Friday, February 28, 2014

Tak Akan Terganti | Mini Story's Rangga and Tania



Meski waktu datang dan berlalu 
Sampai kau tiada bertahan
Semua takkan mampu mengubahku
Hanyalah kau yang ada di relungku
Hanyalah dirimu 
Mampu membuatku jatuh dan mencinta
Kau bukan hanya sekedar indah
Kau tak akan terganti


---


Rangga langsung berlari keluar rumahnya setelah mendapat telepon dari pembantu rumah Tania bahwa Tania mengamuk kembali. Tanpa peduli dengan kondisi tubuhnya yang lelah karena baru saja pulang dari aktivitas belajarnya di Kampus kini Ia langsung masuk kedalam mobilnya dan pergi mengendarai mobilnya agar cepat sampai di rumah Tania karena hanya Rangga yang dapat menenangkan Tania. Kalau Rangga tak cepat kesana, bisa-bisa terjadi sesuatu yang tak di inginkan oleh kita semua.

Rangga Dewamoela Soekarta, pemuda berparas tampan buah cinta dari pengusaha kaya raya Rully Soekarta dan Yudith ini memang bertanggung jawab besar atas keadaan Tania. Mahasiswa jurusan psikologi semester 8 di universitas Tara ini memang di percayakan oleh keluarga Rays untuk menjaga Tania yang tengah dalam keadaan seperti ini. Keluarga Soekarta dan Soebrata ini memang sudah sangat kenal dekat bahkan seperti keluarga kandung. Kedua orang tua Rangga dan Tania memang sangat sibuk sekali. Mungkin sekitar dua bulan sekali mereka menjenguk anak mereka di negara ini. Rangga dan Tania memang bersahabat sejak mereka kecil. Jadi tak heran bila Rangga bersedia atas tanggung jawab penuhnya dalam mengawasi Tania karena Rangga, sayang sekali sama Tania.

Tania Safira Rays Soebrata. Putri tunggal dari pasangan Alan Rays Soebrata dan Kania Nafasya Soenta ini memang tengah sakit. Bukan sakit fisik melainkan psikis. Kejadian ini berawal 2 bulan yang lalu. Saat itu, Tania meminta kekasihnya datang dengan cepat ke rumahnya. Gio Ananta Hernandes, inilah pria yang menjadi kekasih Tania sejak mereka kelas 1 SMA hingga waktu itu mereka kuliah di universitas yang sama dengan Rangga di semester 8 jurusan Bisnis Management. Tania ini memang tipikal gadis yang tidak mau menunggu dan tergolong gadis cukup manja, jadi saat itu Gio yang tak mau kekasihnya marah itu pun dengan terburu-buru mengemudi mobilnya dengan kecepatan sangat tinggi melewati jalan raya yang cukup sepi kala itu. Tak di sangka, ada sebuah mobil Honda Jazz yang di kemudikan dengan kecepatan sangat tinggi juga oleh seorang lelaki yang tengah mabuk. Alhasil karena mobil yang di kemudikan oleh lelaki mabuk itu menggunakan arus jalan yang berlawanan yang juga jalur dari mobil Gio itu pun dengan sangat keras menabrak mobil Gio. Tak ada yang selamat dalam peristiwa ini. Tania pun di sini yang sangat mencintai Gio tak ikhlas bila Gio meninggalkan nya secepat itu. Tak ketinggalan juga Gio meninggal di kala Tania menyuruhnya buru-buru untuk sampai di rumahnya menyebabkan Tania merasa sangat bersalah dan akhirnya frustasi seperti ini karena terus memikirkan Gio dan kesalahannya. Padahal, pihak keluarga Gio tak menyalahkan Tania dan mereka ikhlas Gio pergi meninggalkan mereka karena mungkin ini sudah takdir. Namun Tania tetap menyalahkan dirinya.

Rangga, dia hadir sebagai sahabat yang sangat baik untuk Tania sejak dahulu mereka kecil. Kedua orang tua Tania tak bisa terus mengawasi Tania karena mereka punya kesibukan yang lain. Mereka bukan jahat atau tak perduli. Mereka punya tanggung jawab lain dan harus profesional dalam urusan mereka. Rangga yang memang selalu berada di sisi Tania dan juga memiliki ilmu psikologi yang cukup mumpuni ini pun di percayakan oleh keluarga Rays untuk merawat putri semata wayang mereka ini.

Rangga telah sampai di halaman rumah mewah keluarga Rays. Rangga langsung saja berlari setelah Ia keluar dari mobilnya dan Rangga langsung saja memasuki rumah mewah ini yang kebetulan pintunya terbuka. Selama Rangga berlari memasuki rumah mewah ini memang teriakan histeris Tania cukup terdengar nyaring di segala penjuru. Rangga langsung menapaki setiap anak tangga di rumah ini dengan nafasnya yang tersengal-sengal. Mengatur nafasnya perlahan setelah Ia sampai di depan kamar Tania yang terbuka pintunya. Memang di dalam sana, Tania tengah teriak histeris dengan air mata dan rambut acak-acakan dan di sana bik Inem, pembantu rumah tangga keluarga ini juga menangis sambil memeluk Tania yang tengah meronta-ronta ingin turun dari tempat tidurnya. Memang dalam menangani yang seperti ini, Rangga harus butuh ketenangan. Tak boleh Ia tersengal-sengal atau seperti keadaannya yang seperti ini. Rangga menarik nafasnya beberapa kali, lalu dengan langkah cepatnya Ia kini memasukki kamar nuansa hijau milik sahabat kecilnya ini. Rangga meminta Bik Inem untuk keluar dari kamar dan Bik Inem pun menurut. Lalu Rangga langsung memegang kedua bahu Tania dan menatap wajah cantik alami sahabatnya yang tengah menangis.

“Tan.. Tania..”

“Hiks.. Lepas! Lepas! Gue mau ketemu sama Gio! Hiks.. gue pengen minta maaf sama Gio!”

“Iya nanti lo ketemu sama Gio.. sekarang lo diem dulu.” Ujar Rangga lembut dan tetap memegang kedua bahu Tania. Memang harus butuh tenaga ekstra dan kesabaran untuk saat ini karena Tania sangat tak mau diam dan meronta untuk di lepaskan.

“Gak! Awas, Ngga.. hiks gue mau ketemu sama Gio.. hiks Ngga..” Histeris Tania.

“Iya gue tau lo pengen ketemu sama Gio. Tapi sadar Tan, Gio udah beda alam sama kita. Gio udah di panggil Tuhan.. lo harus ikhlas sama semua ini. Lo ga mau kan liat Gio sedih? Tapi ini, Dia malah sedih liat lo yang kaya gini, Tan..” Rangga. Tania kini tetap menangis sambil menatap Rangga. Memang selalu seperti ini, Tania akan diam apabila Rangga tengah menasehatinya. Entah mengapa, suara Rangga yang pelan, halus, namun bermakna nasehat ini bisa menenangkan Tania yang tadi sangat histeris dan tak mau diam.

“Lo bohong! Dia marah sama gue! Dia marah soalnya gara-gara gue, dia meninggal! Hiks gue penyebabnya, Ngga..” Tania dengan isak tangisnya. Rangga menatap sendu Tania. Dengan sekali gerakan, kini Rangga memeluk Tania. Memeluk sahabat kecilnya yang sampai sekarang masih menjadi sahabatnya. Rangga rindu. Rangga rindu Tania yang dulu. Yang ceria, bawel, cerewet, manja, cuek, namun memiliki hati yang seperti malaikat. Rangga rindu semuanya. Kini semua berubah, karena kejadian dua bulan yang lalu.

“Kata siapa dia marah? Emang lo tau dari mana? Coba gue pengen tau..” Rangga. Tania hanya diam dalam pelukan Rangga. Tania memeluk erat Rangga, sahabat yang selalu berada di sisinya setiap kali Ia sedih dan butuh sandaran.

“Nah ga bisa jawab kan lo? Inget Tan, semua makhluk di dunia ini pasti akan ga ada. Mungkin giliran Gio itu adalah waktu itu. Semua udah rencana Tuhan yang enggak kita ketahui. Bahkan kejadian detik selanjutnya pun kita ga akan tau. Bisa aja detik selanjutnya gue ga ada di dunia ini sama kaya Gio. Jadi..”

“Lo jangan ninggalin gue. Cuma lo! Cuma lo yang selalu ada di deket gue. Cuma lo yang ngertiin gue selama ini selain Gio. Jangan tinggalin gue, Ngga.. hiks” Sela Tania pada saat tadi Rangga tengah berucap. Rangga tersenyum kecil. Memang Tania sangat menyayangi Rangga. Sangat sayang sejak dahulu. Tania tak ingin bila Rangga juga meninggalkannya. Rangga, salah satu nafasnya.

“Nah setelah peninggalan Gio, harusnya lo bangkit! Lo jangan terpuruk kayak gini, karena lo sama aja buat Gio sedih di atas sana. Jadi Tania yang dulu, yang di kenal bawel, cerewet, alay, lebay, manja, nyebelin.. kita semua, kangen sama lo yang dulu..” Rangga. Tania melepas pelukan Rangga. Menatap kedua manik mata Rangga yang bening nan indah. Dengan tatapan hangat Rangga, yang selalu menenangkan hati Tania sejak dahulu.

“Gue ga bisa.. gue ga bisa kayak dulu lagi, Ngga.. separuh nafas gue udah hilang..”

“Lo jangan ngomong kayak gitu! Lo pasti bisa! Mana sih Tania yang selalu pantang menyerah dan malu-maluin gue?” Rangga. Tania berkacak pinggang di hadapan Rangga membuat Rangga terkekeh geli. Memang Rangga tengah memberinya semangat, namun sejak tadi, Rangga selalu mengumbar kejelekan-kejelekan Tania.

“Lo?! Ngajak berantem?” Sewot Tania.

“Haha habisnya lo dari kemarin-kemarin kayak orang gila sih ngamuk mulu.. baru sekarang lo nyambung di ajak ngomong, jadi ya gapapa doms gue jelek-jelekin lo.. yee gak?” Rangga sambil mengangkat-angkat alisnya genit.

“Ranggaaa.. ah elo!” Teriak Tania. Rangga tertawa terbahak-bahak melihat raut wajah Tania yang memerah karena kesal akan tingkahnya. Tania yang sewot kini mengambil bantal yang berada di atas kasurnya dan langsung membekap Rangga dengan bantal itu.

“Lo? Ish gue tuh ya sebelnya sama lo tuh ya ini.. lo tuh selalu malu-maluin gue.. mulut lo juga ember banget kaya ember mamang kuli.. eerr Rangga..” Gemas Tania sambil terus membekap wajah Rangga dengan bantalnya. Sementara Rangga? Ia kini sedang berusaha melepas bantal dari wajahnya.

“Hosh.. hosh.. lo?? Huh lo mau ya gue mati gak kece gara-gara di bekap lo pake bantal upay gini? Oh my fans..” Rangga dengan lebaynya. Tania kini menoyor kepala Rangga pelan membuat Rangga kini memanyunkan bibirnya marah.

“Gatau ah gue marah sama lo!” Ambek Rangga. Rangga kini turun dari kasur big size milik Tania lalu kini berjalan keluar dari kamar Tania. Tiba-tiba, ada sepasang tangan yang melingkar di pinggang Rangga membuat Rangga menghentikan laju jalannya dan berdiam tanpa mau membalikkan tubuhnya.

“Huu iya-iya gue minta maaf.. harus gimana gue minta maafnya sama lo? Apa harus gue teriak di pantai atau apa harus gue nyusul Gio biar lo maafin gue?” Tania. Rangga kini membalikkan tubuhnya dan menghadap Tania. Menatap wajah sahabatnya yang kini tengah tersenyum menanti jawabannya. Namun kalau kalian liat lebih spesifik lagi menuju ke arah kedua bola mata Tania. Di sana, ada bendungan air mata yang siap akan tumpah dari kedua pelupuk mata Tania. Dengan sigap, Rangga langsung memeluk Tania. Membiarkan untuk kesekian kalinya Tania menangis dalam pelukannya. Memang kini Tania menangis, namun tanpa suara.

“Nangis sesuka lo! Nangis sebanyak apapun air mata lo! Cuma di sini gue sangat memohon, plis untuk terakhir kalinya lo nangis karena masa lalu itu. Hidup harus kedepan.. gue mau, setelah pelukan ini lepas, lo ga boleh nangis lagi karena rasa bersalah lo yang ga seharusnya menempel di diri lo. Lo boleh merasa bersalah, tapi ga harus sampe kayak gini. Gue ga kuat Tan, liat sahabat gue kaya gini. Lo sakit, gue juga ikutan sakit. Bahkan jauh lebih sakit.” Rangga. Tania semakin mengeratkan pelukannya di dalam dekapan Rangga.

“Gue akan selalu jadi tampungan air mata lo, tampungan rasa sedih lo. Di sini, gue akan jadi tembok penahan. Di saat lo, di terpa ombak yang sangat kuat. Di sini gue akan bertanggung jawab dan akan melindungi orang-orang yang berada di belakang gue. Dan lo, gue akan selalu melindungi lo. Jadi, jangan segan-segan untuk selalu bercerita sama gue. Di deket gue. Tanpa harus lo ga enak hati. Karena gue, sayang sama lo. Banget.”

“Terima kasih banget Ngga, lo selalu jadi matahari di saat mendung sudah menutupi langit. Di saat gue berdiri di bawah sana, lo selalu menyinari gue dan meyakinkan gue bahwa hujan ga akan turun. Sekalipun hujan turun, lo selalu jadi payung buat gue. Payung yang melindungi gue dari hujan itu. Terima kasih sahabat. Gue janji, untuk terakhir kalinya gue dalam keadaan ini. Mulai detik kedepan, gue akan menjadi yang dulu. Yang di rindukan oleh kamu, dan lainnya.”

“Gue pegang janji lo! Buktiin ke gue!”









To Be Continued


Hai!
sudah berapa abad ya saya ga nulis cerita? haha tangan emang udah gatel banget buat ngetik. namun apa daya, nasib anak kurikulum 2013 ya gini-_- *curhat
Untuk pemanasan, Mini cerbung dulu yaakk? serius ini sih ga akan ngaret..
Untuk KB Story, aku pending dulu yaa?? aku bingung kelanjutannya kaya gimana.. barangkali di antara kalian punya ide cetarr boleh kali kasih tau lewat inbox :D

Oke langsung saja read, like, coment oke??
mau tag? comment aja.


@MJenii_18


Ilustrasi Rangga dan Tania