangnya sebagai seorang bunda sambil mencium pipi putrinya. Tania tersenyum melihat keakraban ibu dan anak di hadapannya.

"Bunda.. Kata Oma sama Opa tante Tania di suluh tulun.. Semua udah siap.. Ayah juga udah nunggu di lual.." Abe. Dina melirik Tania yang tengah tersenyum menatap gadis kecilnya.

"Ayo, Tan.. Keluarga Rangga sudah datang.." Dina. Tania menganggukkan kepalanya. Abe turun dari gendongan Dina. Telapak tangan mungilnya kini menuntun Tania keluar dari kamar make-up ini di ikuti oleh Dina dari belakang.


*
Rangga sendiri sedari tadi hanya diam memperhatikan keadaan di sekelilingnya. Ramai sekali rumah keluarga Tania ini. Banyak sekali kolega-kolega dari orangtua Rangga dan orangtua Tania yang datang pada acara akad nikah mereka karena tak ada resepsi yang di gelar oleh kedua keluarga ini nanti. Jadi hanya ada akad nikah dan selanjutnya perayaan kecil-kecilan yang pasti bertaburan kesan mewah dan elegant di mata para tamu.

"Kamu gugup?" Tanya Yudith selaku mamih dari Rangga yang kini duduk di sebelah Rangga. Rangga menganggukkan kepalanya sambil tersenyum.

"Hehe sedikit, mih.." Rangga. Yudith tersenyum, Ia memberikan sebotol air mineral kepada putera semata wayangnya. Berusaha dengan air mineral itu bisa menenangkan kegugupan Rangga.

"Makasih, mih.." Rangga. Yudith tersenyum. Ia kini menghapus peluh yang berada di kening puteranya dengan tissue.

"Kamu senang?"

"Yah, begitu mih.."

Yudith tersenyum puas mendengar jawaban Rangga. Tak sia-sia ternyata perjodohan yang keluarganya dan keluarga Karisma rencanakan sejak dahulu. Yudith kini berdiri dan berlalu dari samping Rangga. Rangga kembali menunjukkan wajah cueknya. Memang, Rangga itu terkenal sangat cuek dan jutek di mata orang-oran yang mengenalnya, dan kecuali di mata keluarga besarnya.

Suasana mendadak hening ketika seorang gadis yang sudah di tunggu-tunggu di acara ini menuruni anak tangga secara perlahan dengan tangannya yang di tuntun oleh seorang gadis kecil yang amat sangat lucu. Di belakang mereka ada sepasang suami-istri yang saling bergandengan menggunakan pakaian senada tengah tersenyum kepada semua mata yang memperhatikan mereka. Tania kini berjalan sendirian menuju Rangga yang sudah duduk di depan meja akad nikah mereka. Tania hanya dapat tersenyum, menahan mirisnya di balik pernikahan ini. Kalian tahu, Rangga hanya meliriknya sekilas lalu kembali menatap ke depan entah menatap apa. Sampai kini, Tania sudah duduk di sebelah Rangga yang tak meliriknya sama sekali. Rangga dan Tania kini menatap sang bapak penghulu di depan mereka.

"Apakah kalian sudah siap?" Tanya sang penghulu. Tania melirik sedikit ke arah Rangga. Tania melihat Rangga menganggukkan kepalanya dan Tania pun akhirnya mengikuti anggukan kepala Rangga.

"Ya sudah kita mulai sekarang...



*
Saat ini Rangga dan Tania tengah berada di dalam mobil yang di kemudikan oleh seorang supir pribadi yang akan menjadi supir pribadi keluarga kecilnya saat ini. Keluarga kecil Rangga dan Tania juga sudah di berikan sebuah rumah yang menjadi hadiah pernikahan mereka yang di berikan oleh kedua keluarga yang berbahagia ini. Di rumah itu sendiri, nanti akan ada seorang pembantu rumah tangga, seorang tukan kebun, dan seorang supir.

Di dalam mobil ini tak ada percakapan sama sekali. Hanya ada deruan suara mobil di temani suara radio yang di setel oleh sang supir. Rangga sendiri sibuk dengan penglihatannya yang keluar jendela sedangkan Tania sendiri sibuk dengan Tablet yang di bawanya selepas acara akad nikah mereka selesai tadi. Sesekali Tania melirik ke arah Rangga. Lelaki itu hanya sibuk memandang keluar jendela tanpa mengubah posisi duduk dan arah kepalanya sejak tadi. Tania hanya menghela nafas pasrah. Tak akan ada kebahagian disini, batinnya. Sampai kini, mobil yang mereka tumpangi tepat berhenti di halaman parkir sebuah rumah yang tak terlalu besar namun berkesan elegant. Sang supir sudah berpamitan turun terlebih dahulu. Kedua manusia pasangan pengantin ini kini tengah membereskan tas mereka yang mereka bawa di dalam mobil ini. Tania sudah selesai terlebih dahulu. Tania hendak membuka pintu mobil, namun tiba-tiba pada saat akan memutar tubuhnya kesamping untuk membuka pintu, Rangga menahan bahu Tania. Tania kembali menormalkan posisinya dan kini menghadap ke arah Rangga yang tengah menatap Tania dengan tatapan yang tak dapat terdefinisikan.

"Ada apa, kak?" Tanya Tania. Kak? Yah Tania tetap memanggil Rangga dengan sebutan 'kak' karena Tania tahu, pernikahan ini bukan dasar atas kemauan mereka. Jadi Tania tetap memanggil Rangga dengan sebutan itu seperti ketika di area kampus.

"Di rumah ini, kita tidurnya terpisah. Gue di kamar utama, lo di kamar sebelahnya. Semua udah gue atur kok! Tapi nanti, kalo lo udah bersih-bersih. Lo mau ke kamar gue sebentar?" Rangga. Tania menautkan alisnya bingung. Sedetik kemudian, Tania menganggukkan kepalanya tanda setuju. Tania mengerti, dan ini sakit sekali. Rangga membalas anggukan kepala Tania dengan senyum tipis yang baru Tania lihat dan baru Tania dapatkan selama ini dan Rangga pun keluar dari mobil ini. Tania masih terdiam. Entah harus senang atau malah menangis, Tania sendiri pun bingung. Baru kali ini Rangga memberikan senyumnya dan walau tipis kepada Tania. Tania kini tersenyum kecil, dengan tas yang Ia genggam, Tania kini turun dari mobilnya dan mulai memasukki rumah barunya dan mungkin, rumah masa depannya.


*
Matahari mulai memasuki celah-celah jendela rumah baru pasangan pengantin ini. Tania mulai mengerjapkan matanya ketika sinar matahari sudah membuat kulit kelopak matanya hangat. Tania kini melentangkan posisi tidurnya. Kepalanya Ia tengokkan ke arah samping tempat tidurnya. Di sebelahnya masih ada Rangga yang tidur dengan posisi telungkup. Rangga?
Ya, semalam maksud Rangga suruh ke kamar Rangga setelah Tania bersih-bersih adalah Rangga meminta hak nya sebagai seorang suami dan mau tak mau pun Tania harus memberikannya walau Tania sendiri bingung.

Bingung karena apa maksud dari Rangga? Gak cinta kok tapi mau ngelakuin nya sama gue? Gimana kalo gue hamil?

Itulah pertanyaan yang selalu ada di benak Tania sejak semalam. Tania menatap wajah Rangga penuh dengan senyum bahagianya. Tania tersadar, Ia kini duduk di atas tempat tidur lalu dengan menutupi tubuhnya dengan selimut, Ia mengambil semua pakaian tidur yang semalam Ia pakai yang kini sudah berserakan di kamar Rangga. Tania memakainya secara cepat dan kini Tania turun dari tempat tidur Rangga dan keluar dari kamar Rangga. Tania kini harus bersiap menuju kampusnya karena Tania sendiri ada kelas pagi. Berbeda dengan Rangga yang memiliki kelas siang. Tania siap! Tania siap karena setelah ini Rangga pasti akan kembali cuek dan dingin dengannya. Yah, sudah nasibnya untuk selalu seperti ini mulai dari sekarang di dalam pernikahannya.

Tak lama Tania keluar dari dalam kamar Rangga, sang pemilik kamar terbangun dari tidurnya. Rangga mengucek-ngucek matanya lalu mulai melihat ke sekeliling kamarnya. Ia kini tersadar, tersadar dengan keadaan sekarang. Rangga kini duduk di atas kasurnya. Ia melihat selimut yang menutupi tubuhnya. Dengan santainya, Rangga melihat keadaan tubuhnya yang di baluti selimut. Rangga tersenyum.

"Ternyata gue berhasil.." Gumamnya sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. Dengan senyum khasnya, Rangga mengambil segelas air putih yang berada di samping nakas samping tempat tidurnya lalu meminum air putih di dalamnya sampai habis. Rangga kembali menaruh gelas yang kosong itu di atas nakas dan kini Rangga kembali tertidur dengan matanya yang menatap langit-langit kamarnya. Bibir Rangga kembali tersenyum. Hatinya terasa senang. Terasa bahagia. Ini jauh lebih bahagia dari semua hal dalam hidupnya yang membuatnya bahagia.

"Lo akan jadi milik gue.. Walau lo duga, lo ga akan pernah menjadi milik gue.. Ini cara gue.."



*
Satu bulan kemudian..

Semua flat! Ga ada yang istimewa dalam hubungan ini. Rangga memang benar kembali cuek dan selalu bersikap dingin kepada Tania semenjak kejadian malam pertama itu. Tania tak mempermasalahkan dan tak terlalu memikirkan. Toh dugaan nya benar! Toh dia udah siap akan semua ini! Toh dia juga siap apabila Rangga akan menjatuhkan sekaligus talak tiga kepada dirinya. Tania Safira Karisma selalu siap! Asalkan lelaki yang di cintainya bahagia, Tania akan bahagia. Karena senyumnya, sudah cukup melebihi dari definisi kata bahagia dalam hidup seorang Tania.

Kali ini Tania sedang menelusuri koridor kampusnya sendiri. Kemana Rangga? Entahlah. Yang pasti, kelas Rangga dan kelas Tania mempunyai jadwal yang sama yaitu jadwal kelas pagi untuk jadwal hari ini. Apakah mereka pergi bersama? Tidak. Tania lah yang terlebih dahulu meninggalkan rumah mereka karena Tania sudah memiliki janji dengan temannya untuk mengerjakan tugas kerja kelompok mereka. Tetapi Tania juga sudah melaksanakan tugasnya sebagai istri, dengan menyiapkan sarapan untuk Rangga. Apakah Rangga memakannya? Selama ini sih Rangga selalu memakan apa yang Tania masak dan tanpa komentar sedikitpun dari Rangga sendiri.

Tania kini berjalan menuju arah kantin kampusnya. Arah kantin kampusnya itu melewati kelas Rangga. Pada saat Tania melewati kelas Rangga, Tania dapat melihat kelas Rangga masih melaksanakan kegiatan pembelajaran. Terbukti dengan masih adanya dosen di depan kelas itu. Dimana Rangga? Tania tak melihat sosok suaminya. Yah, Rangga itu duduk di saf ketiga dari banjar tiga deretan kursi mahasiswa yang berada di kelas itu. Tania mengangkat bahunya tak tak mau tahu lagi. Ia kini sampai di area kantin yang sedikit sepi, lalu Tania sendiri celingak-celinguk mencari sosok temannya di antara banyaknya meja dan kursi yang berada disana. Bibirnya tersenyum, melihat sosok lelaki berperawakan gagah dan berwajah oriental duduk di sekitar area penjual bakso disana. Dengan moodnya yang tengah mendukung, Tania berjalan ke arah teman lelakinya dengan senyum. Sampai kini, Tania berada di hadapan lelaki itu.

"Hai, Gan!" Sapa Tania. Teman lelakinya yang Tania sapa 'Gan' itu mengalihkan pandangannya yang tadi tengah menatap layar handphone nya menjadi menatap Tania yang tengah berdiri di hadapannya. Lelaki ini tersenyum, Handi Morgan Winata nama lengkapnya.

"Eh Tania! Ayo duduk." Morgan. Tania kini duduk di hadapan Morgan. Morgan menatap gadis di depannya dengan tatapan bahagia. Gadis yang sudah Ia kagumi sejak 2 tahun yang lalu, sejak pertama mereka bertemu di acara ospek kampusnya. Dan Morgan tahu, bahwa Tania, menyukai sosok seniornya yang bernama Rangga. Sakit hati? Pasti! Tapi Morgan akan tetap berjuang bagaimana caranya Tania harus menjadi miliknya, dengan caranya sendiri. Tapi, bagaimanakah kalau Morgan mengetahui apabila Tania sesungguhnya sudah di miliki oleh sosok seniornya itu?

"Lo kenapa, muka lo pucet gitu, Tan?" Tanya Morgan menatap wajah Tana yang memang hari ini pucat. Bukan karena bedak atau apapun. Ini natural pucat. Tania tersenyum membalas pertanyaan Morgan.

"Gue gak kenapa-kenapa kok! Lagi kurang enak badan aja.." Tania. Morgan menganggukkan kepalanya tanda mengerti. Suasana kini malah hening di antara mereka.

"Oh iya Gan, gimana sama tugasnya? Katanya lo aja yang mau selesai'in tuh makalah." Suara Tania itu mampu membuyarkan lamunan lelaki berwajah oriental ini. Morgan tersenyum, kini Morgan membuka resleting tas ransel abu-abunya yang sedari tadi Morgan gendong di punggungnya. Morgan mengambil sebuah makalah dengan berpuluh-puluh lembar kertas berisi materi yang Ia kerjakan bersama Tania sejak beberapa hari yang lalu. Morgan memberikannya kepada Tania. Tania menerimanya. Tania kini mulai membaca hasil kerja kelompoknya bersama Morgan. Membaca lembar demi lembar. Apa yang Morgan lakukan? Morgan kembali memperhatikan Tania dengan senyum tipisnya dan dengan kepalanya yang Ia topang dengan kedua tangannya yang Ia sangga melalui dagunya sendiri sebagai titik tumpuan.

Jauh di sisi kantin, Rangga menatap Morgan tak suka. Apa-apaan lelaki itu menatap Tania dengan tatapannya yang seperti memiliki arti tersembunyi? Kenapa Tania tak menyadari tatapan itu? Apakah Tania tak ingat bahwa Ia memiliki suami yang juga masih kuliah di kampus yang sama? Itulah pertanyaan-pertanyaan yang muncul dari fikiran Rangga. Rangga sendiri sedari tadi mengutuk pemandangan yang berada cukup jauh dari tempatnya sekarang. Sesekali Rangga menghela nafas secara perlahan, berusaha meredam amarahnya yang mulai muncul. Rangga kini duduk di sisi kantin tak sendiri, Rangga duduk di temani beberapa mahasiswi cantik. Ngapain Rangga duduk dengan mereka? Sebenarnya Rangga tak meminta para gadis itu menemani dirinya. Tadi saja Rangga hanya pergi seorang diri ke tempat ini, namun setelah Ia duduk, para gadis ini mendekati dirinya dan memaksa duduk satu meja dengannya. Rangga hanya menanggapinya cuek. Sedari tadi para gadis ini pun selalu mengoceh dengan membicarakan hal yang tak penting. Rangga hanya diam. Ia hanya fokus membaca novel yang di pegangnya dengan sesekali matanya menatap Tania dan seorang lelaki yang tak Ia kenal. Rangga hanya tahu, lelaki itu adalah teman satu kelas Tania.

Kembali lagi di meja Tania. Tania kini telah selesai membaca makalah yang di pegangnya, Ia kini menaruh makalah itu di atas meja kantin ini. Tania menatap heran Morgan yang menatap dirinya dengan tatapan tak biasa. Dengan jahilnya, Tania mengambil tissue yang berada di meja kantin lalu mengusapkan tissue itu ke wajah Morgan yang berhasil membuyarkan lamunan Morgan. Tania terkekeh melihat ekspresi wajah kaget Morgan yang sangat lucu itu. Morgan menatap Tania dengan senyum khasnya.

"Lo kenapa sih?"

"Gapapa kok, Tan!"

"Ah elo bohong! Napa lo? Gue tau lo kali. Kita udah dua tahun temenan. Mana mungkin gue gak hafal sama gerak-gerik lo!"

"Oke-oke, gue mau jujur!" Morgan. Tania mengangkat sebelah alisnya bingung. Morgan, kini Ia meraih kedua telapak tangan Tania dan menggenggamnya secara perlahan dan kini menggenggamnya erat. Jantung Tania kini mulai berdegup dua kali lebih cepat dari biasanya, apa yang akan Morgan lakukan?

"Tania, kita udah saling kenal selama dua tahun ini.. Kita udah saling kenal satu sama lain, lo tau gue dan gue tau lo.. Disini gue mau.. Gue mau ungkapin perasaan gue.. Tania.. Gue.. Gue.. Gue, su..su.."

"Ayo kita pulang!"

Suara seseorang itu berhasil menghentikan ucapan Morgan. Morgan dan Tania sama-sama mengalihkan pandangan mereka menatap seorang pemuda yang berdiri di samping meja mereka berdua. Dia Rangga! Dengan seenaknya saja, Rangga langsung menarik lengan Tania cukup kuat membuat Tania kini meringis kesakitan. Tania kini bangun dari duduknya ketika Rangga menarik lengannya makin kuat. Morgan tak terima gadis yang di cintainya di perlakukan seperti ini. Morgan bangkit dari duduknya dan menatap Rangga tak suka.

"Jangan paksa Tania!"

"Ga usah sok ikut campur lo!"

"Gue berhak ikut campur disini karena gue.."

"Karena lo siapa? Lo ga ada hak disini! Disini gue yang paling berhak! Lo akan tau hal ini suatu saat nanti!"

Rangga. Ia mengucapkan kalimat itu dengan penuh ketegasan dan penekanan dengan jari telunjuknya yang mengarah ke arah wajah Morgan. Rangga kini menarik Tania yang tengah meringis kesakitan di campur pemberontakan ingin di lepaskan tarikannya. Rangga membawa Tania keluar dari area kantin kampus dan tak peduli dengan tatapan para mahasiswa-mahasiswi kampus yang menatapnya dengan beragam ekspresi dan ucapan yang terlontar dari mulut mereka. Morgan menatap kepergian Rangga dan Tania dengan perasaan bingung bercampur khawatir. Ada hubungan apa di antara mereka berdua? Rangga? Tania?











To Be Continue.


Ini di bagi dua yaa.. Kepanjangan kalo di jadiin satu.. Cerbungnya besok yaa insyaallah.. Saya sengaja pake cast nya yang di KB Story.. Maaf kalo bosen..

Maaf typo! Mari RCL!


@MJenii_18
2A9A0B7B


Tania dan Rangga
Tania dan Rangga

Abe As Sabina Ananda Karisma
Abe As Sabina Ananda Karisma